Dari Aisyiyah ra, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan, dan bergembiralah, karena amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga.” Tanya para sahabat, “Amal Anda juga begitu, ya Rasulullah?’ Jawab Rasulullah SAW, “Amalku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan Rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i). Dalam hadits ini terdapat beberapa perintah atau nasihat yang bisa dipetik dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt:
Tingkatkan amal. Upayakan sekuat daya untuk meningkatkan amal perbuatan setiap saat. Berkomitmenlah pada jalan kebaikan (sidad). Kata sidad ditafsirkan sebagai kebenaran, atau selalu berorientasi pada tujuan dan jalan yang lurus, tidak berlebihan dan tidak meremehkan terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya. Sikap berlebihan dan pemaksaan diri dalam melakukan amal, tak jarang dapat mengeluarkan seseorang dari jalur yang benar. Jenuh dan bosan.
Dekati kebenaran. Kebenaran menurut hujjatul Islam Imam Al-Ghazali bagai seberkas cahaya. Agar hidup ini senantiasa tercerahkan, dekati dan ambillah cahaya (kebenaran) itu. Jadikan kebenaran, sebagai pakaian dan teman kehidupan.
Kabar gembira dan rahmat Allah. Ibsyar sama artinya dengan tabsyir, dengan kandungan makna: menggabarkan hal-hal yang menyenangkan dengan wajah berseri. Di sini Rasulullah menyuruh kita menanamkan rasa senang lantaran rahmat Allah yang melimpahi kita.
Kaum beriman hendaknya tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Tetap memiliki jiwa optimistis dan maju, dengan rahmat-Nya itu. Dianjurkan untuk senantiasa bermunajat, kiranya Allah senantiasa menyelimuti dengan rahmat-Nya. Rahmat Allah inilah yang dapat mengantarkan pada keridhoan-Nya (surga-Nya). Menjauhkannya dari siksa-Nya (neraka).
Terus beramal, meski kecil. Melakukan perbuatan baik, setahap demi setahap, sama dengan membangun benteng diri yang kokoh. Ibarat menabung, tak terasa berjumlah banyak. Inilah amalan yang dicintai Allah, melakukan amaliyah yang terus-menerus meski hanya sedikit.
Sedikit dalam beramal yang dilakukan terus-menerus juga sama dengan memupuk dan menyiram pohon iman sehingga ia akan tetap tumbuh segar dan tak layu. Alhasil, jiwa terus terangkat menuju derajat yang lebih baik (sempurna).
Ramadhan akan berlalu meninggalkan kita pada saat kita asyik berzikir . Pada saat indahnya hidup dalam sinar hidayah Al-Qur’an. Pada saat pesona sejati dari hati yang lembut menjadi menu utama penampilan kita. Pada saat keakraban antar sesama semakin erat. Pada saat kegembiraan ketika berbagi. Maka, akankah semua keindahan, ketenraman dan kebahagiaan ini juga sirna bersama berlalunya Ramadhan? Jelas tidak.
Ramadhan boleh berlalu tapi semangat Ramadhan tidak boleh menghilang. Tapi tetap dipertahankan sampai Ramadhan tahun depan bila Allah memberi kesempatan bertemu Ramadhan lagi. Setuju? (I. Masyitha)