Agar Tidak Sombong

  • Sumo

Penyakit hati berupa sombong atau takabbur adalah penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa saja. Takabbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah (iblis) di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari surga. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama.

Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya dari hati manusia diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal. Ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini akan mampu untuk mencabut akar kesombongan dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sadar bahwa ia adalah makhluk yang lemah jika tidak diberi kekuatan oleh Allah. Dalam kehidupannya, manusia sangat tergantung dari pemberian dan belas kasihan dari Allah. Oleh karenanya, tidak ada yang pantas bagi manusia kecuali tawadhu’. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahwa tidak ada yang layak yang berhak sombong kecuali Allah subhanahu wata’ala..

Sedangkan setelah ilmu adalah amal. Amal yang dibutuhkan adalah yang bisa mengantarkan seseorang kepada sifat dan sikap tawadhu’ kepada sesama manusia karena Allah, dengan senantiasa meneladani akhlak orang-orang shalih sebelumnya. Seperti yang telah dicontohkan dalam akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang makan di atas tanah  (tanpa kursi) dan mengatakan :”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang  makannya seperti hamba lainnya”

Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus berupa amal. Dari itulah rukun Islam utama setelah syahadat adalah menegakkan shalat karena dalam shalat itu terdapat sekian banyak rahasia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang mendirikan shalat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.

Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takabbur pada diri seseorang, antara lain lima hal berikut ini :

  1. Berdiskusi dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menerima dengan senang.
  2. Berkumpul dalam sebuah haflah (acara). Lalu ada orang lain yang lebih diprioritaskan, apakah sikapnya keberatan atau tidak.
  3. Memenuhi undangan orang miskin. Pergi ke pasar membelikan sesuatu untuk orang lain
  4. Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takabbur. Jika mau karena terpaksa maka itu kemalasan. Jika mau karena disaksikan banyak orang maka itu riya’.
  5. Mengenakan pakaian yang sudah kusam dan lain-lain.

Inilah beberapa kondisi berkumpulnya riya’ dan takabbur pada seseorang. Jika dalam keramaian maka riya’ ikut menjebak, jika dalam kesepian takabbur terus mengintai.

Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan obatnya.   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.