Hakikatnya kita semua pasti mati, atau bahasa ngerinya, kita semua sudah terpidana mati, karena kematian adalah pasti datang, dimanapun, kapanpun dan dengan cara apapun. Ia misteri dan rahasia, tapi pasti seperti takdir Allah yang lain, seperti jodoh dan rejeki, “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS Al-Ankabut: 57).Kepastian bahwa kita akan kembali kepada Allah adalah keyakinan yang mutlak ada di dalam hati orang mukmin, yang sudah semestinya kira rancang dengan matang, sematang-matangnya karena momentumnya tidak terduga-duga dan tidak akan terulang. Kita tidak perlu takut mati atau berani mati. Yang benar adalah banyak mengingat mati dan mempersiapkan pertemuan dengan sang pemutus kenikmatan. Firman Allah swt:
“Katakanlah,” Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka kematian itu akan menemuimu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. Al-Jumu’ah : 8)
“Dimanapun saja kamu berada, kematian akan menemuimu, sekalipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”(QS An-Nisa”: 7)
“Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.”(QS Luqman : 34)
Memahami takdir kepastian tersebut sudah semestinya kita cerdas mensikapinya, sigap mewaspadainya dan matang untuk merancang datangnya momentum tersebut. Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu kematian.”(HR At-Tirmidzi)
Dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW ditanya orang Anshar,”Siapakah orang mukmin yang paling cerdas ?” Jawab Beliau SAW,” Yang paling banyak mengingat mati kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.”(HR Ibnu Majah, Thabrani dan Al-Haitsamiy)
Jangan sampai kita menyesal dengan penyesalan yang tidak ada manfaatnya, karena mati tidak pernah kompromi, sekali putus ya putus.
“Dan belanjakanlah Sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata,”Wahai Tuhanku mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang shalih ? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Munafiqun : 10-11)
Merancang kematian adalah strategi brilian, karena amal dilihat di titik akhirnya (finish/ khatimah) apakah husnul atau su’ul. Para sahabat dengan cerdas merancangnya, ada yang ingin terkena panah di lehernya, ingin terpotong tangannya, ingin tercongkel matanya, ingin dicincang musuhnya, bahkan ingin dibunuh berulang-ulang karena ingin show di hadapan Allah saat momentum kembali tersebut.
Ya ingin show untuk bisa mendapat ridha Allah, dan semua luka yang didapat akan menjadi kenangan yang indah karena kemuliaan dan kebanggaan Allah atas hambaNya. Tentu kita punya pilihan sendiri, karena masing-masing kita juga cerdas. Yang pasti pilih cara yang terbaik menurut kita dan komitmen untuk menjalankannya sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang dalam system probability sampling (Pengambilan sampling secara acak) akan terbukti. Contoh : kita ingin kematian dalam keadaan sujud, tentu kita komitmen untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas sujud kita.
Apapun rancangan kita, mari perbanyak do’a dan dzikir agar momentum terakhir hidup kita di dunia nanti husnul khatimah (baik di penutupnya) dan kelak kita Reuni Akbar di SyurgaNya bersama dengan orang-orang yang telah mendapat nikmat(an’amta ‘alaihim) dari kalangan para Nabi dan Rasul, syuhada’, shalihin dan shidiqin. Aaamiiin Ya Rabbal Alamin. (suratno)