Setiap manusia yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam hidupnya pasti akan mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Karena dalam meniti jalan hidup setiap manusia pasti akan melalui ujian maupun cobaan. Al-Qur’anlah yang memberikan petunjuk kepada manusia bahwa setiap ujian dan cobaan harus dihadapi dengan sabar dan istiqamah. Sikap sabar dapat memelihara seorang dari kejatuhan dan kebinasaan dan istiqamah dapat memberikan hidayah yang menjaga seorang muslim dari rasa putus asa.
Istiqamah bukanlah sekedar kebajikan tambahan atau pelengkap, tetapi ia adalah suatu keharusan yang sangat urgen bagi manusia dalam hal meningkatkan aspek material dan spritualnya serta untuk kebahagiaan pribadi dan masyarakat. Sehingga orang-orang yang mendambakan keberhasilan, kedudukan dan kepemimpinan mengetahui benar bahwa kemuliaan di dunia seperti halnya keberuntungan di akhirat, yang tidak akan berhasil diraih kecuali dengan mendaki bukit kesulitan, menanggung penderitaan, termasuk terhadap hal yang tidak disukai. Semua itu membutuhkan satu sikap yakni istiqamah. Tidak mudah diombang-ambingkan hawa nafsunya serta bujuk rayu setan yang menyesatkan. Tanpa sikap istiqamah ini mustahil pekerjaannya akan berhasil dan cita-citanya akan tercapai.
Beristiqamah di atas shirath mustaqim -jalan kebenaran yang lurus- yang menyampaikan kepada Allah SWT dengan cara sempurna tanpa sedikitpun ada penyimpangan adalah sesuatu yang tidak mungkin atau terlampau sulit dalam pengamalannya, demikian itu hanya bisa dilakukan oleh para nabi.
Dalam salah satu hadits diriwayatkan:
Artinya:“Dari Abu Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah SAW :”Luruskanlah dirimu dan janganlah berlebih-lebihan, ketahuilah bahwa tiada seorangpun yang dapat selamat berdasarkan amalnya semata-mata, para sahabat bertanya:”Walaupun anda sendiri ya, Rasulullah ?”, beliau menjawab :”Demikian pula saya tidak dapat selamat kecuali bila Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas diriku”.(HR.Ibnu Majah)
Beristiqamah menjadi sulit bila manusia hanya memiliki keimanan dan ketaqwaan yang sedikit pula, sehingga setan mudah sekali untuk membujuknya melanggar perintah-perintah Allah SWT. Manusia menjadi malas menjalankan syariat-syariat yang telah ditentukaan Oleh Allah. Dan tidak termotivasi untuk menegakkan dienul Islam, padahal tegaknya dienul Islam merupakan suatu tanda bahwa dunia akan menjadi aman, nyaman dan tenteram.
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk menegakkan dien secara umum, seperti dalam firman-Nya:
Artinya:Dia telah mensyariatkan bagimu satu dien (yakni) apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan yang telah diwasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah dien dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya, amat berat bagi orang musyrik apa (agama) yang kalian seru kepada mereka… (QS.42:13).
Pada ayat di atas jelas Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk menegakkan dien dengan penuh istiqamah (lurus) tanpa bengkok ke kiri ataupun ke kanan. Istiqamah yang mencakup secara keseluruhan. Mencakup pelaksanaan ketaatan, lahir batin dan meninggalkan semua bentuk larangan, sehingga firman Allah ini nyata mencakup perkara dien secara keseluruhan.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Dari Abu Abu Sufyan bin Abdillah semoga Allah meridhainya berkata: “Aku berkata: “Ya Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang tidak akan aku tanyakan kepada orang lain, selain Engkau ?, Rasulullah menjawab: “Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah (H.R. Muslim).
Yang dituntut dari seorang manusia terlebih khusus seorang Muslim dari istiqamah yaitu as-sadad (kokoh), maka jika tidak mampu melakukan istiqamah hendaknya mendekatinya, tapi jika tidak dapat mendekatinya juga maka tidak ada lagi yang tersisa kecuali menyia-nyiakan dan berlebih-lebihan.
Sebagaimana sabda Nabi yang senada dengan hadits sesebelumnya, tapi dengan riwayat berbeda, Rasulullah bersabda:
Artinya:Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhainya dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda:”Kokohkanlah, dan dekatkanlah. Ketahuilah bahwa tidak seorangpun akan selamat di antara kalian dengan amalnya” para Sahabat bertanya:”Apakah itu juga bagimu ya Rasulullah?” Nabi menjawab:”Benar, kalaulah bukan karena rahmat dan keutamaan Allah SWT (HR.Muslim).
Dengan demikian bahwa agama secara keseluruhan dihimpun dalam satu kalimat yaitu istiqamah, di mana perintah istiqamah adalah “as-Sadad” dan membetulkan niat, perkataan dan perbuatan. Rasulullah mengetahui benar bahwasanya para umatnya tidak
mampu melaksanakan istiqamah, maka Rasulpun memerintahkan untuk mendekatinya (wa qaribuu) yang akan mendekatkan manusia dari istiqamah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sebagaimana orang yang melempar pada satu sasaran, jika tidak mengenai sasarannya maka pasti mendekati atau tidak jauh dari sasarannya. Rasulullah juga mengingatkan bahwa berbuat istiqamah ataupun mendekatinya (muqarabah), konotasinya tidak menjadi suatu jaminan diselamatkannya seseorang dari api neraka, maka janganlah seseorang bergantung pada amalan-amalannya, bahkan merasa bangga dengan banyaknya amalan tersebut, terlebih lagi beranggapan akan mendapatkan keselamatan di akhirat karena amalannya itu, karena sesungguhnya keselamatannya adalah karena rahmat Allah, ampunan, serta keutamaan-Nya.
Seseorang dengan kapasitas muslim hendaklah menjadi orang yang paling istiqamah di antara manusia. Dengan demikian Allah tidak akan menyia-nyiakan usahanya, Allah akan memberinya hikmah dalam perkataan, perbuatan, dan prilakunya. Kemuliaan yang paling besar adalah karena adanya istiqamah. Dari istiqamah itulah ucapan seseorang diterima, perbuatan tingkah lakunya diteladani, yang seperti itulah yang dapat memberi kebaikan dan pahala semata-mata karena keikhlasan dan kejujuran niatnya serta harapannya terhadap pahala yang “disiapkan” oleh Allah SWT. Mereka akan memperoleh perkataan dan perbuatan yang terbaik.
Dengan demikian ajakan kepada jalan Allah adalah kata yang paling baik diucapkan di dunia ini tetapi juga harus disertai dengan amal salih, serta diiringi dengan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT dan merasa bangga dengan nilai-nilai keislaman.