Hancurnya Pasukan Bergajah

  • Sumo

Allah SWT berfirman: Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah dia Telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?Dan dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS Al Fiil)

Surat ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Kaafirun. Nama Al Fiil diambil dari kata Al Fiil yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya gajah. Surat Al Fiil mengemukakan cerita pasukan bergajah dari Yaman yang dipimpin oleh Abrahah yang ingin meruntuhkan Ka’bah di Mekah. Peristiwa ini terjadi pada tahun Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan.

Kisah Pasukan Bergajah

Surah ini meriwayatkan tentang sebuah kisah yang sangat populer di Jazirah Arab sebelum diutusnya Rasulullah saw. Secara ringkas, surah ini membicarakan peristiwa yang menunjukkan perbuatan Gubernur Habsyah di Yaman yang bernama ’Abrahah’, pada masa negeri Yaman tunduk pada pemerintahan Habsyah setelah pemerintahan tsb dapat mengusir bangsa Persia dari Saba’. Abrahah telah membangun sebuah gereja yang megah di Yaman atas nama Raja Habasyah dengan maksud agar bangsa arab yang berkunjung ke al-Baitul Haram pindah ke gereja tsb. Akan tetapi maksud mereka tidak kesampaian karena bangsa arab sangat bangga dengan nasab mereka, yaitu mereka berkeyakinan bahwa mereka adalah keturunan dari nabi Ibrahim dn Isma’il yang merupakan nabi yang membangun rumah suci tsb. Hal ini membuat Abrahah semakin kuat tekadnya untuk menghancurkan rumah suci ka’bah sehingga dipimpinnyalah pasukan yang besar disertai pasukan bergajah.

Mendengar rencana jahat ini, bangsa arab berusaha menghalang-halangi dan berusaha menghadang perjalanan pasukan bergajah tsb menuju ka’bah. Penghadang pertama dipimpin oleh pemuka dan tokoh Yaman yang bernama Dzu Nafar, akan tetapi ia kalah lalu ditawan oleh Abrahah.

Penghadang berikutnya dilakukan oleh Nufail bin Habib al-Khats’ami bersama dua kabilah Arab, tetapi penghadangan inipun gagal dan dapat dikalahkan oleh Abrahah. Bahkan Nufail ditahan dan dijadikan penunjuk jalan ke tanah Arab.

Dalam perjalanannya, tentara Abrahah juga melakukan perampasan harta benda. Dikisahkan bahwa mereka merampas harta benda suku Tihamah dari kalangan Quraisy dan merampas juga dua ratus ekor unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim yang saat itu menjadi pemuka suku Quraisy. Kemudian Abrahah mengirim utusan ke Mekkah untuk menyampaikan pada penduduk mekkah bahwa kedatangan pasukan raja tsb bukan untuk menghancurkan mereka, melainkan hanya untuk menghancurkan Baitul Haram, Ka’bah.

Kemudian Abdul Muthalib balik berkata pd utusan tsb, ”Demi Allah, kami tidak ingin berperang dengannya, dan kami tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Ini adalah rumah Allah yang Mulia dan ini adalah rumah buatan kekasih-Nya, Nabi Ibrahim a.s. Kalau Dia menghalanginya, itu adalah karena memang rumah suci ini milik-Nya. Jika Dia membiarkannya, demi Allah kami tidak akan melakukan penolakan.”

Kemudian Abdul Muthalib memerintahkan pd penduduk mekkah supaya keluar dr mekkah dan berlindung di atas gunung-gunung. Singkat cerita, Abrahah menghadapkan pasukan dan gajahnya untuk bersiap menghancurkan Ka’bah ketika telah tiba di sekitar Mekkah.

Kembali pada ayat pertama :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1)

  1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu Telah bertindak terhadap tentara bergajah?

Ayat ini merupakan pertanyaan untuk menunjukkan ketakjuban terhadap peristiwa tsb dan mengingatkan akan Kekuasaan Allah SWT.

Dalam ayat ini, Allah SWT ingin supaya kita mengambil pelajaran dari kejadian pasukan/tentara bergajah yang dikomandani oleh Abrahah dg maksud untuk menghancurkan ka’bah. Tetapi setibanya di sekitar mekkah, para gajah hanya menderum dan tidak mau memasuki kota mekkah. Hal ini terjadi tetapi ada penjelasannya, Rasulullah saw bersabda pada waktu peristiwa Hudaibiyah ketika unta beliau al-Qashwa menderum di luar kota mekkah. Maka orang-orang berkata, ‘Al-Qashwa mogok’, lalu Rasulullah bersabda, “‘Al-Qashwa’ tidak mogok dan dia tidak diciptakan untuk mogok, akan tetapi dia ditahan oleh yang menahan gajah dahulu.” (HR. Bukhari).

Diriwayatkan di dalam shahih Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah saw bersabda pd waktu pembebasan kota Mekkah (Fat-hu Makkah), “Sesungguhnya, ALLAH telah menahan gajah dr memasuki kota mekah, dan Dia menjadikan Rasul-Nya dan kaum mukminin berkuasa atasnya. Sesungguhnya, kehormatan kota ini telah kembali sebagaimana kehormatannya kemarin. Karena itu ingatlah, hendaklah orang yg hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.”

