Allah SWT berfirman:”Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak ! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu? (Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan. (Yang) membakar sampai ke hati. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka. (Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang” (Al Quran Surat Al-Humazah: 1-9)
Surah ini termasuk golongan surah-surah Makkiyyah. Surah ini menyoroti orang-orang yang merusak kehormatan sesamanya dengan cara mencela dan menghina orang lain karena perbedaan harta yang dimilikinya. Karena mereka menyakini bahwa harta mampu mengekalkan hidup mereka. Surah ini juga menerangkan bahayanya gaya hidup seperti di atas dengan ancaman dahsyatnya api neraka.
- Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, 2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, 3. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.
Ayat ini menjadi kabar yang membuat gentar orang-orang yang merasa mulia dengan hartanya dengan merendahkan sesamanya. Ayat ini membuat lunglai tak berdaya orang-orang yang sombong karena hatanya yang banyak. Ayat ini juga menebas angan-angan kosong yang menyangka bahwa harta itu bisa mengekalkan hidup mereka dan melupakannya dari hari akhirat. Allah menghentak mereka semua dengan kata “wailun” yang berarti celakalah !
Para mufassir menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan tentang seseorang yang bernama Al Akhnas bin Syariq karena banyak melakukan kesalahan kepada sesamanya dengan kebiasaan mencela dan menghina mereka di hadapan langsung atau di belakang mereka. Hukum Allah ini berlaku secara umum karena pelajaran dari ayat ini berdasarkan keumuman lafadznya bukan berdasarkan kekhususan sebab turunnya.
Adapun orang yang mengumpulkan dan menghitung-hitung hartanya. Ia menyimpannya jangan sampai berkurang tapi harus bertambah sehingga ia sama sekali tidak berbuat baik dengan harta itu. Al Qurtubi menjelaskan: ”Ia enggan menginfakkannya di jalan Allah bahkan ia tidak mengeluarkan hak Allah, kewajiban mengeluarkan zakatnya. Namun ia asyik menyimpannya dan menghitung-hitungnya agar bisa dipastikan jumlahnya bertambah”. Sikap ini termasuk jaahil, sikap orang yang bodoh karena sampai muncul di hatinya bahwa hartanya tidak akan meninggalkannya atau bahkan bisa mengekalkan hidupnya. Membuat umurnya bertambah terus sampai ia tidak akan manti. Mengherankan!
- Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dileparkan ke dalam (neraka) Hutamah. 5. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu?
Keyakinan dan sikap yang jaahil ini, demi Allah pasti menyeretnya dan terlempar ke dalam neraka yang melumat dan menghancurkan apa saja yang dilemparkan ke dalamnya
Tulang-tulangnya dihancurkan dan daging pada semua bagiannya habis terbakar tak tersisa! Sampai hati yang paling dalam dilahap api! Karena itu Allah sendiri yang menjelaskannya pada ayat berikutnya:
6.(Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan. 7. Yang (membakar) sampai ke hati
Api ini menyala karena perintah Allah. Nyala api ini tidak ada yang menandinginya sebab ia tidak pernah padam untuk selama-lamanya. Rasulullah saw menjelaskannya: “ Neraka ini telah dinyalakan selama 1000 tahun sampai merah warnanya kemudian dinyalakan lagi selama 1000 tahun sehingga putih warnanya kemudian dinyalakan lagi selama 1000 tahun sehingga hitam warnanya dan kehitamannya sangat pekat!”
Apinya membakar sampai ke hati. Al Qurtubi berkata: “Penyebutan sampai ke hati karena jika rasa sakit itu sampai ke hati pasti orangnya mati. Sesungguhnya dia telah mati tetapi dia tidak mati-mati sebagaimana firman Allah: “Dia tidak mati dan tidak (pula) hidup” (QS.Al-A’la: 13)
- Sungguh api itu ditutup rapat atas (diri) mereka. 9. (Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Ayat ini menjelaskan bahwa neraka itu ditutup rapat-rapat sehingga angin sekecil apapun tidak bisa masuk sehingga tidak ada hawa sejuk sedikitpun. Tangan dan kaki diikat dengan rantai . Meskipun neraka terkadang dibuka pintunya namun penghuninya yang sedang kesakitan dalam keadaan putus asa karena mereka ingin sekali keluar tetapi sama sekali tidak berdaya.
Ada beberapa pelajaran penting dari surah ini.
Pertama, menzalimi orang lain hakekatnya menzalimi diri sendiri dan rasanya jauh lebih sakit karena siksaannya di neraka yang sangat pedih.
Kedua, harta itu bisa menjadi sebab kesengsaraan, kehinaan dan kebinasaan bila tidak dijadikan sarana untuk memenuhi kewajiban kepada Sang Pemberinya.
Ketiga, bila ingin menjadi orang kaya harus diimbangi dengan penguatan pemahaman tentang hakikat harta dan keimanan pada Akhirat kalau tidak, bisa sangat membahayakannya.
Keempat, jangan hanya sibuk dengan urusan dunia tetapi harus diimbangi dengan tadabbur dan renungan tentang siksaan neraka agar tidak bersikap melampaui batas dalam urusan-urusan dunia.
Kelima, keserakahan dan kesombongan ketika memiliki harta bisa diatasi dan dicegah dengan keimanan yang kuat kepada adanya ancaman siksaan Allah di neraka. Wallaahu a’lam bish shawab. (I. Mashitah)