Ada tiga pokok di dalam ajaran agama Islam yang harus senantiasa menjadi perhatian utama kita. Pertama adalah tentang Allah subhanu wata’ala. Kedua tentang Rasul-Nya. Dan yang ketiga tentang Al-Qur`anul-Karim. Aspek paling penting dalam konteks hubungan kita dengan Allah adalah ketundukan dan ketaatan terhadap perintah dan larangan-Nya, bukan sekadar keyakinan tentang keberadaan-Nya.
Perilaku syirik orang-orang terdahulu adalah karena mereka enggan untuk tunduk kepada ajaran agama Allah, bukan karena mereka menyangkal keberadaan Allah. Di dalam Al-Qur`an, Allah bahkan menyampaikan: Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah”. Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran). (Q.s. Al-’Ankabut: 61).
Oleh sebab itu penjelasan di dalam Al-Qur`an mengenai keberadaan Allah, selalu diiringi dengan perintah untuk tunduk dan taat kepada syariat dan aturan-Nya. Dari masa ke masa manusia selalu mencari tuhannya. Persoalan terbesar yang dihadapi manusia bukan terletak pada keyakinan tentang keberadaan tuhan, tetapi pada sikap ketundukan terhadap tuhan yang seharusnya ditaati. Bahkan hal itu masih menjadi persoalan hingga hari ini.
Pokok lainnya yang senantiasa harus menjadi perhatian kita adalah tentang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Beliau seringkali dijadikan objek serangan orang-orang yang tidak beriman dan orang-orang yang tidak suka dengan Islam, meskipun sebenarnya tidak ada celah sedikit pun untuk menyerang Rasulullah, karena tidak ada sisi kekurangan pada diri beliau. Ditengah-tengah masyarakat Quraisy, Rasulullah saw dikenal sebagai sosok pemuda yang sangat baik. Dikenal kejujuran dan sifat amanahnya. Masyarakat Quraisy juga memberikan julukan Al-Amin untuk Rasulullah saw, yang artinya orang yang dapat dipercaya. Dengan demikian sebenarnya orang-orang Quraisy mengakui, bahwa tidak ada seorang pun di tengah-tengah mereka saat itu yang kejujuran dan amanahnya melebihi Rasulullah saw.
Sebagai seorang Muslim kita harus memiliki pengetahuan yang baik tentang Rasulullah saw dan mengenal secara lebih dekat pribadi beliau. Lebih dari itu, kita perlu berupaya untuk menanamkan cinta yang mendalam kepadanya. Tentang perasaan cinta kepada Rasulullah, dahulu Umar bin Khaththab pernah menyampaikan secara langsung kepadanya, “Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang paling aku cintai di antara segala hal, kecuali diriku sendiri.” Maka Nabi Shallallahu ’alayhi wa Sallam bersabda, “Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, hingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri…” (HR. Bukhari).
Dari percakapan itu kita memahami bahwa cinta kita terhadap Rasulullah saw harus lebih besar daripada cinta kita terhadap diri sendiri. Maka, langkah pertama untuk mulai menumbuhkan kecintaan terhadap Rasulullah adalah dengan mengenal pribadi beliau. Mari kita buka kembali lembaran-lembaran sirah; biografi dan jejak perjuangan Rasulullah saw. Kita kenali sebaik-baiknya siapa Nabi dan Rasul kita itu. Semakin kita mengenal dan dekat dengannya, insya Allah kekaguman dan rasa cinta kepadanya akan mulai tumbuh dalam diri kita.
Pokok ketiga yang juga perlu kita perhatikan adalah berkaitan dengan Al-Qur`anul-Karim. Secara bahasa di antara makna Al-Qur`an adalah menghimpun dan bacaan. Menghimpun maksudnya adalah menghimpun ajaran kitab-kitab suci sebelumnya, baik Taurat, Zabur maupun Injil. Ajaran yang telah terhimpun itu kemudian disempurnakan di dalam Al-Qur`an. Dengan demikian Allah hanya menjamin kemurnian Al-Qur`an dan tidak menjamin kemurnian kitab-kitab suci sebelumnya, karena Al-Qur`an menjadi kitab suci yang berlaku sepanjang masa, hingga Hari Kiamat. Kandungannya tidak mungkin lagi berubah dan tidak mungkin lagi disempurnakan, karena memang tidak akan ada lagi kitab suci yang Allah turunkan setelah Al-Qur`an.
