Pada suatu hari sayyidina Umar radhiyallahu anhu berkumpul dengan para sahabatnya, dan ia meminta sahabatnya itu untuk berangan-angan, seraya berkata : “Berangan-anganlah kalian!”, mereka menjawab: “Kami berangan-angan kalau rumah kami ini penuh dengan harta berupa emas dan perak, yang kesemuanya kami habiskan di jalan Allah Ta’ala”, Umar radhiyallahu anhu tetap meminta kepada sahabatnya untuk berangan-angan lagi seraya berkata: “Berangan-anganlah kalian!”,
Maka mereka berangan-angan kalau di rumah mereka penuh dengan intan dan permata yang kesemuanya mereka habiskan ke jalan Allah, lalu Umar radhiyallahu anhu meminta kembali agar shahabat-shahabatnya berangan-angan lagi, namun mereka justru balik bertanya: “Apa lagi ya Amiral Mukminin?” Umar menjawab: “Kalau aku, berangan-angan jika di tengah-tengah umat ini terdapat sosok seperti Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhuma yang dapat kupergunakan dalam rangka menegakkan agama Allah”.
Subhanallah .. sungguh beda, cara berfikirnya seorang pemimpin dengan rakyat secara umum. Seorang pemimpin berfikir demi masa depan dan jangka panjang, sedangkan rakyat secara umum berfikir untuk jangka pendek. Timbul pertanyaan yang menggelitik, kenapa sayyidina Umar radhiyallahu anhu berangan-angan lahirnya sosok generasi yang memiliki kualitas sebagaimana yang dimiliki oleh Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu?
Untuk menjawab pertanyaan ini membutuhkan satu peristiwa sejarah, kejadian ini terjadi di masa khalifah Umar radhiyallahu anhu, saat Saad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu mengajukan kepada khalifah bantuan bala tentara untuk melawan musuh Islam, dikarenakan jumlah musuh tiga kali lipat dari jumlah tentara kaum muslimin, namun sayyidina Umar radhiyallahu anhu hanya mengirim tiga orang shahabat, di antara mereka adalah Qa’qa bin Amir radhiyallahu anhu, saat Saad radhiyallahu anhu mengetahui yang datang adalah Al Qa’qa bin Amir radhiyallahu anhu, ia bertakbir dan dengan penuh keyakinan berkata: Inna shautal Qa’qa ka alfi rajulin muqatil ‘Sesungguhnya suara Al Qa’qa itu menyamai kekuatan seribu pasukan yang mampu menggetarkan musuh’.