Di antara ciri agama yang layak dianut di abad modern adalah bahwa agama tersebut dibawa oleh manusia pilihan (yaitu nabi) yang dikuatkan dengan mukjizat. Sebagian mukjizat nabi tersebut hendaknya masih bisa kita saksikan sekarang ini, sehingga kita bisa membuktikan apakah agama tersebut benar-benar asli dari Sang Pencipta atau tidak, dengan cara menentang mukjizat tersebut. Kalau mukjizat itu bisa kita kalahkan berarti ia bukanlah mukjizat. Dalam pengetahuan agama, mukjizat bisa diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa, muncul pada diri seseorang yang mengaku menjadi Nabi, bersifat menantang dan tidak mungkin untuk ditandingi oleh siapapun. Kalau mukjizat bisa ditandingi oleh manusia, tidak ada artinya mukjizat tersebut sebagai tanda kebenaran seorang Rasul Allah. Agama nantinya bisa dipalsukan oleh orang-orang yang mengaku menjadi nabi.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Beliau dikuatkan dengan berbagai mukjizat seperti membelah bulan, kitab suci Al-Quran, dan sebagainya. Mukjizat Nabi Muhammad saw yang masih bisa kita saksikan adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang abadi sampai hari Kiamat. Ciri-ciri kemukjizatan Al-Qur’an adalah : ia merupakan kitab suci yang luar biasa hebatnya baik ditinjau dari segi keindahan susunan bahasa ataupun dari isinya. Ia diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw yang menantang semua orang kafir untuk menandinginya (lihat QS Al-Baqarah 23-24 dan QS Yunus 37-39), tapi sampai sekarang tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Allah berfirman, ”Bila kalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Al-Qur’an), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Al-Qur’an) dan panggillah penolong-penolong kalian selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kalian tidak bisa melakukannya dan pasti tidak akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disiapkan untuk orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah: 23-24).
Al-Qur’an menantang orang-orang kafir yang ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an untuk membuat surat yang sepadan dengan Al-Qur’an dari segi keindahan bahasa dan kebenaran isinya. Kemukjizatan Al-Qur’an menurut sebagian ulama terletak pada keindahan susunan kalimatnya dalam hal balaghah, fashahah dan keindahan ungkapannya. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada kesesuaian prinsip-prinsip Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia. Kalau seandainya prinsip-prinsip ajaran itu dari produk manusia atau produk masyarakat tertentu pasti tidak akan cocok untuk diterapkan sepanjang masa .
Sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada pemberitannya tentang hal-hal ghaib. Misalnya dalam QS Ali Imran disebutkan: “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kalian pasti akan dikalahkan di dunia ini dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lainnya kafir yang dengan mata kepala seakan-akan melihat orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS Ali Imran: 12-13)
Al-Qur’an telah memberitakan akhir dari masyarakat di Jazirah Arabia dengan kemenangan umat Islam atas orang-orang kafir. Padahal saat diturunkannya ayat tersebut orang kafir Quraisy berada dalam kondisi luar biasa kuat baik dari segi kualitas dan kuantitas dan kaum mukminin berada dalam kondisi lemah. Dan akhirnya, umat Islam benar-benar mengalahkan orang-orang kafir tersebut.
Dalam QS Ar-Ruum Allah berfirman, ”Alif laam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat (yaitu Syam) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah mereka menang. Dan di hari kemenangan Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” (QS Ar-Ruum: 1-4)
Ternyata, pemberitaan Al-Qur’an ini benar-benar terjadi. Romawi mendapatkan kemenangan atas Persia pada masa pemerintahan Heraklius, 6 tahun sesudah Nabi berhijrah ke Madinah. yaitu pada tahun 622 M. Pada sat itu Heraklius merayakan kemenangannya di Konstantinopel pada tahun 628 M.
Kemenangan itu menjadi kabar gembira bagi kaum mukminin. Karena kemenangan itu akan disusul dengan kehancuran suatu umat. Kemenangan ada di pihak Romawi akan tetapi kemenangan itu akan disusul dengan kehancuran Imperium Romawi di Timur dan juga di utara Afrika yang kemudian akan diwarisi oleh umat Islam.
Perang antara Persia dan Romawi adalah pendahuluan bagi kemenangan umat Islam di Jazirah Arabia dan sekitarnya. Kemenangan umat Islam ini adalah kemangan yang diraih oleh umat Islam sendiri, bukan hasil peperangan kedua imperium adidaya tersebut. Mulai dari kemenangan di Badar, kemudian terus ke luar jazirah Arabia, ke Persia dan akhirnya sampai ke Romawi.
Al-Qur’an memberitahukan dua hal yang terbukti setelah beberapa tahun kemudian. Pertama, kemenangan Romawi atas Persia. Kemenangan ini baru terwujud 6 tahun sesudah hijrahnya Nabi ke Madinah. Kedua, umat Islam akan bergembira dengan memenangkan pertempuran atas orang-orang materialis di Mekkah, Persia dan Romawi.
Kebenaran pemberitaan Al-Qur’an tentang hal-hal ghaib ini merupakan bukti kebenaran Rasulullah saw. Rasulullah bukanlah seorang ahli di bidang ini. Al-Qur’an bukanlah dari Rasulullah akan tetapi dari Allah SWT.
Lain daripada itu ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada keindahan bahasanya yang amat mampengaruhi hati sanubari manusia. Banyak orang yang masuk Islam karena mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti Umar Bin Khattab, Raja Najasyi, dan sebagainya.
Kemukjizatan Al-Qur’an juga bisa dilihat dari segi kandungan keilmuan di dalamnya. Al-Qur’an telah menyebutkan berbagai hakikat ilmiah yang belum ditemukan para ilmuwan saat itu seperti bulatnya bumi, bergeraknya semua benda-benda angkasa, dan sebagainya.
Kemu’jizatan Ilmiah
Mukjizat yang diberikan Alah kepada setiap rasul disesuaikan dengan keistimewaan kaum di mana rasul itu diutus. Nabi Musa a.s. diberi mukjizat tongkat untuk mengungguli kehebatan sihir yang berkembang sat itu. Nabi Isa a.s diberi mukjizat bisa menghidupkan orang mati untuk menantang kemajuan ilmu kedokteran saat itu. Kalau kita amati, semua mukjizat terdahulu bersifat inderawi yang bisa dirasakan atau dilihat. Yang sudah barang tentu pengaruhnya terbatas pada waktu tertentu dan terbatas pada risalah tertentu juga. Ketika risalah dipungkasi dengan Islam, Allah memberikan mukjizat yang abadi sampai akhir zaman demi memelihara agama Islam mendukung kenabian Rasulullah saw.
Kemukjizatan yang paling cocok bagi risalah akhir zaman yang menjadi pemungkas risalah samawiyah dan paling cocok untuk menghadapi berbagai level masyarakat adalah kemukjizatan ilmiah.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-An’am ayat 19: “Katakanlah: ’Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?’ Katakanlah : ’Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kalian dan Al-Qur’an itu diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang yang sampai Al-Qur’an kepadanya.” Di antara persaksian itu adalah dengan mukjizat ilmiah yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman dalam QS An-Nisa’ ayat 166: ”Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmuNya.”
Dalam ayat yang diturunkan untuk membantah orang-orang kafir di atas terdapat penjelasan watak kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an yang tetap ada dalam kehidupan manusia dan akan terus muncul sesuai dengan perkembangan ilmu yang ditemukan manusia. Dengan demikian kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an akan dikenali oleh manusia pada setiap zaman. Rasulullah saw pernah menyatakan dalam haditsnya: “Tidaklah seorang nabi diutus kecuali diberikan kepadanya ayat atau mukjizat yang mendorong manusia beriman kepadanya. Akan tetapi yang diberikan kepadaku adalah wahyu (yaitu Al-Qur’an) yang diwahyukan Allah kepadaku, maka aku berharap pengikutku adalah yang terbanyak diantara pengikut para nabi lainnya pada hari kiamat kelak.” (HR Al-Bukhari dan Muslim) – Lihat Fathul Bari juz 9 hal 3 dan Shahih Muslim Kitab Al-Iman.
Allah menghendaki agar setiap berita dan kejadian terjadi pada waktu tertentu. Bila sutau peristiwa terjadi di hadapan kita maka akan terbersitlah makna-makna yang menunjukkan kemukjizatan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an. Kemukjizatan ilmiah ini akan muncul sepanjang masa . Hal ini telah disitir oleh Allah dalam firman-Nya: ”Untuk tiap-tiap berita yang dibawa oleh para rasul ada waktu terjadinya dan kelak kalian akan mengetahui.” (QS Al-An’am: 67)
Berdasarkan hal di atas para mufassirin berpendapat bahwa berita-berita tentang bumi dan langit dalam Al-Qur’an akan tersingkap pada abad penemuannya, dan sesungguhnya berita yang dikandung oleh Al-Qur’an merupakan berita dari Ilahi yang Maha Mengetahui rahasia segala sesuatu.
Oleh sebab itu kita harus terus menggali kemukjizatan ilmiah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Allah berfirman: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami disegenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar.” (QS Fushshilat: 53). Wallahu a’lamu bis-shawab.
(Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail, MA/Ketua PP IKADI)