Khusyuk Dalam Sholat

  • Sumo

Sholat bukanlah sekadar sekumpulan gerakan fisik berupa berdiri, ruku’, sujud, dan duduk, akan tetapi adalah aktivitas fisik dan batin sekaligus. Sholat yang benar adalah sholat yang dipenuhi adab-adabnya, yang meliputi adab fisik dan adab batin. Adab fisik dalam sholat tidak lain adalah menunaikan gerakan-gerakan sholat dengan sempurna dan tumakninah. Adapun adab batin dalam sholat adalah menunaikannya dengan khusyuk.

Kekhusyukan dalam sholat sangatlah penting. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan tegakkanlah sholat untuk mengingat-Ku.” (QS Thaha: 14) Maksud ayat ini, mengingat Allah adalah kewajiban yang harus kita lakukan dalam sholat. Jika seseorang tidak khusyuk alias lalai dalam sholatnya, bagaimana ia mengingat Allah?

Allah swt telah melarang kita untuk lalai, apalagi dalam sholat yang dilakukan justru dengan tujuan untuk mengingat Allah. “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf: 205) Bahkan ketika Allah SWT melarang minum khamr menjelang sholat, Dia menjelaskan: “sampai kalian memahami apa yang kalian ucapkan (dalam sholat kalian).” (QS An-Nisa’: 43) Penjelasan ini bermakna larangan lalai dalam sholat sehingga tidak memahami apa-apa yang dibaca dalam sholat.

Mengenai pentingnya khusyuk ini, Allah swt menjelaskan bahwa khusyuk dalam sholat merupakan salah satu sebab datangnya keberuntungan. “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.” (QS Al-Mu’minun: 1-2) Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Betapa banyak orang yang sholat tetapi hanya mendapatkan lelah dan letih saja.” (HR An-Nasai). Beliau saw juga mengingatkan: “Ilmu yang pertama kali akan diangkat dari atas muka bumi adalah kekhusyukan.” (HR Ath-Thabrani).

Ada enam kesadaran batin yang hendaknya ada dalam diri kita sewaktu melaksanakan sholat. Keenam macam kesadaran batin ini merupakan tingkatan-tingkatan mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Kesadaran batin yang terendah adalah hadirnya hati (hudhur al-qalb). Jika kita sholat, hendaknya hati kita hadir. Jangan sampai fisik kita sholat, tetapi hati kita memikirkan yang lainnya. Kesadaran batin yang kedua adalah kepahaman (al-tafahhum). Ini adalah tingkatan yang lebih tinggi daripada hadirnya hati. Jika hadirnya hati hanya cukup menyadari terucapkannya bacaan-bacaan, maka kepahaman berarti menyadari makna dari bacaan-bacaan yang kita ucapkan.

Kesadaran batin yang ketiga adalah pengagungan (al-ta’zhim). Ini lebih dalam dari sekadar hadirnya hati dan kepahaman. Setelah memahami makna bacaan-bacaan yang terucap dalam sholat, muncullah pengagungan kepada Allah swt. Kesadaran batin yang keempat adalah rasa takut (al-haibah wal-khauf).  Setelah menyadari keagungan Allah swt, hati pun menjadi takut kepada-Nya.

Kesadaran batin yang kelima adalah pengharapan (al-raja’). Tidaklah cukup kita hanya takut kepada keagungan Allah swt dan siksaan-Nya yang amat pedih. Kita juga hendaknya mengharapkan ridha dan pahala dari-Nya. Adapun kesadaran batin yang tertinggi adalah rasa malu (al-haya’). Betapa tidak, kita merasa takut kepada keagungan Allah SWT tetapi  terkadang kita masih berbuat dosa kepada-Nya. Demikian pula kita berharap ridha dan pahala dari-Nya tetapi terkadang kita masih mau berbuat dosa.

Diantara faktor penting yang bisa membantu kita khusyuk dalam sholat adalah memahami dan menghayati makna batin gerakan-gerakan sholat yang kita lakukan dan bacaan-bacaan sholat yang kita ucapkan.

