Lelaki itu tidak pernah tahu bahwa, hari saat ia menyingkirkan duri dari jalan orang, ternyata merupakan hari termulia dalam hidupnya. Karena berkat amal itulah Allah mengampunkannya! (Lihat: HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah ra). Begitu pula dengan si wanita pelacur dari Bani Israil itu. Diapun tidak pernah menduga bahwa, hari terbahagia hidupnya, ialah hari ketika ia memberi minum pada anjing yang sengsara gegara dahaga. Sehingga Allah-pun berterima kasih padanya atas tindakannya, dan mengampunkan dosanya karenanya! (Lihat: HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah ra).
Sedangkan hari teristimewa bagi Nabi Yusuf AS ialah waktu beliau mampu mengalahkan panggilan hasrat biologis dan bersikap tegas terhadap (godaan) isteri sang pembesar negeri (Mesir) seraya berkata: “ma’adzallah” (aku berlindung diri pada Allah). Dimana karenanya beliaupun langsung naik ke tangga-tangga tinggi dalam derajat kedekatan dengan Allah, dan berhasil “menyabet” hadiah teristimewa: “Sungguh dia (Yusuf AS) tergolong diantara hamba-hamba Kami yang dipilih secara spesial” (QS. Yusuf: 24)!
Adapun para sahabat ra yang ikut dalam perang Badar, maka dikatakan begini kepada mereka: “Berbuatlah sekehendak kalian. Karena sungguh Aku (Allah) telah mengampunkan kalian” (HR. Muttafaq ‘alaih)!
Sementara itu tatkala sahabat Thalhah (bin Ubaidillah) ra membungkukkan punggungnya agar dijadikan pijakan kaki mulia Nabi SAW pada perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda: “Thalhah wajib masuk Surga”! (Lihat: HR. At-Tirmidzi dari Az-Zubair bin Al-‘Awwam ra).
Jadi, sangat mungkin akan dicatat bagi seorang hamba kemuliaan sepanjang masa dan kebahagiaan selamanya, meskipun “hanya” berkat satu tindakan (baik) yang disediakan peluangnya oleh Allah untuknya, dan dimudahkan sarana-sarananya. Karena begitu Allah “menengok” hatinya – tentu Dia adalah Dzat Yang Maha Mengetahui segalanya – Dia melihat disana ada keimanan yang dalam, keikhlasan pada-Nya, ketakutan terhadap keagungan-Nya, kecintaan pada Allah dan Rasulnya SAW, dan keinginan untuk selalu berbagi manfaat dengan sesama. Dimana nilai-nilai tinggi nan agung inilah kemudian berimbas positif pada prilakunya, melalui sebuah sikap baik yang menjadi secercah cahaya penyinar dalam seluruh perjalanan hidupnya, disamping akan menambahkan bobot yang sangat berat sekali di dalam timbangan amalnya…yang akan ditunjukkan kepadanya di hari akhir kelak..!!!
Wahai engkau yang dalam keberkahan..
Manakah hari bahagiamu?
Manakah prestasi-prestasi keimananmu?
Sudahkah engkau menemukannya.. ataukah masih belum juga?
Coba engkau cari lagi dengan baik..
Mungkin ia ada pada setetes air mata tobat dalam khalwat (saat menyendiri munajat)..
Atau pada sikap melawan hawa nafsu yang begitu kuat..
Atau pada satu rakaat shalat di kegelapan malam..
Atau pada sebuah sedekah yang tersembunyi..
Atau pada kegembiraan yang engkau masukkan ke hati seorang muslim..
Atau pada sebuah proyek kebaikan untuk kaum muslimin..
Atau pada andil membangun sebuah masjid..
Atau pada tindakan mencium kaki Ibu atau Bapak..
Atau pada pengucapan satu kata kebenaran..
Atau pada aksi menolong orang yang dalam kesusahan..
Atau pada sikap membela orang yang teraniaya..
Atau pada upaya menahan amarah..
Atau pada sikap memaafkan kesalahan..
Atau pada sikap menutup aib..
Atau pada tindakan menghilangkan kelaparan (dari seseorang)…
Dan begitu seterusnya..
Engkau tidak akan tahu darimanakah akan datang kepadamu momen keberuntungan dan pengkabulan itu dari Tuhan-mu Yang Maha Pemurah?!!
Wahai engkau yang dalam bimbingan taufiq..
Pada setiap hari dan setiap saat hendaklah engkau punya satu amal kebajikan – bahkan beberapa amal kebajikan – yang sangat boleh jadi akan menjadi penyelamatmu dengan izin Allah!
Maka janganlah meremehkan amal sekecil apapun yang engkau tunaikan dengan niat ikhlas. Karena siapa tahu justru itulah yang akan menjadi hari teristimewamu yang dijanjikan itu..
Hari seumur hidup nan indah, hari kebahagiaan hakiki!!
(Alih bahasa: Ahmad Mudzoffar).