Belum lama Rasulullah saw tinggal di Madinah, datanglah seorang wanita bernama Al Ghumaiso’ binti Milhan menemui Rasulullah saw bersama putranya Anas bin Malik, ia berkata : “Wahai Rasulullah, tidak satupun seorang laki-laki dan perempuan dari Ansor ini, kecuali telah memberi hadiah kepadamu, dan sesungguhnya Aku tidak memiliki apa yang dapat aku berikan kepadamu kecuali anakku ini….maka ambillah anak ini agar dia dapat membantumu kapan anda mau.” Tergugahlah Rasul untuk menerimanya. Beliau mengusap kepalanya dan menyatukannya dengan keluarganya. Saat itu umur Anas sepuluh tahun. Suatu kebahgaiaan dapat menjadi pembantu Rasulullah, dan hidup terus bersama Rosulullah hingga Beliau kembali kepada Allah. Adalah masa hidupnya menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Anas untuk menimba langsung hidayah dari Rasul. Memahami semua sabdanya, mengetahui sifat-sifat dan keutamaannya yang tidak diketahui oleh selainnya.
Anas berkata :”Adalah Rasulullah saw orang yang paling baik akhlaknya, lapang dadanya, dan banyak kasih sayangnya. Suatu saat beliau menyuruhku untuk suatu keperluan. Ketika aku berangkat aku tidak menuju ke tempat yang Rasul inginkan. Namun aku pergi ke tempat anak-anak yang sedang bermain di pasar ikut bermain bersama mereka. Ketika aku telah bersama mereka aku merasa ada seseorang berdiri di belakangku dan menarik bajuku, maka aku menoleh, ternyata dia adalah Rosululah dengan senyum beliau menegurku:” Ya Unais ( panggilan kesayangan ) apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan? Aku gugup menjawabnya : Ya, ya Rasul, sekarang aku akan berangkat. Demi Allah aku telah menjadi pembantunya sepuluh tahun, tidak pernah aku mendengar ia menegurku :” Mengapa kamu lakukan ini dan itu, atau mengapa kamu tidak melakukan ini atau itu ?
Anas bin Malik hidup setelah wafatnya Rasullullah saw sekitar delapan puluh tahun lebih. Dadanya dipenuhi ilmu yang langsung diambil dari Rasulullah. Otaknya tumbuh dengan pemahaman kenabian. Oleh karena itu sepanjang umurnya menjadi rujukan umat Islam, tempat umat bertanya, setiap menghadapi permasalahan sulit dan tidak diketahui hukumnya. Suatu saat terjadi perdebatan tentang keberadaan telaga Nabi nanti di hari qiyamat. Maka mereka bertanya kepada Anas tentang masalah ini. Beliau menjawab :”Aku tidak mengira hidup dalam kondisi mendapatkan kalian mendiskusikan tentang telaga. Sungguh aku telah meninggalkan para wanita tua di belakangku, tidaklah di antara mereka sholat kecuali mereka berdoa agar dapat minum dari telaga nabi tersebut. Dan seterusnya Anas sepanjang hidupnya selalu mengenang kehidupan Rasulullah.
Adalah Anas selalu riang setiap kali bertemu dengan Rasulullah, sangat sedih di saat perpisahan, banyak mengulang-ngulang sabdanya, sangat perhatian mengikuti perkataan-perkataannya dan perbuatan-perbuatannya, menyenangi apa yang disenangi dan membenci apa yang dibenci, dan hari yang paling berkesan baginya karena dua peristiwa : Hari yang pertama ia bertemu dengan Rasulullah dan hari saat berpisah dengan Beliau. Apabila terkenang hari yang pertama beliau berbahagia, dan apabila terkenang hari yang kedua terharu yang membuat orang-orang di sekelilingnya ikut menangis. Beliau sering berkata :”Sungguh saya melihat Nabi saw pada hari pertama bersama kita, dan hari pada saat wafatnya, maka tidaklah aku melihat dua hari itu ada kemiripan. Maka pada hari saat masuk ke Madianah menyinari segal sesuatu. Dan pada hari hampir wafatnya, Jadilah Madinah kota yang gelap. Terakhir aku melihat Rasulullah saw pada hari senen ketika tabir di kamarnya di buka, maka aku melihat wajahnya seperti kertas mushaf, para sahabat saat itu berdiri di belakang Abu Bakr melihatnya, hampir-hampir mereka bergejolak kalau saja Abu bakr tidak menenangkan mereka. Pada hari itulah Rasulullah saw wafat, maka tidaklah kami melihat pemandangan yang sangat mengherankan dari pada melihat wajah Rasulullah saw harus diuruk dengan tanah.
Adalah Rasulullah saw sering mendoakan Anas bin Malik. Di antara doanya : اللهم ارزقه مالا وولداً ، وبارك له ً “ Ya Allah berilah razqi kepadanya harta dan anak, dan berkahilah”. Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya, jadilah Anas orang yang kaya di kalangan Anshor, dan paling banyak keturunannya, sampai-sampai dia panjang umur dan hidup bersama cucu-cucunya lebih dari seratus orang. Dan umurnya mencapai seratus tahun lebih. Dan adalah Anas, sahabat yang sangat mengharapkan syafaat Rasulullah saw. pada hari qiyamat, sering sekali ia mengatakan :” Aku berharap dapat bertemu Rasulullah pada hari qiyamat dan mengatakan kepada Rsulullah saw. ya Rosul inilah saya yang dulu menjadi pembantumu.
Ketika Anas sakit menjelang kematiannya, dia berkata kepada keluarganya :”Tuntunlah aku untuk membacaa لا إله إلا الله ، محمد رسول الله .” Begitulah ia mengulang-ngulangnya sampai datang ajalnya. Beliau pernah berwasiat agar tongkat kecil milik Rosul dikuburkan bersamanya, maka diletakkanlah di antara lambungnya. Selamat bagi Anas, yang telah dikaruniai oleh Allah dengan berbagai macam kebaikan. Total masa hidup Anas bersama rosulullah saw selama sepeuluh tahun. Beliau berada di ranking ketiga di dalam meriwayatkan hadits, setelah Abu Huroiroh dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah membalasnya dan ibunya atas jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.