Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW bukan hanya sekedar wisata religi. Atau menghibur Rasulullah SAW karena ditimpa musibah yang beruntut seperti kematian pamannya, istrinya tercinta Khadijah ra. dan juga pelemparan batu oleh orang-orang Thaif. Tetapi lebih dari itu Isra’dan Mi’raj memiliki agenda yang jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan selama ini.Tidak mungkin ada seorang pemimpin di dunia ini yang mengundang bawahannya ke istana hanya untuk menghibur dengan melakukan lawatan ke istana. Tapi pasti ada agenda penting dan mendesak yang ingin disampaikan dan disosialisasikan. Demikian juga halnya dengan peretemuan Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Dapat dipastikan ada agenda besar yang ingin disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya baik secara langsung atau simbol-simbol yang diperlihatkan sepanjang perjalanan Isra’ dan Mi’raj.
Suatu hal yang juga perlu kita sadari bahwa perjalanan dakwah Rasulullah SAW dan para sahabatnya sebelum peristiwa Isra’ dan Mi’raj hampir mencapai usia kematangan. Tanda-tanda keberhasilan sudah mulai kelihatan seperti terjadinya bai’ah ‘aqabah dan hijrahnya kaum muslimin ke Habsyah serta diterimanya sebagai tamu kehormatan di sana. Peristiwa ini memberi isyarat bahwa dakwah Rasulullah akan meniti fase baru. Dan Nabi SAW beserta umat Islam akan mendapat amanah yang lebih berat tapi mulia yaitu menata kehidupan yang baru dengan system kehidupan yang dibingkai dalam frame syari’ah yang mulia dan agung.
Untuk memahami lebih jauh dari makna peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini mari kita analisis peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang perjalanan Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw.
Pertama, Isra’ terjadi antara Masjidil Haram ke al-Masjid al-Aqsha dan Rasulullah SAW diamanahi menjadi Imam para nabi dan Rasul. Peristiwa ini memberi isyarat pertama. Kedua masjid ini seharusnya berada dibawah kekuasaaan dan pengelolaan orang Muslim. Pembebasan Masjid al-Aqsha merupakan kewajiban yang dipikulkan kepada kaum muslim di seluruh dunia khususnya mereka yang tinggal di Negara-Negara sekitar Palestina. Umar bin Khaththab dan Shalahuddin al-Ayyubi telah berhasil merebut Kota Palestina. Maka sa’atnya kini umat Islam tampil untuk merebutnya kembali. Kedua, terjadi pergeseran kepemimpinan umat beragama yaitu dari bani Israel kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin.
Ketiga, stabilitas politik akan terjadi apabalila umat Islam mampu mempertahankan kekuasannya di Palestina dan daerah sekitarnya yaitu daerah sekitar sungai Nil dan Eufrat. Isyarat ini dapat kita baca dalam firman Allah Surat al-Isra’:4-9 :Artinya: ”Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali, dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman. Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”
Pada sa’at al-Qur’an bercerita tentang prilaku Yahudi ini, mereka belum memiliki kekuatan apa apa di bumi Palestina. Karena pada saat itu Palestina dijajah oleh Romawi. Ayat ini memberi isyarat bahwa dakwah Islam akan berkembang dan memasuki daerah paling rawan konflik yaitu Palestina dan akan menjadi aktor penyelesaiannya. Isyarat ini dikuatkan dengan diperlihatkannya kepada Rasulullah SAW empat sungai; dua sungai yang tersembunyi di sorga, dan dua sungai yang nampak yaitu sungai Nil dan Eufrat. Keempat, bahwa pelaku perubahan adalah orang-orang yang selalu memakmurkan masjid dan selalu sujud kepada-Nya. Para sahabat Rasulullah SAW adalah orang-orang pilihan yang sudah terbukti loyalitasnya kepada Allah dan agama-Nya (Islam). Mereka melakukan shalat malam, siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk menegakkan agama di bumi Allah bersama Rasul mereka di mana pun bumi itu berada.Dengan demikian mereka pantas menyandang amanah yang mulia dan agung ini.
