Masihkah Ada Takabur Di Hati

  • Sumo

Saudaraku, Memandang rendah orang yang lebih miskin, itu Takabbur. Memandang rendah orang yang lebih bodoh, itu Takabbur. Memandang rendah bawahan, pembantu, murid, anak sendiri, itu Takabbur. Memandang rendah ahli dosa, itu Takabbur. Memandang diri sudah banyak beramal, itu Takabbur. Memandang diri suci dari dosa, itu Takabbur. Memandang diri tidak butuh nasihat, itu Takabbur. Memandang diri hebat, itu Takabbur.

Kita tidak tahu siapa yang lebih mulia di antara kita. Kita tidak tahu, kita ahli Syurga (Aamiiin), atau kita ahli Neraka (Na’udzubillah). Kita tidak tahu, mungkin orang yang biasa-biasa saja justru lebih mulia, dari pada kita. Kasihan orang berbangga dengan hartanya. Kasihan orang berbangga dengan keturunannya. Kasihan orang berbangga dengan jabatannya. Kasihan orang berbangga dengan ilmunya. Kasihan orang berbangga dengan ibadahnya.

Takabbur itu penyakit yang bisa mematikan iman. Takabbur sumber kebiasaan memaki, menghina orang lain. Takabbur sumber sifat dendam dan balas dendam. Takabbur sumber kemalasan beribadah dan beramal sholeh.

Saatnya sucikan diri dari Takabbur.
Niatkan semua ibadah untuk terapy ini. Setiap melihat orang yang lebih tua, ucapkan dalam hati: “Dia lebih dulu beramal shaleh dari saya”. Setiap melihat orang yang lebih muda, ucapkan dalam hati: ”Saya lebih dulu berbuat dosa dari dia”.

Do’akan selalu sesama muslim yang kita lihat dan kita ingat, dengan semua kebaikan. Ingat selalu sabda Rasul SAW: “Tidak masuk Syurga orang yang di hatinya ada sebesar dzarrah (benda terkecil) dari takabbur.” Yaa Rahman, Jauhkan kami dari sifat takabbur, lembutkan hati kami dengan sifat tawadhu’..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.