Sebelum melakukan sholat, kita bersuci terlebih dahulu dari hadats dan najis yang ada pada badan kita. Makna batinnya, hendaknya kita juga menyucikan jiwa kita dari berbagai dosa dan kesalahan dengan menyesal dan bertaubat kepada Allah.

Disamping bersuci, kita juga harus berpakaian yang menutup aurat kita. Pakaian tersebut kita kenakan untuk menutupi aurat badan kita dari pandangan manusia. Lalu bagaimana dengan aurat batin kita berupa dosa dan kesalahan kita? Mungkin aurat ini bisa kita sembunyikan dari pandangan manusia, tetapi apakah bisa kita sembunyikan dari pandangan Allah? Satu-satunya yang bisa kita pakai untuk menutupi aurat ini adalah rasa malu dan rasa takut kita kepada Allah. Pertanyaannya, apakah ketika kita berpakaian menutup aurat dalam sholat, kita juga menutupi aurat batin kita dengan rasa malu dan rasa takut kepada Allah?

Sebelum bertakbiratul ihram, terlebih dahulu kita hadapkan badan kita ke arah Rumah Allah. Kita palingkan badan kita dari arah-arah yang lain, untuk hanya kita hadapkan ke Rumah Allah. Semestinya menghadapnya badan kita ke Rumah Allah ini diikuti pula oleh batin kita yang terarah hanya kepada Allah. Jangan sampai badan kita menghadap Rumah Allah, tetapi batin kita tidak menghadap Allah dan justru memikirkan perkara-perkara dunia.

Dalam sholat, berulangkali kita mengucapkan kalimat takbir: Allahu Akbar “Allah Maha Besar”. Ketika lisan kita mengucapkan kalimat ini, jangan sampai hati kita membohonginya. Jika dalam hati kita ada sesuatu yang kita anggap lebih besar daripada Allah sementara lisan kita berucap “Allah Maha Besar”, ini artinya kita telah berbohong. Ini tidak berbeda dengan orang-orang munafik yang mengatakan bahwa Muhammad saw adalah Rasulullah tetapi hati dan perbuatan mereka menunjukkan yang sebaliknya. Jangan sampai kita bertakbir, tetapi kita masih menganggap harta benda, kekuasaan, dan berhala-berhala dunia lebih besar daripada Allah.

Rukuk dan sujud kita lakukan dengan merendahkan diri kita di hadapan Allah. Gerakan ini hendaknya kita barengi dengan penghayatan akan keagungan Allah dan rendahnya diri kita di hadapan-Nya. Karena itu, tidak layak sedikit pun juga kita memiliki sifat sombong, apalagi sampai menyombongkan diri di hadapan Allah. Di hadapan Allah, kita bukanlah apa-apa. Sewaktu sujud, kepala kita – yang merupakan organ yang paling berharga dari badan kita – kita letakkan sama rendahnya dengan kaki kita, dan juga sama rendahnya dengan bumi, makhluk Allah yang lainnya.

Adapun duduk menunjukkan tawakkal dan kepasrahan kepada Allah. Dalam duduk itu, kita memanjatkan doa kepada Allah, agar Allah mengampuni dan menyayangi kita, memberikan petunjuk kepada kita, dan memberikan rizki kepada kita.

Sebagaimana kita menghayati makna-makna batin dari gerakan-gerakan sholat, kita juga harus menghayati bacaan-bacaan yang kita ucapkan dalam sholat, baik itu berupa bacaan Al-Fatihah, ayat-ayat Al-Qur’an yang lainnya, bacaan tahiyyat, bacaan sholawat, dan doa-doa yang lainnya. Jangan sampai lisan kita mengucapkan lafal-lafal tersebut tetapi hati kita lalai. Karena itu, penting bagi setiap muslim untuk memahami makna dari bacaan-bacaan sholat, sehingga ia bisa menghayati maknanya ketika membacanya dalam sholat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.