Merdeka Itu Membangun

  • Sumo

Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia di dunia ini sebagai makhluk terbaik, terpilih, mulia, dan merdeka. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (QS. Al-Hujurat: 13).

Merdeka bermakna kebebasan (al- hurriyyah) terdiri dari: kebebasan berkeyakinan (hurriyah al-i’tiqad), kebebasan berpendapat (hurriyah al-aqwal), kebebasan belajar dan mengajar (hurriyah al-ilmi wa ta’lim), kebebasan berkarya (hurriyah al-ta’lif), hingga kebebasan untuk bekerja (hurriyah al-a’mal). Merdeka juga bermakna al-istiqlal yaitu al-taharrur wa al-khalash min ay-qaydin wa saytharah ajnabiyyah (bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain), meliputi aspek syariah artinya kondisi saat seseorang sadar dan berusaha keras untuk memposisikan diri sebagai hamba Allah saja. Aspek kemanusiaan artinya mampu mengendalikan diri, tidak diperbudak oleh hawa nafsu. Kemerdekaan merupakan hak semua manusia, dalam rangka optimalisasi peran manusia sebagai :

AMIRAH. Peran sebagai pemimpin, yang mengarahkan, menata, dan menjaga aturan demi terjaganya ketertiban, keamanan dan kenyamanan bersama.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya. Ingatlah, masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)

Allah subhanahu wata’ala berfirman “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang pemimpin/ khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin/ khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS. Al Baqarah: 30).

Umar Ibn Khattab berkata: “Bagaimana mungkin kalian mau menjadi budak manusia sedangkan dirimu telah dilahirkan melalui rahim ibumu dalam keadaan merdeka”.

IMARAH, Peran sebagai pemakmur, yang mengeksplorasi, memanfaatkan, dan mensejahterakan hajat hidup masyarakat. Allah subhanahu wata’ala berfirman “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya,“(QS Hud : 61)

Syaikh Ali Jum’ah dalam kitab “Al-Bi’ah wa Al-Hifadz ‘alaiha min Mandzur Islamy”, manusia diperintahkan untuk membangun bumi. Perintah ini bukan sekadar membangun infrastruktur fisik, tetapi mencakup segala upaya untuk meningkatkan kehidupan di bumi. Seluruh alam semesta, dengan segala isinya, diciptakan untuk melayani manusia. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelolanya dengan baik.   Memakmurkan bumi merupakan wujud nyata pengabdian manusia kepada Penciptanya. Dengan memakmurkan bumi, manusia belajar tentang rahasia alam semesta dan kebijaksanaan Allah. Pengetahuan ini mendorong manusia untuk mencari hikmah dalam setiap kejadian dan mensyukuri karunia-Nya”.

Pijakan penting agar semangat kemerdekaan tertanam dalam hati:

Semangat inklusivitas dan toleransi. Kemerdekaan sejati hanya dapat terwujud jika setiap individu dan kelompok merasa dihargai dan diakui. Kita perlu berusaha memahami dan menghormati perbedaan, baik dalam keyakinan, budaya, maupun pandangan. Hanya dengan berpegang pada prinsip-prinsip ini kita dapat menciptakan masyarakat yang berlandaskan keragaman.

Semangat inovasi dan kreativitas. Kemerdekaan memberikan ruang bagi ekspresi diri dan pengembangan potensi. Dalam era modern yang cepat berubah, kita perlu berani mencari solusi-solusi baru untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul. Dengan mempertahankan semangat inovasi, kita akan mampu menghadapi perubahan dengan lebih tangguh.

Tanggung jawab sosial. Kemerdekaan membawa hak-hak, tetapi juga membawa kewajiban terhadap sesama dan masyarakat. Kita harus memahami bahwa kemerdekaan tidak boleh disalahgunakan untuk merugikan orang lain atau menciptakan ketidaksetaraan. Dengan memegang teguh tanggung jawab sosial, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan.

Semangat pemahaman kritis. Di era informasi yang berlimpah, kita harus mampu memilah dan memilih informasi yang akurat dan terpercaya. Kita juga perlu menganalisis dengan bijak setiap informasi yang kita terima, agar tidak mudah terbawa arus pandangan sempit atau berita palsu/ hoaks.

Semangat menjaga warisan sejarah. Kemerdekaan didapatkan melalui perjuangan dan pengorbanan para pahlawan kita. Menjaga dan menghormati warisan ini adalah wujud penghargaan terhadap perjuangan mereka. Kita harus memahami sejarah untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik.

Inilah spirit kemerdekaan yang harus kita perjuangkan, terlebih dalam menyambut Hari Kemerdekaan NKRI yang ke 79 dengan tema “Nusantara Baru, Indonesia Maju” agar kita menjadi manusia merdeka seutuhnya dan optimalisasi dalam peran amirah dan imarah.  (H. Suratno Ketua PD IKADI Kab. Madiun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.