Meraih Sukses Ramadhan

  • Sumo

Bulan Ramadhan sudah hampir sampai pada penghujungnya. Kita sudah berusaha agar Ramadhan bisa dioptimalkan sebagai bulan ibadah, bulan ketaatan, bulan kesabaran, dan bulan pengampunan dosa untuk kita semua. Bulan Ramadhan adalah bulan yang luar biasa. Di bulan ini kita semua seolah sedang dimasukkan oleh Allah SWT dalam sebuah arena pendidikan atau pelatihan, agar nantinya ketika keluar Ramadhan, orang-orang beriman semakin meningkat kwalitasnya. Agar orang-orang beriman bisa mengambil manfaat yang besar dari hadirnya bulan Ramadhan, maka mereka harus memanfaatkan bulan ini sebagai bulan untuk Muhasabah atau bercermin diri. Bulan Ramadhan juga bisa dimanfaatkan untuk tarbiyah (pembinaan) diri. Kalau keduanya itu dilakukan dengan benar, insyaAllah kita akan meraih sukses beribadah di bulan yang mulia ini

Bulan Ramadhan adalah syahrul muhasabah (bulan bercermin diri).

“Bila bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)

Ramadhan merupakan momen penting dan sangat tepat untuk melihat diri kita yang sebenarnya, apa adanya. Karena selama Ramadhan Allah dengan kuasa-Nya membelenggu syetan-syetan. Maka janganlah lagi menuduh syetan ketika kita suka melanggar tuntunan Allah dan bermaksiat kepada-Nya di bulan Ramadhan ini. Itulah kita yang sesungguhnya. Syetan sudah tidak berdaya menggoda manusia di bulan Ramadhan. Berarti pula setiap muslim sangat mungkin memperbaiki kepribadiannya dengan mudah selama bulan Ramadhan ini.

Bulan Ramadhan adalah syahrut tarbiyah (bulan pembinaan diri).

Selama sebulan Allah men-training hamba-Nya agar dengan pelatihan ibadah Ramadhan. Dalam pelatihan ini, seorang muslim bisa mendapat gelar agung yaitu  ‘muttaqin’. Gelar ini jauh lebih tinggi nilainya dari gelar Profesor, Doktor, dokter, insinyur dan sebagainya. Karena semua gelar atau titel ini diberikan oleh manusia, sedangkan gelar ‘muttaqin’ adalah gelar dari Allah Sang Pencipta dan Penguasa tunggal seluruh alam raya. Jika demikian, maka Ramadhan dengan segala jenis ibadah di dalamnya menuju pembentukan pribadi taqwa harus memiliki sentuhan hati, fisik,  aqliyah, akhlak, dan juga sosial.

Hati orang arang yang berpuasa seharusnya merasakan nikmatnya zikrullah dan manisnya ibadah dengan ruh keikhlasan yang menyejukkan hati. Sebagaimana Rasulullah menyampaikan hadits qudsi; “Semua amalan anak Adam untuknya kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku.”  Fisiknya sepertinya tidak mengenal lelah padahal ia sedang berpuasa, tidak makan dan tidak minum. Subhanallah, keajaiban tuntunan hidup dari Allah. Bukankah perang Badar yang hebat itu terjadi di bulan Ramadhan? Dan Rasulullah saw beserta para sahabat justru memenangkannya. Maka fisik orang yang sedang puasa bagi orang-orang yang soleh tidak mengenal kamus tidur melulu sepanjang hari-hari Ramadhan.

Akhlak yang lebih menawan juga harus terbentuk selama Ramadhan. Karena puasa sejatinya bukanlah sekadar tidak makan dan minum tapi juga menahan  diri agar tidak muncul akhlak yang tercela. Subhanallah, bagaimana tidak menawan, Allah dan Rasulullah SAW membimbing orang-orang yang berpuasa agar tidak membalas kejahatan yang dideritanya. Jika demikian mungkinkah orang yang membiasakan diri tidak membalas kejahatan orang lain akan iseng memulai kejahatan kepada orang lain? Inilah bimbingan Ilahiyah: Apabila sesorang diantara kalian sedang berpuasa maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah membuat suasana gaduh dan apabila seseorang memaki dia dan menantangnya berkelahi maka katakanlah: ‘Aku sedang berpuasa.’

Suasana sosial kemasyarakatan juga terasa indah dan begitu damai selama Ramadhan. Dengan ringan hati setiap muslim berebut memberi  takjil dan buka puasa.   Para dermawan sangat peduli pada para fakir miskin dan anak yatim. Suasana persaudaraan semakin nampak. Ramadhan benar-benar bulan istimewa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.