Berkurbanlah

  • Sumo

Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. Maka salatlah kamu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya pembencimu itulah yang akan binasa.” (QS Al-Kautsar, 108:1-3). Surat Al-Kautsar terdiri dari tiga ayat. Nama Al-Kautsar diambil dari ayat yang pertama  yang berarti karunia Allah yang tiada terhingga yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Kata ini hanya disebut sekali dalam Al-Qur’an, yakni dalam surat ini. Ada juga yang memberi nama surat ini An-Nahr, yang maknanya berkurban.

Apakah surat ini makkiyah atau madaniyah, ada perbedaan pendapat diantara para ulama. Sedangkan intisari dari surat ini adalah, Allah telah melimpahkan nikmat yang banyak. Karena itu maka sholatlah dan berkorbanlah; Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam akan mempunyai pengikut yang banyak sampai hari kiamat dan akan menjadi nama yang baik di dunia dan di akhirat, tidak sebagaimana yang dituduhkan para pembencinya.

Apa arti kata Al-Kautsar? Bagaimana pemahaman ulama mengenai kata Al-Kautsar?

Sebagian ulama memahami Al-Kautsar sebagai sebuah sungai di surga, sebagaimana dipahami dari hadits Anas bin Malik, dimana ia berkata, “Kami berada di sekeliling Rasul, tiba-tiba beliau terlena sebentar kemudian beliau mengangkat kepala dan bersabda, ‘Diturunkan kepadaku tadi satu surat’. Lalu beliau membaca surat Al-Kautsar dan bersabda, ’Tahukah kalian apa Al-Kautsar? Kami menjawab, ’Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Lalu beliau bersabda, ’Ia adalah sungai yang dijanjikan Tuhan kepadaku. Disana terdapat banyak kebajikan. Ia adalah telaga yang banyak didatangi (untuk diminum) ummatku pada hari kiamat’ (HR.Muslim).

Berdasar hadits ini mayoritas ulama mengatakan bahwa surat Al-Kautsar diturunkan di Madinah, karena Anas bin Malik baru masuk Islam pada masa awal hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah.

Diriwayatkan dalam Shahîh Al-Bukhâri, bahwa nanti di surga penghuninya akan diberi minum dari telaga yang bernama Al-Kautsar. Al-Bukhari meriwayatkan bahwa pada suatu saat sekian banyak orang akan digiring ke telaga Al-Kautsar. Yang diberi minum dari telaga hanyalah umat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Tetapi ketika sudah mendekat ke telaga Al-Kautsar, mereka diusir oleh para malaikat. Lalu Rasulullah berteriak, “Sahabatku, sahabatku.” Kemudian Allah berfirman, “Tidak. Mereka bukan sahabatmu. Engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.” Rasulullah pun berkata, “Celakalah orang yang mengganti ajaran-ajaran agamaku setelah aku meninggal.”

Sebagian ulama yang lainnya mengatakan bahwa Al-Kautsar berarti kebajikan yang banyak. Kata Al-Kautsar berasal dari kata katsiir yang digunakan untuk menunjukkan pada sesuatu yang berkuantitas atau berkualitas tinggi.

Pendapat ini berdasar pada pernyataan Ibnu Abbas, ketika disampaikan pendapat yang menyatakan bahwa Al-Kautsar adalah sungai di surga. Beliau menjawab, ’Itu sebagian dari Al-Kautsar yang dijanjikan Allah kepada Nabi-Nya’. Artinya, sungai di surga merupakan sebagian dari Al-Kautsar yang dijanjikan Allah kepada Nabi-Nya, dan masih banyak lagi Al-Kautsar Al-Kautsar lainnya.

Bagaimana asbabun nuzul surat Al-Kautsar?

Terdapat beragam riwayat yang menceritakan tentang asbabaun nuzul surat ini. Salah satu diantaranya diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari As-Suddi. Ketika putera Rasulullah saw (Al-Qasim) meninggal, Al-’Ashi bin Wail berkata bahwa Muhammad telah terputus keturunannya, maka turunlah surat Al-Kautsar: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah orang yang terputus. Riwayat senada dari Ibnu Jarir mengatakan bahwa ’Uqbah bin Abi Mua’ith berkata, “Tidak seorang anak laki-lakipun yang hidup bagi Nabi saw, sehingga keturunannya terputus.” Lalu surat Al-Kautsar turun sebagai bantahan terhadap ucapan tersebut.

