Seorang dokter spesialis jantung, bercerita tentang pengalaman pribadi bahwa, suatu kali beliau terancam dipecat atau dipensiun dinikan dari pekerjaan, karier dan posisinya, gara-gara kedengkian, permusuhan, dan persekongkolan lima orang dokter kolega yang bekerja dan bertugas di rumah sakit yang sama. Saat mendengar berita yang sangat mengagetkan itu, beliaupun awalnya sempat merasa sangat sedih, kalut dan hampir stres.
Lalu pada suatu hari, beliau pergi ke masjid untuk menunaikan shalat ashar, dan ketika keluar seusai shalat, tiba-tiba beliau teringat sesuatu. Beliau berkata dalam diri beliau: Selama ini semua orang yang sakit datang kepadaku dengan harapan besar agar aku mengobati mereka, tapi mengapa sekarang aku sendiri justru tidak mampu mengobati diriku sendiri dari penyakit kesedihan yang kualami ini? Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan, begitu pikir beliau. Selanjutnya tiba-tiba beliau teringat keutamaan istighfar, dan merasakan adanya dorongan yang sangat kuat untuk melakukannya.
Maka sepanjang perjalanan pulang beliaupun mulai mengulang-ulang bacaan istighfar ini: “Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum, wa atubu ilaih” (Aku bersitighfar memohon ampun kepada Allah, Yang tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus, dan aku bertobat kepada-Nya) – HR. Al-Hakim dari Ibnu Mas’ud dan At-Tirmidzi dari Bilal bin Yasar bin Zaid. Dan saat sampai ke rumah, begitu tangan menggenggam pegangan pintu untuk membukanya, tiba-tiba beliau merasakan hadirnya kelapangan dan ketenangan luar biasa yang mengalir di dalam hati.
Akhirnya beliaupun tak henti merutinkan bacaan istighfar tersebut, setiap saat dan dalam segala kondisi. Dan hasilnya sungguh sangat luar biasa sekali. Istighfar memang benar-benar ajaib dan dahsyat. Disamping beliau urung dipensiun dinikan, akibat buruk makar kelima dokter kolega itu sepertinya justru berbalik kepada diri mereka sendiri. Dr. Khalid bertutur: Tidak berlalu dua tahun – sejak pertama kali rumor merebak, dan sejak beliau mulai merutinkan istighfar khususnya – melainkan malah terjadi berbagai kejadian tak terduga pada kelima kawan dokter diatas. Diamana salah seorang diantara mereka meninggal dunia secara mendadak. Yang kedua dimutasikan dari tempat dan posisi kerjanya semula. Dokter ketiga mengakui perbuatannya dan meminta maaf. Kawan keempat dipensiun dinikan. Dan yang terakhir terpaksa harus menelan pil pahit: dipecat secara tidak hormat…! Itulah kisah Dokter Khalid bersama istighfar, (dikisahkan oleh ust. A. Mudzoffar)