Mencapai Ketinggian Taqwa

  • Sumo

Ramadhan bagi ummat Islam adalah momentum yang paling istimewa untuk perbaikan dan perubahan diri dalam rangka untuk mencapai tingkat keimanan dan ketaqwaan yang lebih tinggi.  Untuk mencapainya perlu dilakukan dengan cara mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan dirinya terhadap Allah swt. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya dalam perbaikan dan perubahan diri;

  1. Hawa nafsu, yang mempunyai kecenderungan untuk senantiasa mendorong seseorang untuk melakukan kemunkaran, sebagaimana Allah swt firmankan: “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya hawa nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku, sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang ” (QS. Yusuf : 53)
  2. Syetan yang senantiasa menggoda manusia untuk memperturutkan hawa nafsunya, sehingga lupa kepada Allah. Tentang hal ini Allah swt mengingatkan: Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala.” (QS. Fathir : 6)
  3. Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada akhirat yang bisa menyebabkan takut mati dan tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya, terhadap orang seperti ini Allah swt berfirman: Wahai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu : “Berangkatlah untuk berperang pada jalan Allah “, kamu merasa berat dan ingin tingal ditempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di Akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini ( dibandingkan dengan kehidupan ) di Akhirat hanyalah sedikit ” ( QS. At Taubah : 38 )
  4. Para pelaku kemaksiatan dan kemunkaran, termasuk orang yang mengaku orang beriman, yang pada hakikatnya tidak saja merugikan diri mereka sendiri, tetapi juga merugikan masyarat disekitarnya, untuk itulah orang-orang beriman diperintahkan Allah untuk men-dakwahi mereka, sewbagaimana Allah swt firmankan : “Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyruh kepada yang ma’ruf dab mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ” ( QS. Ali Imran : 104 )

Maka kita perlu berusaha secara optimal untuk mencurahkan segala potensi yang kita miliki untuk menghadapinya dan mengendalikannya agar semuanya tidak lagi dapat menjadi penghambat dan penghalang bagi kita, sehingga kita bisa dengan optimal untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Untuk itu, kita perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

  1. Memahami dan menyadari, bahwa hawa nafsu apabila dikelola dengan baik, akan menjadi faktor positif bagi upaya perbaikan diri, yaitu dengan mengendalikannya dan menundukkannya dengan syariat Islam, Rasulullah saw bersabda: “Tidak beriman seorang diantara kalian sebelum hawa nasunya mengikuti ajaran yang aku bawa.” (hadits shahih, Imam Nawawi berkata : Hadits shahi yang kami riwayatkan dari kitab “Al Hujjah” Karya Abu Alfath Al Maqdisi )
  2. Menyadari dan senantiasa mengingat bahwa syetan tidak pernah berhenti untuk mengganggu kita, kemudian berupaya untuk menghadapinya dengan sungguh-sungguh, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah, Allah swt berfirman: Orang-orang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah.” (QS. An Nisa : 76)
  3. Menyadari, bahwa kenikamatan dunia tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan kenikmatan akhirat, Allah swt berfirman: Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Ia kehendaki dan membatasi bagi yang Ia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan  dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat ” (QS. Ar Raad : 26)  
  4. Menyadari, bahwa kemunkaran dan kemaksiatan kalau dibiarkan akan dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat dan menghancurkan segala kebaikan yang sudah bersusah payah dibangun
  5. Berupaya optimal untuk melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya, baik yang wajib dan yang sunnah dan berusaha untuk melakukan semuanya dengan istiqomah
  6. Berusaha untuk senantiasa berinteraksi dan berteman dengan orang-orang yang shalih

Dan sesunggunhnya semua hasil mujahadah kita itu hanya akan kembali untuk kebaikan diri kira senidiri, sedangkan Allah tidak pernah membutuhkan apapun dari makhluk-Nya, Allah swt berfirman: Dan barang siapa yang bermujahadah, maka sesungguhnya mujahadahnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha  Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Qs. Al Ankabut: 6). (aca)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.