Kemudian Allah hendak membinasakan pasukan bergajah tsb beserta komandannya.

Setelah ayat pertama tsb, Allah menyempurnakan kisah ini dalam bentuk istifham taqriri’, pertanyaan retoris pada ayat berikutnya, suatu pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban karena sudah merupakan ketetapan,

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2)

  1. Bukankah dia Telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?

Yakni kesia-siaan usaha mereka untuk menghancurkan ka’bah, karena Allah telah menetapkan bahwa mereka tidak akan berhasil mencapai sasaran. Padahal saat itu, pasukan Abrahah dan gajah-gajahnya tidak ada yg sanggup menandinginya, apalagi penduduk kota mekkah sudah pasrah dan menyingkir keluar kota berlindung ke gunung-gunung. Jadi tidak ada sesuatupun yg seharusnya menghalangi tentara ini untuk menghancurkan ka’bah. Hanya Allah SWT sajalah yang sanggup merubah kesempatan kemenangan yg sudah di depan mata tersebut menjadi kekalahan dan kesia-siaan.

Adapun bagaimana cara Allah menjadikan usaha tentara tsb sia-sia, dijelaskan dalam kelanjutan ayat berikutnya dalam bentuk keterangan yang indah,

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)

  1. Dan dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, 4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, 5. Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Dalam ayat ini, Allah mengisahkan bahwa Allah mengirimkan kepada pasukan Abrahah beserta gajahnya serombongan burung yang melempari pasukan dan gajah tsb dengan batu-batu yang berasal dari tanah liat dan dari batu-batu gunung, sehingga mereka seperti daun-daun kering yang terobek-robek, sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Qur’anul karim. Abrahah pun terkena lemparan di tubuhnya, dan dibawa mundur oleh pasukannya dalam keadaan jari-jarinya yang terputus-putus satu demi satu , hingga sampai di Shan’a. Maka ia tidak mati sehingga dadanya terbelah dan kelihatan hatinya, sebagaimana diceritakan dalam beberapa riwayat.

Ababiil artinya berbondong-bondong. Sijjil adalah kata Persia yg tdd dua kata yang berarti batu dan tanah atau batu yang dilumuri dengan tanah.

Sedangkan ‘ash berarti daun-daun pepohonan yang kering. Disifatinya ia dengan ma’kul, dimakan, yakni rusak karena dimakan dan dirobek-robek oleh ulat atau serangga, atau ketika dimakan oleh binatang buas lantas dikunyah-kunyah dan dilumatkannya.

Terdapat berbagai macam riwayat tentang kisah ini, baik dalam hal penetapan keberadaan burung-burung, bentuk dan ukuran fisiknya, besar-kecil dan jenis batuannya, serta petaka yg menimpa Abrahah. Banyak pendapat yang berbeda-beda, bahkan ada yang mencoba untuk merasionalisasikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa kisah ini merupakan cerita tentang berjangkitnya penyakit cacar dan campak yang dialami oleh Abrahah dan pasukannya yang saat zaman itu belum ditemukan obatnya.

Terlepas perbedaan kisah di dalam penafsiran surah ini, terdapat beberapa pelajaran dan peringatan yang bisa diambil, antara lain :

Pertama, Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatunya. Walaupun dalam ukuran manusia, Tentara Abrahah dan gajahnya sudah tidak ada yg sanggup menghalanginya, tetapi semua kembali kepada ketetapan Allah sehingga Allah sanggup untuk memutar balik perhitungan kemenangan yang akan didapatkan oleh tentara abrahah menjadi hitungan kekalahan, kesia-siaan, bahkan kehancuran bagi mereka.

Dan Allah tidak menyerahkan pemeliharaan rumah sucinya, Baitul Haram kepada kaum musyrikin dan masyarakat Quraisy.

Kedua, Allah tidak menghendaki kaum Ahli Kitab, Abrahah dan tentaranya untuk menghancurkan Baitul Haram atau menguasai tanah suci. Sehingga Allah mengirimkan tentara-Nya, burung abaabil untuk menghancurkan tentara Abrahah dan pasukan gajahnya, hingga mereka gagal untuk menghancurkan ka’bah.

Ketiga, bangsa Arab tidak memiliki peranan apa-apa di muka bumi dan tidak ada eksistensinya sebelum kedatangan Islam. Hal ini dapat dilihat dari sikap yang diambil pemuka Quraisy dan Abrahah.

Keempat merupakan isyarat akan terjadi suatu peristiwa penting sepanjang perjalanan sejarah manusia yaitu diutusnya seorang nabi akhir zaman Muhammad Rasulullah saw.

Kelima anjuran untuk senantiasa berikhtiram (menghormati) tempat-tempat suci (masjid) dan berusaha untuk senantiasa menjaganya dan memakmurkannya dengan ibadah dan amal-amal sholeh. (H. Muhalimin Mahir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.