Dalam sebuah peperangan Rasulullah SAW memilih beberapa orang sahabatnya untuk berjaga secara bergiliran. Maka terpilihlah ‘Amr bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyr yang berada dalam satu kelompok. Karena dilihat oleh ‘Abbad bahwa ‘Amr sedang lelah, ia mempersilahkan agar ‘Amr tidur terlebih dahulu dan ia yang akan berjaga. Jika ‘Amr telah mendapatkan istirahat yang cukup, maka bergantian ‘Abad yang berjaga. ‘Abbad melihat bahwa keadaan sekelilingnya aman. Timbullah di benaknya, kenapa ia tidak mengisi waktunya dengan shalat sehingga pahala yang diperoleh akan berlipat. Sementara ia sedang berdiri shalat membaca Surat Al-Fatihah, tiba-tiba sebuah anak panah meluncur cepat dan tepat mengenai pangkal lengannya. Dicabut anak panah itu dan diteruskan shalatnya. Tidak lama kemudian, anak panah kedua datang mengenai bagian tubuh yang lain. Namun, ia tidak berkeinginan untuk menghentikan shalatnya. Ia hanya mencabutnya seperti hal pertama tadi.
Ia terus melanjutkan shalat hingga ruku’ dan sujud. Tenaganya semakin melemah disebabkan sakitnya anak panah yang menusuk anggota tubuhnya. Lalu diantara dua sujud, diulurkan tangannya untuk menggapai ‘Amr yang sedang tidur di dekatnya. ‘Abbad masih melanjutkan shalatnya hingga tasyahud dan saat itulah ‘Amr terbangun. ‘Amr sadar degan apa yang terjadi dan berseru, “Subhanallah! Kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu terpanah sejak pertama kali?” ‘Abbad menjawab, “Ketika shalat tadi aku membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang amat mengharukan hatiku. Aku tidak mau memutusnya. Dan pos penjagaan yang ditugaskan Rasulullah kepada kita untuk menjaganya, sungguh lebih aku suka mati daripada memutus bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang ku baca itu.”