Setiap ibadah yang Allah wajibkan senantiasa mengandung maslahat, hikmah dan pelajaran bagi kita ummat Islam, Hikmah dan maslahat terpenting yang diharapkan dari pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ialah lahirnya dan terbentuknya akhlaq mulia dalam diri pelakunya yang kemudian diharapkan akan mengantarkannya untuk menjadi manusia bertaqwa, Allah swt berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa “ (QS. Al Baqarah: 21).
Manusia bertaqwa ialah manusia yang ruang..kehidupnya terwarnai dengan nilai-nilai Islam secara keseluruhan, yang tidak terbatas pada ruang kepribadian individunya, namun nilai kebaikan tersebut juga mewarnai ruang kehidupan keluarga dan komunitasnya. Hasil inilah yang sesungguhnya dimaksudkan Rasulullah saw dalam sabdanya: اتق الله حيثما كنت “Bertaqwalah kepada Allah dimana dan kapan saja anda berada ..“ (HR.Tirmidzi)
Seorang muslim yang mempunyai komitmen tinggi dalam menunaikan ibadah dengan benar, insyaAllah akan senantiasa mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya dan akan menjadi cahaya ditengah-tengah komunitasnya, Allah swt berfirman: “ Dan apakah orang yang sudah mati (kafir) Kemudian dia kami hidupkan (dengan iman) dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan “ (QS. Al An’am: 122)
Ibadah Haji adalah salah satu ibadah yang Allah wajibkan kepada kita. Sebagaimana juga ibadah yang lain. Dan dengan pelaksanaan ibadah hajipun diharapkan akan dapat membentuk karakter mulia pada diri pelakunya. Dan terlepas dari manfaat besar yang yang akan diperoleh oleh setiap orang yang berhaji, sesungguhnya bagi kita, ada banyak pelajaran baik yang bisa kita petik dari ibadah tersebut, diantaranya :
Ibadah haji memberikan pelajaran baik kepada kita tentang kuatnya ikatan sejarah dakwah
Sesusungguhnya pada pelaksanaan ibadah haji inilah kita mengenang Nabi Ibrahim, nama yang berada dibalik kehidupan kota Makkah, nama yang menjadi simbul perjuangan dan pengorbanan paling besar dalam sejarah dakwah.
Lihatlah bagaimana beliau berkorban untuk mencari dan menemukan kebenaran, lihatlah bagaimana beliau harus rela dibakar untuk mempertahankan kebenaran itu, lihatlah bagaimana beliau harus berkorban untuk mendakwahkan kebenaran sampai harus rela diusir oleh orang tuanya, lihatlah ketika beliau sudah menua, bagaimana harus rela membawa istrinya dan putra tunggalnya – saat itu – menuju tanah gersang dan tandus yang sunyi tak berpenghuni Makkah, lihatlah ketika sang anak tersayang mulai dewasa, tiba-tiba beliau harus menyembelihnya atas perintah Tuhannya, tetapi ternyata semua itu beliau laksanakan dengan tanpa ada sedikitpun keberatan dalam hatinya, perhatikanlah bagaimana Allah swt mengisahkan salah satu perstiwa itu: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “.(QS. Ash Shoffat: 102 )
Dengan mengingat pelaksanakaan ibadah haji ini, sesungguhnya kita ingin mengagungkan makna perjuangan dan pengorbanan dalam menegakkan agama Allah. Mudah-mudahan semua itu mampu memberikan nuansa baru dan motivasi baru dalam kehidupan kita agar lebih semangat dalam mendakwahkan kebenaran, lebih tegar dalam menghadapi tantangan dan lebih istiqomah sampai akhir kehidupan
Ibadah haji merupakan simbul dari penyerahan dan ketaatan total kepada Allah
Bagaimana tidak, dengan melaksanakan haji seorang muslim harus dengan rela hati meninggalkan segala urusan duniawi, dengan mengorbankan harta, waktu, tenaga, keluarga bahkan kalau perlu jiwanya dengan rela untuk berhimpit-himpitan dan berdesak-desakan melaksanakan rangkaian ibadah haji itu demi mendapatkan kesempurnaannya.
