Hakikat Nikmat Dan Derita

  • Sumo

Rasulullah shallallahu alaihis wasallam bersabda,“Pada hari kiamat penghuni neraka, yang dulunya penghuni dunia yang paling enak hidupnya didatangkan, lalu dicelupkan sekali saja ke neraka. apakah engkau pernah merasakan kenikmatan?’ Orang tersebut menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku.’ Penghuni surga, yang dulunya penghuni dunia yang paling menderita didatangkan, lalu dicelupkan sekali saja ke surga. Dikatakan kepadanya, ‘hai anak Adam, apakah engkau pernah melihat kesengsaraan?’ Orang itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah. aku tidak pernah merasakan penderitaan dan melihat kesengsaraan sebelum ini’.” (HR. Muslim).

Di dunia ini, terkadang kita lihat orang mukmin hidup sengsara, miskin, menderita dan tersiksa tetapi tetap istiqamah kelak, ia akan menghuni surga. Pada hari kiamat ketika dimasukkan ke dalam surga, ia ditanya, “apakah engkau pernah mengalami penderitaan sebelum ini?” Jawaban yang diberikan orang Mukmin penghuni surga di atas bukan jawaban bohong dan mengada-ngada. Namun, perasaan yang menguasai dirinya sesudah dicelup ke surga. Di sana, ia lihat istana surga dibangun dari batu bata emas dan perak. Ia lihat sungai-sungai yang dibawahnya mengalir sungai-sungai susu, madu, dan  pemandangan menakjubkan, yang belum pernah ia lihat di dunia. Di sana, ia lihat tanah surga berasal dari za’faran, lumpurnya dari kesturi, dan krikilnya dari mutiara. Di sana, ia lihat bidadari-bidadari jelita, yang jika salah seorang dari mereka melihat dari langit, tentu ia menutup sinar matahari. Di sana ia lihat istana-istana seperti kemah, dibuat dari mutiara dan di dalamnya ada istri-istri orang mukmin dan seabrek kenikmatan lainnya. Itu semuanya membuatnya lupa kesengsaraan yang pernah ia lihat di dunia. Lalu, ia bersumpah dengan nama Allah SWT bahwa ia tidak pernah melihat kesengsaraan dan mengalami penderitaan sebelum ini.

Orang Mukmin menyadari betul hakikat dunia ketika hidup di dalamnya. ia tahu dunia itu tempat ujian dan jembatan menuju akhirat. Ia hidup di dunia seperti layaknya orang asing, seperti diperintahkan Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Sallam ketika bersabda kepada Ibnu Umar radhitallahu anhuma: “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. (HR. At-Tirmidzi).

Begitulah, ia tahu betul makna kehidupan dunia. Orang asing paham negeri yang ia singgahi itu akan ia tinggalkan pada suatu waktu. Begitu juga musafir, karena tidak pernah menetap di tempat yang ia lewati, namun ia melewatinya dengan cepat, menuju tempat tinggalnya. Orang mukmin hidup dengan perasaan seperti itu. ia selalu “berjalan”. Ia berbekal sebanyak mungkin dengan bekal yang membantunya mengarungi jalan, hingga tiba di tempat tujuan, yaitu surga. Ia juga membekali dirinya dengan senjata untuk melindungi dirinya dari perampok jalanan, yaitu kemaksiatan, yang ingin memotong jalannya dan merampok hartanya.

Sedang orang-orang yang tidak merasakan seperti di atas, maka salah seorang dari mereka, kendati memiliki segudang kenikmatan di dunia: harta, tahta, istana, kendaraan, status sosial tinggi, kekuasaan, namun ketika ia dicelupkan ke neraka, lalu merasakan panasnya yang berlipat-lipat dari panasnya dunia. Atau ketika ia melihat pohon Zaqqum, yang seandainya satu tetesnya menetes ke dunia, maka satu tetes itu merusak sumber kehidupan seluruh penghuni dunia. Atau ketika ia lihat air panas diminum penghuni neraka, lalu air panas itu memotong usus-usus mereka. Atau ketika ia lihat barang tambang meleleh ditumpakan ke kepala penghuni neraka. Atau ia lihat langsung tangis penghuni neraka, sumpah serapah, dan penyesalan mereka. Dan, melihat siksa-siksa lain yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan terbayang di benak manusia. Maka, ia bersumpah dengan nama Allah SWT bahwa ia tidak pernah merasakan kenikmatan dan memandang sebentar masa hidupnya di dunia, hingga kurang dari masa hidup yang sesungguhnya di dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses