Siapapun yang hidup di dunia ini, tidak terkecuali juga yang sudah lanjut usia, semuanya menginginkan dan memiliki cita-cita yang sama yaitu ingin hidup bahagia. Meski mereka memaknai bahagia itu dengan makna yang beragam macamnya. Tetapi tidak semua orang mampu mendapatkannya dengan cara yang mudah. Kadang jalan untuk meraih kebahagiaanpun dipenuhi dengan banyak liku dan penuh dengan onak dan duri. Sehingga sebelum mereka mampu meraihnya, mereka harus berjuang dan berjibaku dengan berbagai rintangan yang kadang tidak mengenakkan.
Ada beberapa yang mudah dalam meraih kebahagiaan hidup sebagaimana diidam-idamkan semua orang. Setidaknya ada dua jalan yang bias dilalui. Jalan yang Pertama adalah selalu bertawakkal dan menyadari bahwa kehidupan, rizqi dan kematian semuanya berada pada genggaman dan kekuasaan Allah SWT. Sedang jalan yang Kedua adalah selalu berusaha, bekerja dan beramal sesuai dengan konsep dan aturan Rabbani. Yaitu mengikuti semua ketentuan sebagaimana yang telah digariskan di dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Dari sisi muncul pertanyaan, mengapa seseorang jika ingin menggapai kebahagiaan harus melalui dua jalan di atas? Jawabannya adalah karena dengan menyadari bahwa Dialah Allah yang memiliki, menghidupkan dan mematikan kita, pastilah tidak ada cara lain dalam menyikapi kenyataan hidup ini melainkan dengan rasa tawakkal (berserah diri) hanya kepada Allah SWT. Dan apabila kesadaran seperti ini telah hinggap di sanubari, maka seseorang akan mendapatkan kekuatan dan ketenangan jiwa. Dan dengan ketenangan jiwa adalah modal utama meraih hidup bahagia.
Hidup dengan kepasrahan dan tawakkal kepada Allah SWT haruslah dibarengi dengan kerja dan usaha serta amal yang sungguh-sungguh sesuai dengan aturan Allah SWT. Selalu berusaha dan bekerja adalah sesuatu yang sangat terpuji dalam pandangan Islam. Karena semuanya pada hakekatnya adalah beribadah kepada Allah SWT.
Dengan menempuh dua jalan di atas, seseorang dipastikan akan selalu berada dalam pengawasan Allah swt hingga sukses meraih pertolongan dan kemenangan. Dua hal tersebut yang biasa disebut dengan Iman dan amal yang didasari dengan konsep (pemahaman) al-Qur’an. Contoh kongkrit di atas telah Allah jelaskan pada kisah nabi Nuh AS dalam surat Hud. Yaitu ketika ia menghimpun antara sikap tawakkal kepada Allah dalam menghadapi sikap jahat kaumnya yang mengembargo dan menindasnya, dan disisi lai Nuh AS pula beramal dengan membuat bahtera dengan mengikuti konsep Ilahi seperti firmannya:
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan”. (QS Hud: 37)
Karena dua hal tersebutlah, akhirnya Allah menyelamatkan nabi Nuh dan nenek moyang kita yang beriman dan ikut bersamanya dan menenggelamkan orang-orang yangg durhaka. Jika bukan karena dua hal yang telah pilih oleh nenek moyang kita, tentu kita tidak akan pernah ada di dunia ini. Karena itu, ambil pelajaran, ikuti dan lanjutkanlah perjalanan yang lurus yang telah ditempuh oleh nenek moyang kita, agar kita pun juga mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat..