Membangun Rumah Di Surga

  • Sumo

Bersabda Rasulullah-shalllahu ‘alaihi wa sallam- dari hadis Abu Hurairah:
“Surga itu bangunannya tersusun dari batako yang terbuat dari emas dan perak. Adukan semennya adalah campuran misik alazfar, permata yakut dan pasirnya adalah za’faran. Barangsiapa yang memasukinya, dia  akan menikmatinya dan tidak akan pernah binasa. Dia akan kekal hidup dan tidak pernah mati. Pakaian mereka tidak akan lusuh dan usia muda mereka di sana tidak akan pernah menua”. Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi. Saudaraku, berikut inilah amalan-amalan yang akan menjadikan kita  mendapatkan rumah di surga. Semoga kita semua bisa melakukannya sehingga berhak mendapatkan rumah di Surga.
Syarat pertama sesorang untuk meniti jalan ke surga adalah Islam dan beriman kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membenarkan seluruh sabdanya. Mmengerjakan perintah, menjauhi larangan, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan oleh Beliau SAW. Kemudian Islam dan Iman tersebut ditindak lanjuti dengan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa menuju ketaatan. Bersabda Rasulullah: Aku menjamin– bagi siapa saja yang beriman denganku, masuk Islam dan hijrah– akan dibangunkan untuknya rumah di depan surga dan rumah di tengah surga dan rumah di tempat tertinggi dari bilik-bilik surga, dan aku menjamin bagi siapa yang beriman denganku dan Islam dan berjihad di jalan Allah dengan rumah di depan surga dan rumah di tengah surga dan rumah di atas bilik surga, maka barang siapa yang melakukan hal itu dengan tidak meninggalkan kebaikan kecuali dia lakukan dan tidak pula kejelekan kecuali dia berlari menghindar darinya maka matilah dimanapun dia mau”.HR. An-Nasa’i, Ibnu hibban, al Hakim)

 Membangun masjid. Tidak ada dibumi tempat yang lebih dicintai Allah-subhanahau ta’ala-daripada masji-masjid yang ditegakkan padanya zikrullah dan sholat. Memakmurkannya adalah ciri-ciri keimanan, dan membangunnya ikhlas karena Allah adalah kunci untuk mendapatkan rumah di surga. Bersabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من بنى لله مسجدا بنى الله له بيتا في الجنة .متفق عليه
Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan bangun baginya rumah di surga. (HR Muttafaq ‘Alaihi). Membangun masjid tidaklah bermakna harus menyelesaikannya sendiri tanpa batuan dari infak kaum muslimin lainnya. Tetapi segala yang dikeluarkan untuk menyempurnakan bangunannya walaupun dengan infak yang sedikit dianggap telah membangun masjid.Bersabda Rasulullah dalam hadis lainnyadi riwayatkan oleh Jabir:
من بنى لله مسجدا ولو كمفحص قطاة بنى الله له بيتا في الجنة
Barang siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun sebesar sangkar burung, maka Allah akan bangunkan untukknya rumah di surga.HR. Bazzar, Ibnu Hibban. Maksudnya bahwa sekecil apapun nilai harta yang dikeluarkan untuk membangun masjid, walaupun senilai harga sangkar burung telah dianggap turut membangun masjd dan akan diberikan ganjaran rumah yang dibangunkan baginya di surga.

Membaca surat Al-Ikhlas, Mungkin tidak semua orang mampu untuk berinfak membangun masjid karena tidak semua orang memiliki kelapangan rezeki. Namun apakah hal tersebut menghalanginya untuk turut membangun rumah di surga? Tentu saja tidak, sebab ada amalan-amalan lain yang tidak membutuhkan biaya sekecil apapun, dan ini menunjukkan betapa rahmatnya Allah, tatkala seseorang tertutup untuk mengamalkan amal salih dari satu pintu, maka Allah bukakan baginya pintu-pintu lainnya. Ada amalan yang tidak membutuhkan tenaga besar maupun modal harta tetapi besar nilainya di mata Allah-ta’ala- yaitu membaca surat Alikhlas. Bersabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من قرأ { قل هو الله أحد } عشر مرات بنى الله له بيتا في الجنة
“Barang siapa yang membaca Qul Huwallah Ahad sepuluh kali Allah akan bangunkan untuknya rumah di surga.( HR. Ahmad ). Dalam riwayat lainnya:
من قرأ { قل هو الله أحد } حتى يختمها عشر مرات ؛ بنى الله له قصرا في الجنة
“Barang siapa yang membaca qul huwallah hu ahad hingga selesai sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan bangunkan baginya istana di surga”.

Mengucapkan pujian dan istirja’ ketika mendapatkan musibah. Sudah menjadi sunnatullah bahwa segala yang didunia ini fana dan akan binasa. Siapapun juga pasti akan diuji dengan kematian yang merenggut nyawanya dan dan orang-orang yang dia kasihi. Musibah yang dihadapi hamba tatkala dihadapi dengan sabar dan ridho dengan ketentuan Allah akan berubah menjadi sarana menuai pahala dan ganjaran dari Allah serta janji dengan rumah yang akan dibangunkan untuknya di surga.Bersabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
“Jika wafat anak seorang hamba, Allah akan berkata kepada para malaikatNya: Apakah kalian telah mencabut nyawa anak dari hambaKu? mereka menjawab: ya, Allah kembali bertanya: apakah kalian mencabut nyawa permata hatinya? mereka menjawab: ya, Allah bertanya: apa yang dikatakan hambaku? Mereka menjawab: dia memujinya dan mengucapkan istrirja(inna lillahi wa inna ilaihi rajiun)maka Allah berkata: Bangunkan untuk hambaku rumah di surga dan berilah nama rumah tersebut dengan rumah pujian”. (HR. Tirmizi)

Merapatkan shaf yang renggang ketika sholat. Berkata Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-: Barang siapa yang menutup shaff yang renggang maka Allah akan membangun rumah baginya di surga dan akan mengangkat derajatnya. HR.Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban , dan Hakim)

Aktif dan konsekwen mengerjakan sholat sunnah rawatib
Bersabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
من صلى في يوم وليلة ثنتي عشرة ركعة بني له بيت في الجنة
“Barang siapa yang sholat dalam sehari semalam sebanyak dua belas rakaat akan dibangunkan untuknya rumah di surga”, dalam riwayat lainnya: bersabda Rasulullah:
من ثابر على ثنتي عشرة ركعة من السنة بنى الله له بيتا في الجنة أربع ركعات قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب وركعتين بعد العشاء وركعتين قبل الفجر
Dari Aisyah-radhiallahu ‘anha- berkata: bersabda Rasulullah:”barang siapa yang bersabar untuk menjalankan dua belas rakaat sholat sunnah maka akan dibangunkan baginya rumah di surga, 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat setelahnya, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah isya dan 2 rakaat sebelum subuh. (HR. Ibnu Majah dan Tirmizi)

Meninggalkan perdebatan, berdusta dalam bergurau dan memperbaiki akhlak. Hukum asal berdebat dalam agama adalah terlarang, kecuali jika dapat mendatangkan kemaslahatan, membantah syubhat, dan menegakkan kebenaran. Hal ini pun terkait dengan kepiawaian seseorang dan keahliannya dalam berdebat, niat yang tulus serta ilmu yang memadai tentang apa yang diperdebatkan, jika tidak terwujud hal-hal di atas maka haram hukumnya berdebat. Tatkala perdebatan hanyalah sekedar ajang untuk menang-menangan, untuk menjatuhkan lawan dan tidak mendatangkan kemaslahtan, maka lebih baik bagi seseorang untuk meninggalkan lawan debatnya dan semoga Allah akan gantikan baginya dengan kesabarannya rumah disurga bagian depan.

Dusta adalah bagian dari perbuatan yang begitu dicela dalam agama, bahkan tidak layak seorang muslim berdusta karena dusta adalah perbuatan orang-orang munafik. Rasulullah berjanji akan sebuah rumah di tengah surga bagi orang-orang yang jujur dalam segala tindak tanduk dan ucapannya, hingga dalam gurau sekalipun. Diantara jalan mendapatkan rumah di surga teratas adalah dengan berakhlak yang mulia. Akhlak yang mulia disimpulkan para ulama dengan senantiasa inggin membantu manusia dengan segala yang dia miliki berupa harta, jabatan, nasehat dst…serta berupaya menahan diri untuk tidak menyakiti manusia dengan sikap, ucapan dan tindak-tanduknya, tidak melecehkan mereka dan tidak mengambil harta mereka dengan jalan yang batil, kemudian berupaya senantiasa tersenyum ramah tiap kali bertemu dengan manusia.
Untuk perkara –perkara di atas bersabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا وببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا وببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه]
“Aku menjamin bagi seseorang dengan sebuah rumah di surga bagi siapa yang mampu meninggalkan perdebatan sekalipun benar,dan dengan sebuah rumah di tengah surga bagi yang mampu meninggalkan dusta sekalipun dalam bergurau dan rumah di bagian atas surga bagi siapa yang mulia akhlaknya. (HR. Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah) (*dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.