Peristiwa penting lainnya adalah diwajibkannya shalat lima waktu. Perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu yang diterima langsung oleh Rasulullah SAW pada malam mi’raj menunjukkan bahwa ibadah ini merupakan sarana mi’rajnya seorang muslim kepada Allah SWT. Dan bahwa ibadah ini memilki keistimewaan yang tak ada pada ibadah lainnya. Diantaranya ibadah shalat tidak bisa ditinggalkan kecuali dalam sakratul maut. Ibnu Ishak meriwayatkan dari sabahat Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda yang intinya:
Nabi Adam as. merasa gembira ketika ditampakkan kepadanya ruh anak keturunnanya yang baik dan berkata: ”Ruh yang baik yang keluar dari jiwa yang baik. Sebaliknya jika ditampakkan kepadanya ruh yang jelek, beliau berkata: ”Ruh jahat keluar dari jiwa yang jahat”. Ketika Nabi Muhammad saw. bertemu dengan Adam as. beliau menyambutnya dengan ucapan:” Selamat datang anakku yang baik dan nabi yang shaleh”. Peristiwa ini memberikan pesan dan pelajaran berikut: Orang tua memiliki cita-cita agar anak keturunannya menjadi anak yang baik dan shaleh. Untuk mendapatkan anak yang shaleh membutuhkan jiwa-jiwa yang bersih,suci dan shaleh.(at-Thayyibun li at-thayyibat).Oleh sebab itu Rasullah SAW Berpesan: “Pilihlah untuk tempat mani kalian, karena anak mengikuti sifat-sifat orang tuanya”. Keshalehan anak seharusnya menjadi kebanggaan orang tua karena penilaian kemulian seseorang dihadapan Allah SWT karena taqwanya. Anak yang shaleh seharusnya berusaha membahagiakan orang tuanya, mewarisi cita-cita besar, akhlak dan perjuangan orang tuanya.
Kemudian ada pemandangan-pemandangan: Kaum lelaki yang memiliki bibir seperti bibirnya onta, di tangan mereka terdapat sepotong api yang dimasukkan ke dalam perutnya lalu keluar dari lubang duburnya. Pemandangan ini menurut Jibril as. adalah pemakan harta anak yatim secara dzalim. Seorang lelaki berperut gendut diinjak sehingga tidak mampu bergerak. Ini potret pemakan harta riba.
kemudian ada Lelaki yang ditangannya terdapat daging yang baik dan berharga, sementara di sampingnya ada daging yang berkualitas jelek dan busuk ,tetapi ia malah memilih daging jelek dan busuk. Inilah potret dari lelaki hidung belang. Dan pemandangan seorang Wanita yang tergantung dengan payudaranya. Potret dari wanita yang memasukkan anak haram kepada keluarga suaminya dari hasil perselingkuhannya dengan lelaki lain.
Peristiwa-peristiwa di atas ditampakkan kepada Rasulullah SAW jauh sebelum syari’at –syari’at Islam diberlakukan oleh Allah SWT. Hal ini menguatkan bahwa Isra’ dan Mi’raj tidak sekedar wisata religi saja, tetapi ada persoalan-persoalan lain yang akan menjadi tugas utama Nabi Muhammad SAW dan ummatnya untuk menata kehidupan sesuai dengan panduan dan hidayah al-Qur’an. Buktinya, tiga tahun kemudian Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya hijrah ke Madinah. Membangun negara berbasiskan hukum-hukum Allah SWT yang sebagiannya divisualkan dalam perjalanan mi’raj ke Sidratul Muntaha dan mengusir bangsa Yahudi dari Khaibar.Tugas ini dilanjutkan oleh Umar bin Khaththab dengan mengusir Yahudi dari bumi Palestina, menundukkan Mesir dan Irak serta Persia.
Mudah-mudahan momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj ini membangun kembali kesadaran ummat muslim dalam mengembangkan Dakwah Islamiyah dan pentingnya kemerdekaan Palestina sehingga bumi yang satu ini memberi berkah kepada daerah sekitarnya sebagaimana diisyaratkan dalam ayat :” barakna haulahu”(Kami beri berkah kepada sekitarnya) dan bukan baraknahu (Kami berkatinya) atau barakna fihi”(Kami berkati di dalamnya), dan mampu mengulangi kebesaran dan keagungan perjuangan pendahulunya yang telah berhasil merebut Kota Palestina sehingga memberi berkah, keamanan dan stabilitas politik kepada daerah sekitarnya. Amien ya Rabbal ‘alamien. Wallahu a’lam bi as-shawab. (KH. M. Bashri Asyari, Lc, MA/Ketua PD IKADI Sumenep)