Surah Al-Lail bermakna Malam, termasuk golongan surah-surah Makkiyah, diturunkan sesudah surah Al-A’laa. Terdiri dari 21 ayat, 71 kalimat, dan 310 huruf. Allah subhanahu wata’ala berfirman: [1] Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), [2] Dan siang apabila terang benderang, [3] Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, [4] Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (QS Al-Lail: 1-4)Pada ayat-ayat permulaan (ayat 1-4) ini Allah swt menganjurkan kepada hamba-Nya supaya memperhatikan suasana perubahan udara malam dengan siang, lalu memperhatikan bagaimana kesibukan semua makhluk di saat itu. Untuk menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah swt dan rahmat-Nya dalam membuat sedemikian rupa, sebab keduanya tidak sunyi dari hikmat rahmat Allah swt yang melimpah ruah kepada semua makhluk-Nya, baik jin, manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan.. Allah swt juga menerangkan bahwa perbuatan manusia itu berbeda-beda, sebagian berbuat sesat, sebagian yang lain berbuat yang diridlai Allah swt, sebagian patut mendapat ganjaran dan nikmat, dan sebagian lainnya patut mendapat siksa yang menyedihkan.
Dalam ayat-ayat yang lain yang bersamaan maksudnya Allah swt berfirman: “Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al Jatsiyah: 21)
“Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Hasyr: 20)
[5] Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, [6] Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), [7] Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. Al-Lail: 5-7)
Allah swt menerangkan bahwa orang yang memberikan hartanya dan mengeluarkannya pada jalan yang baik yang diridai-Nya, berupa yang wajib ataupun sunah dan bertakwa mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhkan diri dari segala larangan-Nya; serta membenarkan adanya pahala yang terbaik, ialah surga. Allah akan menyediakan dan menyiapkan baginya jalan-jalan yang mudah.
Diriwayatkan dari Ali ra: “Ketika kami mengantar jenazah di Baqqi’ilgharqad, maka datang Nabi saw. Ialu kami duduk di sekitarrnya.Nabi saw. memegang tongkat kecil sambil mengungkit tanah tiba-tiba bersabda”: Tiada seorang pun di antra kalian melainkan telah ditentukan tempatnya di surga atau neraka”. Seorang bertanya “Ya Rasulullah tidakkah kita berserah saja pada ketentuan itu dan tidak usah beramal?” jawab Nabi saw.: “Maka orang akan bahagia akan merasa ringan, senang melakukan segala amal yang menuju kepada kebahagiaan itu, sedang orang-orang yang bakal celaka mereka akan memilih amal perbuatan yang mencelakakan”. Kemudian Nabi saw. membacakan ayat 5 hingga 10 ini. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa ayat-ayat ini turun mengenai kejadian Abu Bakar As-Siddiq ra. ketika di Mekah beliau suka memerdekakan hamba -hamba wanita tua yang baru masuk islam, maka ia ditegur oleh ayahnya: “Hai anakku, aku lihat engkau selalu memerdekakan orang-orang yang lemah andainya engkau memerdekakan orang yang kuat yang akan dapat membantu mu bahkan akan dapat membela mu”. Maka jawab Abu Bakar ra. “Hai ayah, aku hanya ingin pahala dari Allah”. Maka turunlah ayat 5 hingga 7 ini.
[8] Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, [9] Serta mendustakan pahala terbaik, [10] Maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (QS Al-Lail: 8-10)
Dalam ayat-ayat ini Allah swt menerangkan bahwa orang-orang yang bakhil, yang kikir dan merasa dirinya cukup, tidak memerlukan lagi pertolongan-Nya dan tidak bertakwa kepada-Nya serta mendustakan pahala yang terbaik ialah surga. Bagi mereka akan disediakan-Nya kelak jalan yang sukar, yang merendahkan dirinya, yang membenamkannya ke dalam dosa dan kesalahan.
[11] Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (QS Al-Lail: 11)
Pada ayat ini Allah swt menerangkan bahwa hartanya tidak akan berguna bagi dirinya bila ia telah mati. Tidak ada yang akan dibawanya ke liang kubur. Pada ayat lain Allah swt berfirman: “Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri, sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya. dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu.” (QS. Al-An’am: 94)
[12] Sesungguhnya kewajiban kamilah memberi petunjuk, [13] Dan Sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. (QS Al-Lail: 12-13)
Allah swt menerangkan bahwa manusia diciptakan dengan memiliki kelebihan yang istimewa ialah dengan diberi-Nya akal dengan akal tersebut mereka dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang hak dan yang batil. Kebijaksanaan-Nya-lah memberi petunjuk dengan mengutus Rasul-rasul-Nya untuk menyampaikan agama-Nya yang berisikan perintah dan larangan-Nya, petunjuk kepada jalan yang diridai-Nya serta memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allahlah pencipta seluruh alam dan sesungguhnya kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di dunia dan apa-apa yang ada di akhirat.
[14] Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. [15] Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, [16] Yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (QS Al-Lail: 14-16)
Allah swt mengancam dengan api neraka atas hamba-hamba-Nya yang durhaka yang mendustakan Rasul-Nya; tidak mau beriman kepada Allah; tidak mau menurut dan mengerjakan agama yang dibawa oleh Rasul-Nya; berpaling dari jalan yang hak dan tidak mau kembali ke jalan yang benar; tidak mau bertobat mohon ampunan Allah swt.
[17] Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, [18] Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, [19] Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, [20] Tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. [21] Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS Al-Lail: 17-21)
Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa orang yang paling takwa akan dijauhkan dari neraka. Mereka adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah swt untuk membersihkan dan mendekatkan dirinya kepada Tuhannya. Pemberiannya itu bukanlah sebagai balas budi atas kebaikan yang telah diterimanya, tetapi karena ia menafkahkan hartanya itu semata-mata mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi dan kemudian di akhirat nanti ia mengharapkan semoga ia akan mendapatkan ganjaran dari Allah swt..