Pertanyaan: Saya berusaha mengikuti nasehat Ustadz. Menyampaikan kalau tidak suka suami chat dengan nonmahram keperluan nonsyar’i, menasehati dengan share video, berusaha instropeksi diri dan berdoa kepada Allah. Awalnya suami berubah, sekedar membalas salam meski non mahrom tersebut masih rajin chat dan tanya kabar, tapi akhir ini mulai intens lagi. Pernah chat jam 12 malam padahal status non mahrom tersebut juga seorang istri, ngobrol baru terbangun dan belum berbuka puasa.
Saya sebernarnya ingin ihklash nggak ngambil hati Ustadz toh suami tetap baik dan tanggungjawab (kami LDM, suami seminggu sekali pulang ke rumah). Tapi belum bisa Ustadz hati tetap terasa sakit. saya takut berimbas dengan sikap saya ke suami padahal saya mencari ridlonya sebagai pintu ke surga seorang istri. Apa yang harus saya lakukan Ustadz.
Alhamdulillah jika suami anda bisa berubah meskipun tidak berlangsung lama. Paling tidak dia sudah mengerti apa yang dia lakukan adalah tidak baik. Anda sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengubah sikap suami anda. Ikhtiar telah dijalankan, maka saatnya menyerahkan urusan kepada Allah swt,agar hati lebih lega karena urusan telah diserahkan kepadaNya.
Terkadang urusan tidak bisa kita selesaikan sendiri meskipun telah diusahkan dengan sungguh-sungguh. Untuk melibatkan Allah dalam urusan ini, sehingga Allah membantu urusan kita. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Pasrah kepada Allah dan menyerahkan urusan kepadaNya. segala urusan kita gantungkan kepadaNya karena Dia tempat bergantung. Allah swt berfirman:
ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْر
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” (QS. Athalaq:3)
- Membantu menyelesaikan urusan orang lain dan membantu mencari jalan keluarnya. Mungkin orang akan bilang:”menyelesaikan urusan sendiri saja tidak bisa, bagaimana mau menyelesaikan urusan orang lain”. Kalimat itu sekilas benar, jika disandarkan urusan kepada kemampuan diri sendiri. Tapi Allah menyuruh kepada kita agar membantu orang lain, agar Dia membantu urusan kita. Manusia itu makluk lemah, dia butuh Allah yang maha perkasa untuk menyelesaiakan urusan yang tidak mampu diselesaikan manusia sendiri. Rasulullah saw bersabda:
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.(HR. Muslim)
- Menolong urusan agama Allah swt. Apakah Allah lemah sehigga Dia perlu ditolong? Allah maka kuat dan tidak perlu bantuan manusia. Manusia menolong Allah dengan mendakwahkan agamanya, mengajak orang lain mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran sesuai kemampuannya, karena manusia butuh dengan pertolongannya. Manusia menolong Allah untuk mengundang pertolongan Allah swt. Bukan untuk kepentingan Allah swt. Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS. Muhammad:3)
- Setiap doa akan dikabulkan Allah, tidak ada yang ditolak, selama terpenuhi ketentuannya. Pengabulan doa ada tiga bentuk. Pertama dengan dikabulkan sesuai dengan yang dikehendaki pendoa. Kedua ditangguhkan sebagai simpanan di akhirat dan ketiga diwujudkan dengan diganti keselamatan dari bahaya yang semestinya menimpa dirinya.
Semoga dengan melakukan beberapa hal diatas, hati menjadi lebih tenang dan terhindar dari sakit hati. Usaha dan ikhtiar sudah dilakukan. Hasil selanjutnya diserahkan kepadaNya. bisa saja Allah menyegerakan perubahan suami anda, dan bisa pula Dia menunda sampai waktu yang terbaik. Wallahu a’lam bishowab. (as)
Sumber: www.konsultasisyariah.net