Ketika seorang anak menghadap orangtuanya dengan penampilan kurang serius, suaranya keras. Pantaskah? Jika sorang karyawan dipanggil menghadap atasannya, dipenuhi panngilan itu dengan lamban dan tidak antusias, dengan penampilan agak tinggi hati bahkan kurang perhatian terhadap pembicaraan atasannya. Pantaskah? Bagaimana dengan seorang hamba ketika berdoa kepada Allah, semaunya? Tanpa etika? Pantas? Bukankah Allah Pencipta alama semesta, Pengatur dan Pemberi segala kenikmatan dunia ini? Maka sesuai dengan keagunganNya, suatu keharusan bila hendak berdoa kepada Allah dengan etika yang terbaik pula. Jangan-jangan sisi ini yang dilalaikan dalam berdoa sehingga doa-doa tidak dikabulkan.
Sudah ada kepastian dari Rasulullah saw. bahwa doa itu tidak ada yang sia-sia. Pasti diterima selama doa itu tidak ada muatan dosa dan tidak dalam rangka memutuskan silaturrahim. Dalam sebuah hadits dari Abu Said al- Khudry yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim, Rasulullah saw. bersabda: ”Tidaklah dari seorang Muslim berdoa dimana dalam doa itu tidak ada dosa dan terputusnya silaturrahim niscaya Allah memberinya tiga kemungkinan: Allah langsung merespon doanya, Allah menangguhkannya sampai di akhirat, atau Allah mengalihkan permohonannya itu dengan(keselamatannya) dari berbagai musibah.
Tentu semua yang diminta kepada Allah pasti terkabul karena Allah Maha Kuasa dan ada etika yang harus dipenuhi oleh setiap manusia yang berdoa kepada-Nya;
- Memperhatikan waktu-waktu yang istimewa, seperti: Hari Arafah, sepanjang Ramadhan, hari Jum’at dan pada sahur menjelang waktu shubuh.
- Memperhatikan momentum-momentum yang istimewa: Ketika turun hujan, saat sujud, antara azan dan qomat. Dari Abi Hurairah ra. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Beliau saw: “Paling dekatnya manusia dari Tuhannya disaat ia sujud, maka perbanyaklah berdoa”. Hadits riwayat At-Tirmidzi dan Nasai, Rasullah saw bersabda: “Doa antara azan dan qamat tidak akan tertolak”.
- Bersungguh-sunggug dan yakin akan direspon oleh Allah. Dari Abi Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasullah bersabda: “Janganlah seseorang diantara kalian mengatakan; ”Ampunilah aku kalau Engkau suka. Rahmatilah aku kalau Engkau suka. Hendaklah sungguh-sungguh ketika dia meminta, karena doanya itu tidak akan mencelakakan dia”.
- Dianjurkan dalam keadaan bersuci, menghadap kiblat dengan mengulang–ulang doanya 3 kali. (dipetik dari hadits yang panjang dari Ibnu Mas’ud dan diriwayatkan oleh Muslim)
- Mulailah dengan hamdalah, memuji Allah dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya dan berselawat kepada Rasulullah saw. Setelah melakukan hal tersebut baru menyebut apa saja yang dimohonkan pada Allah SWT Yang Maha Pengasih. Pada akhir doa ditutup dengan membaca shalawat dan hamdalah lagi.
- Ini yang paling penting karena sering mengganjal doa-doa kita yakni menjaga segala hal yang berbau haram dan subhat menyangkut makanan, minuman dan pakaian. Sebagaimana hadits Nabi saw. Ketika beliau memaparkan tentang seseorang sedang dalam bepergian yang cukup panjang, sehingga penampilannya; rambut awut- awutan , penuh debu. Dia angkat tangannya ke langit dan berdoa, Tuhan….. Tuhan..… Ya Rabbi….. Ya Rabbi….Sementera itu makanannya dari makanan yang haram, minumannya dari minuman yang haram, pakaian yang digunakan dari pakaian haram, mana mungkin doanya diterima oleh Allah”. (Bukhari Muslim)
Doa adalah harapan, doa adalah kedekatan pada Allah, kemesraan. Doa adalah keyakinan akan solusi terbaik Allah berikan, terlepas dari hantu stres. Tentramlah….tenanglah hati meskipun dalam pusaran badai kehidupan. Berdoalah berarti kesiapan diri menerima perubahan hidup yang lebih baik dan tentunya membahagiakan.
Selamat memasuki hidup yang lebih bermakna melalui pintu doa.