Buatlah Syetan Kecele

  • Sumo

Sebagaimana telah kita ketahui, salah satu keistimewaan khusus bulan suci Ramadhan adalah bahwa, selama Ramadhan, syetan-syetan pengganggu dan penggoda dirantai, dibelenggu dan dinonaktifkan oleh Allah Ta’ala. Ini merupakan salah satu rahmat dan karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya, kaum mukminin, yang ingin meraih kemuliaan, kesempurnaan iman dan puncak taqwa yang merupakan salah satu tujuan utama dari ibadah puasa di bulan Ramadhan. Allah swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu (lebih) bertakwa”  (QS Al-Baqarah : 183).

Dan ini adalah momentum istimewa yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh setiap orang beriman untuk melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) demi mencapai derajat keimanan, ketaqwaan dan kesalehan yang lebih tinggi.

Allah memang telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang paling kondusif bagi setiap orang beriman untuk menyucikan jiwanya dan menempa dirinya agar menjadi pribadi mukmin sejati. Berbagai faktor pendukung – untuk merealisasikan tujuan dan target tersebut – telah Allah sediakan dan berikan. Syetan-syetan pengganggu dan penggoda dinonaktifkan. Peluang-peluang kebaikan dan ketaatan dibuka selebar-lebarnya. Pintu-pintu kejahatan dan kemaksiatan disempitkan sesempit-sempitnya. Pahala-pahala amal dilipatgandakan, sampai-sampai ada satu malam diantara malam-malam istimewa Ramadhan, yang disebut dengan Lailatul Qadar, yang keutamaan, fadhilah dan nilainya mengungguli seribu bulan. Allah swt berfirman: ”Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS Al-Qadr: 3).

Ramadhan adalah bulan limpahan rahmat, curahan maghfirah (pengampunan) dan peluang khusus pembebasan diri dari api Neraka. Selama Ramadhan, doa-doa dikabulkan, munajat orang-orang beriman didengar oleh Allah Ta’ala. Taubat dan istighfar hamba-hamba pendosa diterima oleh Dzat Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Maka, selama Ramadhan, dosa-dosa pun berguguran, kecuali bagi orang-orang pongah dan angkuh yang memang ‘tidak ingin’ dosa-dosanya digugurkan!

Ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa demikian nikmat dan lezat. Maka semangat dan motivasi ibadah pun meningkat sangat mencolok, khususnya pada sepuluh malam terakhir, dimana disunnahkan ber-i’tikaf di masjid dengan berbagai rangkaian ibadah khususnya, sebagai salah satu upaya puncak menggapai taqwa! Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Maka ia merupakan momentum istimewa bagi upaya harmonisasi hubungan dan interaksi khusus dengan Kalamullah yang merupakan Nur dan Cahaya Penerang dalam jiwa, hati dan kehidupan kaum mukminin.

Ramadhan juga merupakan bulan infaq dan shadaqah, yang disebutkan dalam sebuah hadits merupakan sebuah burhan (bukti dan parameter ketinggian derajat keimanan seseorang). Dan tentu yang paling utama, bulan Ramadhan adalah syahrus shiyam ‘bulan puasa’. Dan puasa, khususnya puasa Ramadhan, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an dan banyak hadits, merupakan salah satu ibadah yang menjadi sarana istimewa bagi penyucian jiwa untuk meraih puncak taqwa.

Nah, itulah antara lain gambaran tentang keistimewaan bulan suci Ramadhan, yang jika dimanfaatkan secara optimal dan maksimal oleh seorang mukmin, maka pasti – dengan taufiq Allah –  akan menciptakan perubahan positif yang amat besar dalam diri dan kehidupannya. Dosa-dosanya terhapuskan, hati dan jiwanya disucikan, kesalehan dirinya meningkat tajam dan ‘ijazah taqwa’ pun telah berhasil diraih dengan kesuksesan gemilang. Maka, logislah jika seusai Ramadhan, sosok pribadi mukmin yeng telah mengoptimalkan pemanfaatan Ramadhan ini, akan memiliki ‘imunitas’ dan ‘kekebalan’ khusus terhadap godaan, bisikan dan ajakan jahat syetan. Dia pun tidak mudah lagi digoda dan diajak-ajak ke jalan keburukan. Dan syetan pun dibuat ‘kecewa’ dan kecele karenanya.

Adapun orang-orang yang tidak mau memanfaatkan Ramadhan, maka Ramadhan pun tidak bisa memberikan pengaruh dan perubahan apapun dalam diri dan kehidupannya. Sehingga seusai Ramadhan, selepas dibelenggu selama sebulan, tentu saja syetan akan sangat kangen untuk menggodanya kembali dan ternyata ia pun malah disambut dengan kehangatan dan kekangenan yang sama untuk digoda. Maka, jadilah pasca Ramadhan justru sebagai ajang kangen-kangenan dengan syetan. Na’udzu billah! (AMJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.