Para ulama mengatakan bahwa tidak tepat jika Rasulullah dikatakan terputus keturunannya sebab ada keturunan Rasulullah saw yang berasal dari keturunan Fatimah (putri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam). Salah satu pertimbangan pendapat ini adalah pernyataan Abu Bakrah, “Aku mendengar Nabi shalallahu alaihi wasallam yang ketika itu berada di atas mimbar dan Hasan berada di sampingnya, sekali memandang kepada hadirin dan sekali memandang kepada Hasan, ’Anakku ini (sambil menunjuk kepada Hasan) adalah sayyid. Semoga Allah melakukan ishlah melalui (jasa)-nya antara dua kelompok kaum muslimin’ (HR.Bukhari).

Walaupun kata Al-Kautsar pada konteks surat Al-Kautsar ditujukan kepada Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam  (karena menggunakan kata ganti ka, yang berarti kamu), namun tidak berlebihan kiranya jika kita juga berharap untuk memperolehnya. Apalagi jika dikaitkan dengan makna Al-Kautsar yang dapat bermakna sangat luas sesuai dengan makna harfiyahnya. Semoga kita semua memperoleh Al-Kautsar: dapat minum telaga di surga, mempunyai keturunan yang shalih dan shalihah, serta berbagai karunia Allah yang lainnya. Amin.

Dengan surat ini Allah hendak menegaskan sebagai berikut: Aku telah memberikan kepadamu pemberian yang banyak sekali yang jumlahnya tidak terhitung. Apabila musuh-musuhmu menganggap enteng dan kecil terhadap karunia itu, maka itu disebabkan karena kerusakan pikiran dan lemahnya persepsi mereka. Salatlah kepada Tuhanmu dan berkurbanlah. Jadikanlah sholatmu hanya kepada Tuhan saja, dan sembelihlah sembelihanmu yang merupakan pengorbananmu bagi Allah jua. Sebab, Allahlah yang memeliharamu dan melimpahkan kepadamu segala nikmat-Nya, bukan yang lain, seperti Aku telah memerintahkan kepada para nabi-Ku: ”Qul inna shalâti wa nusukî wa mahyâya wa mamâti lillâhi rabb al­‘âlamin lâ syarîka lahu wa bidzâlika umirtu wa ana awwal al-muslimîn. Katakanlah, sesungguhnya sholatku, pengorbananku, hidupku dan matiku untuk Allah yang mengurus alam semesta ini. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintahkan. Dan aku menjadi muslim yang pertama.”

Setelah menggembirakan Rasul shalallahu alaihi wasallam dengan sebesar-besarnya kabar gembira, dan meminta beliau untuk bersyukur kepada-Nya atas nikmat dan kesempurnaannya, lalu Allah menegaskan bahwa musuh-musuh beliaulah yang justru akan terkalahkan dan terhinakan, “Inna syâni’aka huwa al-abtar. Sesungguhnya pembencimu, baik yang dulu maupun yang sekarang, akan terputus namanya dari kebaikan dunia dan akhirat, sehingga keturunanmu akan kekal, dan akan kekal juga nama dan jejak-jejak keutamaanmu sampai hari kiamat.”

Al-Hasan rahimahullah berkata: “Orang-orang musyrik disebut abtar karena tujuan mereka terputus sebelum mereka mencapainya. Sejahterakanlah Nabi-Mu, wahai Tuhan kami, yang telah Engkau tinggikan namanya; telah Engkau rendahkan para pembencinya, dengan shalawat yang kekal, sekekal zaman.”

Hikmah tarbawiyah yang dapat dipetik dari surat al-Kautsar adalah sebagai berikut.

  1. Sumber kebaikan adalah Allah karena itulah wajib bagi setiap muslim untuk senantiasa berusaha meraih kebaikan-kebaikan tersebut dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah dan beramal shalih.
  2. Allah berjanji akan menganugerahkan kebaikan yang banyak kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam secara khusus dan ummatnya secara umum, baik di dunia maupun di akhirat.
  3. Setiap mukmin yang taat kelak di surga dapat minum di telaga Kautsar.
  4. Anjuran untuk memelihara shalat, karena amalan inilah yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat.
  5. Anjuran untuk senantiasa rela berkurban, sebagai bentuk kepedulian seseorang kepada orang lain, dan demi tegaknya Izzul Islam wal Muslimin.
  6. Tiada satu kesuksesan kecuali diiringi dengan pengorbanan yang tulus.
  7. Dalam menjalani kehidupan, seorang muslim dan penyeru di jalan Allah akan berhadapan dengan dua kelompok manusia yaitu pendukung dan pencinta kebaikan atau penghalang dan pembenci kebaikan. (Muhalimin Mahir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.