Dan seperti inilah yang semestinya harus kita lakukan untuk Allah, menyerahkan diri secara total kepada Allah dengan mentaati seluruh aturan-Nya secara penuh tanpa harus memilih-milih atau memilah-milah dan tanpa harus bertanya-tanya tentang manfaat dan hikmahnya. Allah telah menjelaskan tentang karakter dasar yang semetinya harus ada pada setiap kita yang telah beriman dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung “ (QS. An Nur: 51)
Ibadah haji memberikan pelajaran kepada kita tentang ma’na ukhuwah yang semestinya memang menjadi karakter kita orang beriman
Dengan pelaksanaan ibadah haji, Allah telah mempertemukan ummat Islam dalam satu tempat yang sama, dengan maksud dan tujuan yang sama, dengan bacaan yang sama dan dengan pakaian yang sama, tidak ada perbedaan suku, ras, warna kulit, pangkat dan kedudukan. Semua harus menunaikan ibadah dengan ketentuan dan aturan yang sama.
Semangat kebersamaan itu semua, mestinya juga harus mampu untuk membangkitkan rasa kebersamaan diantara kita, rasa peduli dan kasih sayang sesama kita, yang pada akhirnya diharapkan dapat membangkitkan kekuatan solidaritas ummat Islam sedunia, Rasulullah saw bersabda : “ Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, kasih sayang dan kelembutan diantara mereka sebagaimana satu tubuh, yang apabila salah satu anggota tubuh itu sakit, maka seluruh anggota yang lain akan merasakan demam “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Ibadah haji memberikan pelajaran kepada kita tentang bagaimana semestinya kita harus mengelola cinta kita
Manusia secara umum mempunyai kecenderungan untuk mencintai segala sesuatu yang akan memberinya kenikmatan duniawi. Dan Allahpun tidak pernah melarang kita untuk mencintai itu semua, hanya saja cinta kita kepada semua itu tidak boleh menyamai apalagi melebihi dari cinta kita kepada Allah, Allah berfirman: “ Dan diantara manusia ada orang-orang yang membuat tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah “. (QS. Al Baqarah: 165)
Dalam pelaksanaan ibadah haji, seorang muslim harus rela untuk meninggalkan negaranya menuju tempat yang jauh, tanah suci Makkah dalam waktu yang tidak sebentar dengan kewajiban melaksanakan rangkaian ritual haji yang berat, penuh resiko. Dan untuk itu semua ia harus meninggalkan segala hal yang dicintainya ; harta, keluarga, jabatan , kedudukan dan semuanya, demi untuk meraih cinta Allah dan Ridho-Nya dengan mentaati perintah-Nya, menunaikan rukun Islam yang terakhir.
Semua itu memberikan pelajaran kepada kita, bahwa cinta Allah dan ridho-Nya memang hanya akan kita raih, manakala kita mampu untuk mengelola cinta kita dengan benar, yaitu pada saat kita dapat menjadikan cinta kita kepada dunia dalam rangka untuk mencintai Allah.
Haji mengajarkan kepada kita, agar kita senantiasa siap menghadapi mati
Mati adalah sebuah kemestian yang tidak bisa kita hindari, yang datangnyapun tidak bisa kita prediksi, bisa sekarang dan bisa nanti, namun kita sering lalai akan hal yang pasti itu, hanya disebabkan kesibukan kita mengelola urasan dunia kita, padahal mati adalah awal dari kehidupan akhirat, dimana kita harus mempertanggungjawabkan semua amal kita yang kita lakukan di dunia.
Dengan senantiasa mengingat mati, akan memberikan motivasi kuat kepada kita untuk mempersiapkan bekal hidup setelah mati, yang pada gilirannya kita akap siap mati. Dari itulah Rasulullah saw memerintahkan agar kita senantiasa mengangat mati: أكثروا من ذكر هادم اللذات يعنى الموت “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan yaitu maut “ (HR. Tirmidzi)
Banyak hal yang bisa kita lakukan agar kita ingat mati, misalnya dengan menjenguk orang sakit, ziarah kubur dan juga dengan ibadah haji.
Dengan haji kita dilatih untuk melakukan aktivitas yang berisiko tinggi yaitu mati, dengan haji kita dilatih untuk mengenakan pakaian dalam bentuk dua lembar kain berwarna putih, sebagaimana kain yang biasa dipakai untuk mengkafani orang mati, dengan sholat di Masjidil haram pada musim haji, kita akan sering mengikuti sholat jenazah, hampir setiap selesai sholat fardhu. Karerna banyaknya jama’ah haji yang mati. Itu semua insya Allah akan memberikan pelajaran baik kepada kita, untuk tidak lagi takut mati bahkan senantiasa siap mati sewaktu-waktu.
Itulah sebagian hikmah dan pelajaran baik yang dapat kita petik dari ibadah mulia itu, mudah-mudahan akan mampu memberikan nuansa baru dan motivasi lebih dalam kehidupan kita, Aamiiin