Para ulama berbeda pendapat mengenai definisi tetangga. Ada pendapat ulama’ mengatakan bahwa tetangga itu adalah 40 rumah di sekitar kita. Tetapi ini akan sulit terpenuhi kalau berada di desa yang jarak rumahnya berjauhan, maka definisi tersebut kurang tepat. Ada yang berpendapat, yang namanya tetangga itu rumah yang berada di depan, kiri, kanan dan belakang rumah kita hingga 10 rumah. Rasulullah SAW tidak pernah memberi batasan tetangga. Ketika Aisyah r.a suatu saat ingin memberikan makanan kepada salah satu dari dua tetangganya yang membutuhkan, “Kepada siapa makanan ini saya berikan, sebab hanya ada satu sementara ada dua tetangga yang membutuhkan?”. Rasulullah lantas menjawab, “Berikan kepada tetangga yang rumahnya paling dekat,”
Tetangga harus lebih kita perhatikan daripada kerabat jauh. Malaikat Jibril sering mengingatkan mengenai hak bertetangga. Hak bertetangga tidak dibatasi muslim atau non muslim. Tapi yang diprioritaskan adalah tetangga yang muslim, kemudian tetangga yang juga kerabat kita. Diantara adab dalam bertetangga yang diajarkan oleh Rasulullah saw adalah: Memberi hadiah kepadanya. Memberi hadiah harus menjadi prioritas, walaupun dia tetangga yang pelit. Yang mau beribadah itu kita, maka jangan ikut menjadi pelit. Salah satu dosa besar seorang muslim itu pelit, karena Rasulullah saw bersabda: “Demi Allah tidak beriman, hingga tiga kali, yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari perilakunya.” dalam riwayat lain, “TIdak beriman orang yang mendapati dirinya cukup, tapi tetangganya kelaparan,” yang dimaksud tetangga juga termasuk tetangga tempat bekerja, tetangga tempat berjualan, tetangga kamar/kos. Kita punya sawah kanan kiri sawah kita adalah tetangga, maka jangan suka mengubah batas patokan tanah. Semua tetangga tersebut punya hak yang sama dengan tetangga rumah. Bila ada masalah akibat ulah tetangga, sebaiknya mengaalh dulu. Kalau sudah dekat dan saling cinta, baru menegurnya.
Kemudian, dalam bertetangga kita harus tahan dan Sabar terhadap kelakuan tetangga yang membuat kita tidak nyaman. Percayalah selama kita hidup bertetangga, pasti ada rasa tidak suka, karena itu manusiawi. Kalau kita berbuat baik dengan tetangga, tetangga akan membantu kita disaat kita membutuhkan bantuan. Jadi, kita tidak hanya mendapatkan kebaikan dari satu tetangga saja, tetapi juga kebaikan tetangga yang lainnya. Kemudian selalu berusaha tidak menyakiti tetangga, baik ucapan maupun perbuatan. Kalau kita punya pohon yang rindang lalu daun dan rantingnya masuk ke rumah tetangga, segera dipotong. Banyaklah melakukan konfirmasi, “Apakah pohon saya mengganggu anda?”. Jadilah orang yang sensitif, jangan menjadi orang yang nggak mau tahu.
Berusahalah menjaga silaturrahim dengan tetangga, apalagi orang yang sangat sibuk. Usahakan datang ketika diundang tetangga, untuk menajga keakraban. Kalau sudah akrab, ketika kita keluar kota dalam jangka waktu yang lama, kita bisa menitipkan rumah kepada tetangga. Kalau ada masalah, segera ditangani permasalahannya. Kemudian melayat bila ada kematian dan membuatkan makanan, itulah yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. Termasuk bila tetangga non muslim, datang bertakziyah untuk menghibur tetangga, tidak perlu didoakan dan tidak perlu mengantarkan ke gereja dan pemakaman. RT sebaiknya menyediakan makanan selama tiga hari, agar keluarga yang ditinggalkan tidak kebingungan menjamu tamu yang bertakziyah.
Mengenai memberi makanan kepada tetangga, Rasulullah saw berpesan kepada wanita muslimah, dalam H.R. Bukhari Muslim: “Wahai wanita-wanita muslimah, janganlah meremehkan pemberian antara tetangga satu dengan tetangga yang lain, walaupun yang diberikan itu sedikit dari daging kambing (maksudnya kuahnya banyak dagingnya sedikit)” Ada pula hadis lain berbunyi, “Jika salah satu dari kalian masak makanan, maka hendaknya dia perbanyak kuahnya, kemudian memebri tetangga dari masakan itu,”. Tetapi jangan memberi dengan harapan (tidak ikhlas). Di dalam AL Quran, “Janganlah memberi dan berharap imbalan yang lebih banyak,” Namanya walimah pernikahan itu, jangan mengharapkan amplop/sumbangan, karena walimah bertujuan untuk mengundang makan, maka jangan berlebihan memberi jamuan.
Mendakwahi tetangga Bagaimana caranya? Diawali dengan memberi contoh, setiap waktu shalat kita keluar untuk ke masjid. yang paling bagus adalah kalau tetangga mengundang tahlilan, ganti undang balik untuk datang ke pengajian, kemudian ada makanan dan berdiskusi. Atau kalau punya waktu, ajari anak-anak mereka mengaji. Mendakwahi itu harus rutin, istiqomah. Kalau ada waktu, ajak tetangga satu rombongan untuk wisata religi, yaitu mengunjungi tokoh-tokoh terkenal, bukan berziarah ke makam atau jalan-jalan. Ada selebaran wisata religi berisi jalan-jalan ke Bali (maksudnya ziarah makam wali disana). Ada satu hadis menjelaskan nanti di akhirat ada tetangga yang lapor kepada Allah, karena ada tetangga yang tidak pernah mengizinkan masuk rumah. Maka undanglah tetangga ke rumah. Sebarkan bila bermanfaat, Semoga menjadi amal jariyah bagi kita yang menyebarkan aamiin