Pasca generasi sahabat, datanglah generasi tabi’in. mereka (generasi tabi’in) meniru generasi sebelum mereka dan menjalani hidupnya berdasar sabda Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Sallam dan perkataan generasi sahabat. Keteladanan Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabat tersebut seakan telah menjadi pelita yang menyinari jalan kehidupan mereka. Sehingga mereka tidak salah dalam menempuh jalan kehidupannya. Ia juga menjadi panduan abadi yang mengatur semua urusan mereka. Sehingga mereka mendapati hidupnya diliputi kebahagiaan dan keberkahan.
Salah seorang generasi tabi’in, Al-Harits bin Qais Al-Ja’fi, berkata, “Jika Anda mengerjakan salah satu urusan akhirat, Anda jangan terburu-buru. Jika Anda sedang mengerjakan urusan dunia, hendaklah Anda terburu-buru. Jika Anda menginginkan kebaikan, maka jangan ditunda. Jika setan datang kepada Anda saat Anda sedang shalat dan berkata kepada Anda, ‘Anda berbuat riya’, ‘maka shalatlah lebih lama lagi.”
Abu Hazim, pernah dipanggil salah seorang khalifah Bani Umaiyah. Lalu, ia mengatakan kebenaran kepada khalifah, tanpa takut kritikan. Ketika ditanya khalifah, “Apa harta yang Anda miliki?” Abu Hazim menjawab, “Percaya kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak memerlukan harta manusia.”
Sufyan bin Uyainah mengisahkan, “Hisyam bin Abdul Malik masuk ke Ka’bah, ternyata di sana sudah ada Salim bin Abdullah bin Umar. Hisyam bin Abdul Malik berkata kepada Salim bin Umar. Hisyam bin Abdul Malik berkata kepada Salim bin Abdullah bin Umar, ‘Hai Salim, ajukan seluruh kebutuhanmu kepadaku.’ Salim bin Abdullah bin Umar menjawab aku malu kepada Allah jika minta pada selain Dia di Baitullah ini.’
Ketika Salim bin Abdullah bin Umar keluar dari Ka’bah, ia dibuntiti Hisyam bin Abdullah, yang kemudian berkata kepadanya, “Sekarang, engkau telah keluar dari Ka’bah, ajukan apa saja yang engkau perlakukan kepadaku.” Salim bin Abdullah bin Umar berkata kepada Hisyam bin Abdul Malik, ‘Kebutuhan dunia atau kebutuhan akhirat?’
Hisyam bin Abdu Malik berkata, “Tentu kebutuhan dunia.’ Salim bin Abdullah bin Umar berkata kepada Hisyam bin Abdul Malik, “Aku tidak pernah minta dunia kepada pemilik hakiki dunia. Bagaimana aku harus memintanya pada orang yang tidak memilikinya?” (disarikan dari beberapa sumber)