Agama adalah nasihat. Ad-dinu an-nashihatu. Begitu Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya. Namun kita mesti memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terkait nasehat ini. Sebab terkadang melalui nasehatnya ada juga yang niatnya tidak baik. Diantaranya ingin menjerumuskan kepada kemaksiatan, kesalahan, kesesatan dan bahkan ke neraka. Oleh karenanya kita harus berdoa kepada Allah SWT agar kita selalu diberikan hidayah (petunjuk-NYA) selalu berada dalam jalan kebenaran dan diberikan perlindungan-NYA dari hal-hal yang bisa menyesatkan kita dari jalan-NYA.
Terkait dengan nasehat yang menyesatkan ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al A’raf:
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya: “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, Maka syaitan membujuk keduanya (untuk makan memakan buah itu) dengan tipu daya … “ (Q.S. Al-A’raf: 20 – 22).
Ayat-ayat diatas memberi banyak pelajaran kepada kita, di antaranya:
Pada awalnya syetan menggoda nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa dengan cara berbisik-bisik. Fawaswasa lahuma. Kemudian mungkin karena ada tanda-tanda ketidak percayaan nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa kepada syetan, syetan pun lalu mempergunakan banyak penguat atas bisikannya itu, yaitu: Syetan mempergunakan jurus sumpah. Syetan bersumpah dengan nama Allah SWT. Dalam Bahasa Arab, sumpah merupakan satu bentuk penguatan atas kebenaran suatu informasi, bahkan penguat yang sangat kuat. Syetan mempergunakan penguat informasi dengan mempergunakan kosa kata “inna” (إِنِّيْ) yang berarti: sesungguhnya. Dalam Bahasa Arab, kosa kata “inna” merupakan satu bentuk penguatan atau ta’kid. Demi memperkuat dan memperkokoh kebenaran suatu informasi. Syetan mempergunakan huruf penguat informasi, huruf “lam” pada kalimat “laminan-nashihin”. Dalam Bahasa Arab, huruf “lam” ini pun merupakan satu bentuk penguatan atau ta’kid atas kebenaran suatu informasi.
Syetan pun mengatakan bahwa apa yang disampaikannya kepada nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa merupakan sebuah “nasihat”, yaitu upaya berbuat yang terbaik kepada nabiyullah Adam (AS) dan ibu Hawa, yang sama sekali “tidak ada kepentingan dan keuntungan apapun” bagi syetan. Klaim dia. Isi “nasihat”-nya pun tidak tanggung-tanggung: “Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Menurut satu pendapat, bentuk kata: waqasamahuma menunjukkan bahwa ada pengulangan dan penguatan sumpah yang berulang kali yang dilakukan oleh syetan kepada nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa.
Namun, “nasihat” yang dilakukan dengan bersumpah berkali-kali itu, yang klaimnya dikatakan bahwa itu adalah sebuah “nasihat”, dalam arti, semuanya demi kepentingan dan kemaslahatan nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa, serta sama sekali tidak ada kepentingan dan keuntungan sedikit pun bagi syetan, ternyata… ternyata, sesuatu dengan ayat Al-Qur’an ini, tidak lain adalah satu bentuk ighrar atau taghrir, satu bentuk tipuan yang sangat dahsyat dan berbahaya dari syetan. Istilah Al-Qur’an-nya: fadallahuma bighurur.
Dari ayat Al Quran diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa hendaklah kita senantiasa meningkatkan ilmu dan pemahaman kita. Pemahaman terhadap agama, pemahaman terhadap kenyataan yang ada (realitas), termasuk kenyataan yang mengatakan bahwa tidak semua pemberi nasihat adalah penasihat yang sebenarnya. Dan jangan lupa, selalu mensucikan jiwa, melakukan tazkiyatun-nafs, penyucian jiwa dari segala bentuk syubhat dan juga syahwat. Sebab, sering sekali, godaan itu mengenai diri kita karena faktor adanya syubhat dan syahwat ini. Dan jangan lupa pula, berdo’a dan memohon kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan hidayah, bimbingan dan ri’ayah-Nya kepada kita, serta menjauhkan kita dari segala bentuk fitnah dan godaan syaitan yang terkutuk. (M Ahmad)