Makna menghimpun yang kedua adalah menghimpun seluruh aspek persoalan yang ada dalam kehidupan umat manusia; mulai dari urusan-urusan yang kecil sampai urusan yang besar. Semuanya terhimpun dan dijelaskan di dalam Al-Qur`an. Sehingga, cukuplah Al-Qur`an bagi kita. Tidak perlu ada keraguan bahwa Al-Qur`an mampu menjawab semua persoalan umat manusia. Maka pada titik inilah, sebagai seorang Muslim kita perlu membuktikan komitmen dalam sikap dan adab kita terhadap Al-Qur`an agar kita mendapatkan keberkahan dalam hidup.
Makna yang kedua selain menghimpun, Al-Qur`an juga bermakna bacaan. Artinya kita harus berkomitmen untuk menjadikan Al-Qur`an sebagai zikir harian dan menjadikannya sebagai teman dalam kehidupan kita sehari-hari. Sesungguhnya, Rasulullah telah menetapkan standar minimal kuantitas interaksi kita dengan Al-Qur`an, melalui sabdanya: Bacalah Al-Qur`an dalam waktu satu bulan. (H.r. Muttafaqun ’alayh). Maksudnya adalah khatamkan Al-Qur`an dalam waktu satu bulan. Dengan demikian, berarti setidaknya kita perlu membaca satu juz Al-Qur`an dalam satu hari.
Sungguh, sebagai seorang Muslim kita perlu memiliki sikap terbaik terhadap Al-Qur`an. Pertama, adalah dengan cara merasa terhormat saat kita mampu berinteraksi dengan Al-Qur`an, karena berinteraksi dengannya merupakan bagian dari kenikmatan yang sejati. Tidak semua orang diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa memiliki waktu bersama Al-Qur`an. Ada yang hidupnya disibukkan dengan pekerjaan, sampai untuk membaca Al-Qur`an saja tidak sempat. Ada pula yang hidupnya lebih banyak bergelut dengan penyakit, sehingga tidak sempat untuk membaca Al-Qur`an. Maka, mintalah kepada Allah agar kita bisa berakrab-akrab dengan Al-Qur`an di dalam keseharian kita. Dan yang lebih penting, agendakan untuk membaca Al-Qur`an, jangan menunggu ada kesempatan untuk membacanya.
Kedua, kita perlu menjadikan Al-Qur`an sebagai furqan; yaitu pembeda antara yang haq dan yang bathil. Terutama pada masa dimana antara kebenaran dan kebatilan tidak jelas batasnya. Kita dibuat bingung untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Maka, bertanyalah kepada Al-Qur`an agar kita mendapatkan jawaban; mana sesungguhnya kebenaran yang harus kita pilih. Sungguh realitas yang kita hadapi saat ini adalah hari-hari yang berat. Maka, berpegang teguhlah pada Al-Qur`an agar kita selamat.
Tiga pokok yang telah kita bicarakan di atas harus menjadi perhatian besar dalam hidup kita. Sebisa mungkin kita tanamkan ketiga hal itu di dalam hati sebagai prioritas dan menjadikannya cinta yang terbesar dalam hidup; mencintai Allah, Rasul-Nya dan Kitab-Nya. Orang-orang yang hidupnya senantiasa bersama Al-Qur`an akan memiliki pola pikir, perilaku, kecenderungan, keberpihakan dan akhlak yang terpuji. Sebagaimana pribadi Rasulullah yang digambarkan oleh Aisyah, “Kana khuluquhul Qur`an” (Sesungguhnya akhlak Rasulullah adalah akhlak Al-Qur`an). Mudah-mudahan kita diberi kemampuan untuk bisa meneladani Rasulullah, mencintai beliau dan memuliakan sunnah-sunnahnya dalam kehidupan. (Ikadi Jogjakarta)