Berbagai cara pun kita lakukan untuk bisa menjaga dan merawat tubuh. Hanya saja, tanpa sadar kita seringkali lalai untuk memperhatikan perawatan tubuh kita dari sisi yang lain. Kita pasti sangat memperhatikan zat-zat gizi apa saja yang terkandung dalam makanan yang kita makan setiap saat. Kita sadar bahwa zat-zat gizi tersebut amat penting bagi tubuh kita. Jika gizi tercukupi, tubuh pun jadi sehat dan tidak cepat mengalami penuaan. Disamping kandungan kecukupan gizi, mestinya kita juga harus memperhatikan kehalalan dari makanan yang kita nikmati.
Untuk bisa disebut halal, suatu makanan setidak-tidaknya harus memenuhi dua syarat. Pertama, makanan itu tidak mengandung zat-zat yang haram seperti khamr, bangkai, dan daging babi. Kedua, makanan itu diperoleh dengan cara yang halal. Tidak dengan cara-cara yang tidak benar seperti mencuri, merampas, merampok, menipu dan sebagainya. Jika salah satu saja dari kedua syarat ini tidak terpenuhi maka makanan itu adalah makanan yang haram.
Mengkonsumsi makanan yang haram zatnya bisa merusak tubuh kita. Adapun jika kita mengonsumsi makanan yang kita dapatkan dengan cara yang haram, meskipun makanan tersebut tidak mengandung zat-zat yang haram, maka tubuh kita kelak di akhirat akan disiksa oleh Allah SWT. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Tidak akan masuk surga manusia yang daging dan darahnya tumbuh dari usaha yang haram; api neraka lebih layak baginya.”
Akibat memakan makanan yang haram, Allah SWT juga tidak akan mengabulkan doa orang-orang yang daging tubuhnya tumbuh dari makanan yang haram. Rasulullah bersabda,”Ada seseorang habis melakukan perjalanan jauh dalam keadaan lusuh dan penuh debu. Lalu ia menengadahkan tangannya ke langit dan berdoa,’Wahai Tuhanku.’ Padahal makanan yang ia makan haram dan pakaian yang ia kenakan juga haram. Bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan.” Lebih dari itu, makanan yang haram juga akan jauh dari barokah. Barokah itu bisa jadi berupa kesehatan, kenyamanan, ketenangan dan sebagainya