Hakekat Khusyuk

  • Sumo

bersujudApakah kita sudah termasuk orang yang khusyuk dalam shalat kita? Menurut Ibnu Al-Qayyim Rahimahulla, khusyuk yang benar ialah kekhusyukan iman. Menurutnya, kekhusyukan iman itu adalah kekhusyukan atau ketundukan hati kepada Allah Ta’ala, dengan cara mengagungkan-Nya, takut kepada-Na, dan malu kepada-Nya. Lalu, hati pasrah kepada-Nya, dalam bentuk kepasrahan yang disertai perasaan takut, malu, sembari mengakui seluruh nikmat-nikmat-Nya, dan mengakui kesalahan-kesalahan dirinya. Jika perasaan hati pada tingkat ini tercapai, maka hati kita akan pasti khusyuk, lalu semua organ tubuh juga akan ikut khusyuk.”

Khusyuk ialah merasakan keagungan Allah Ta’ala dan kekuasaan-Nya saat kita berdiri di depan-Nya. Juga mengakui seluruh nikmat-nikmat yang Dia berikan yang tidak dapat dihitung, karena saking banyaknya. Juga ingat kelalaian kita mengelola sekian banyak nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Sikap seperti ini membuat kita malu dan hati tinduk kepada-Nya secara perlahan. Hati berada di puncak ketundukan saat seseorang ingat maksiat-maksiat yang pernah ia lakukan, ingat kelalaian dirinya terhadap rahmat dan kasih sayang Allah Ta’ala kepadanya. Saat itu, hati menjadi khusyuk dan organ tubuh selalu sadar.

Sedang khusyuk palsu, menurut Ibnu al-Qayyim. Ia berkata, “Organ tubuh terlihat mengerjakan hal-hal yang dipaksakan dan hati tidak khusyuk. Salah seorang sahabat berkata, ‘aku berlindung kepada Allah dari Khusyuk kemunafikan.’ Ditanyakan kepada sahabat itu, ‘apa itu khusyuk kemunafikan?’ Sahabat itu menjawab, ‘Tubuh terlihat khusyuk, tapi hati tidak khusyuk’.”

Banyak orang menduga khusyuk itu menundukan kepala, atau jalan pelan-pelan, atau merendahkan suara. Mereka lupa kalau khusyuk itu di hati. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu melihat seseorang membungkuk saat shalat, lalu Umar bin Khaththab berkata, “Angkat lehermu. Khusyuk itu bukan dileher, namun di hati.”

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu ahli ibadah sejati, seperti dikatakan Aisyah Radhiyallahu Anha ketika melihat sejumlah pemuda berjalan perlahan. Kata Aisyah kepada sahabat pemuda-pemuda itu, “Siapa pemuda-pemuda tersebut?” Sahabat pemuda itu menjawab, “Mereka orang-orang ahli ibadah.” Aisyah berkata, “jika Umar bin Khaththab berjalan maka cepat, jika berkata suaranya keras menggelegar, jika memukul maka menyakitkan, dan jika makan sampai kenyang. Ia ahli ibadah sejati.” Kendati demikian, Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu tidak membungkuk atau jalan perlahan. Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Umar bin Khaththab membaca salah satu ayat, lalu tak sadarkan dirinya. Ia berada di rumahnya berhari-hari dan dikunjungi karena dikira sakit.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.