Mungkin ada yang bertanya, “Apa hubungan sholawat dengan penyucian hati?” “Apakah bisa sholawat menjadi obat dan penyejuk bagi hati manusia?” Terhadap pertanyaan semacam ini, saya ingin balik bertanya, “Apa yang Anda rasakan ketika Anda sedang mengucapkan sholawat?” Setiap kali kita mengucapkan sholawat untuk Nabi saw, kita pasti ingat kepada beliau. Dengan mengingat beliau, pasti timbul rasa cinta yang bertambah kepada beliau. Ketika itulah, akan tumbuh pula dalam hati kita semangat untuk menghidupkan sunnah beliau dalam kehidupan. Itulah barangkali rahasia dibalik perintah Allah kepada kita, orang-orang yang beriman, agar kita bersholawat kepada Nabi. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, sampaikanlah sholawat dan salam kepadanya.” Dalam ayat ini, Allah sendiri yang mencontohkan mengucap sholawat sebelum memerintahkan hal serupa kepada kita, hamba-hamba-Nya yang beriman. Apakah pantas kita tidak bersholawat kepada Nabi sementara malaikat dan bahkan Allah sendiri melakukannya?
Meski demikian, tentu saja sholawat Allah dan para malaikat-Nya tidak sama dengan sholawat kita. Sholawat Allah kepada Nabi bermakna bahwa Allah akan senantiasa menjaga beliau. Demikian pula, sholawat para malaikat kepada Nabi juga bermakna bahwa mereka akan senantiasa menjaga beliau dengan izin Allah. Adapun sholawat kita kepada Nabi adalah doa kita kepada Allah semoga Dia senantiasa melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi.
Sholawat memiliki beberapa fadhilah (keutamaan). Pertama, sholawat adalah perintah Allah Ta’ala. Dengan bersholawat berarti kita telah melaksanakan perintah-Nya, dan untuk itu Allah pasti memberikan pahala yang besar kepada kita.
Kedua, sebuah hadits Nabi dari Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan Ibnu Hibban menyebutkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersholawat kepadaku dengan satu kali sholawat, niscaya Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, lalu akan dihapus darinya sepuluh dosa dan kesalahan, serta ia akan diangkat setinggi sepuluh derajat kebaikan.”
Ketiga, para malaikat akan mendampingi dan menjaga orang-orang yang bersholawat. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang senantiasa berkeliling ke berbagai penjuru untuk menyampaikan salam dari umatku kepadaku.” (dari Ibnu Mas’ud ra, diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i)
Keempat, orang-orang yang gemar bersholawat kelak pada Hari Kiamat akan menjadi manusia yang paling utama dan duduk bersama Nabi saw. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya manusia yang paling utama disisiku pada Hari Kiamat adalah mereka yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (dari Ibnu Mas’ud, diriwayatkan oleh At-Turmudzi dan Ibnu Hibban)
Kelima, sholawat akan mempermudah doa kita dipenuhi (di-ijabah) oleh Allah Ta’ala. Karena itu, akan sangat baik jika kita membiasakan diri mengucapkan sholawat di awal dan atau di akhir doa yang kita panjatkan.
Karena berbagai keutamaan sholawat itulah, mari kita banyak-banyak mengucap sholawat. Wabil khusus, pada hari Jum’at kita bisa mengucapkannya lebih banyak daripada hari-hari yang lainnya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah: “Diantara hari yang paling mulia adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu pula Adam dicabut nyawanya dan dihembuskan ruh kedalam jasadnya. Dan pada hari itu juga umat manusia akan dibangkitkan. Karena itu, perbanyaklah bersholawat kepadaku pada hari itu.” (dari Aus bin Aus, diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Lalu, bagaimana sholawat kepada Nabi bisa sampai kepada beliau? Simaklah dialog antara Nabi dengan para sahabat berikut ini, yang merupakan kelanjutan dari hadits Aus bin Aus diatas.
Nabi saw berkata, “Sesungguhnya sholawat kalian akan sampai kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana sholawat kami bisa sampai kepada engkau, sementara engkau telah menjadi tulang belulang?” Nabi pun menjawab, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan atas bumi untuk memakan jasad para nabi.”
Terakhir, bagaimana kita bersholawat? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari sahabat Abu Mas’ud Al-Anshori, salah seorang sahabat Nabi bertanya kepada beliau, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepadamu, lalu bagaimana kami bersholawat kepadamu?” Nabi pun terdiam, hingga sahabat tersebut mengulang pertanyaannya sebanyak tiga kali. Akhirnya Nabi menjawab dengan sholawat Ibrahimiyah sebagaimana yang biasa kita ucapkan setiap kali sholat. Sholawat Ibrahimiyah itulah sebaik-baik sholawat yang bisa kita ucapkan karena dituntunkan sendiri lafazh-lafazhnya oleh Nabi saw.
Lalu bagaimana dengan lafazh-lafazh sholawat yang lainnya? Sepanjang tidak bertentangan dengan syariat, tentu saja hukumnya adalah boleh. Namun kalau Anda bertanya apa yang terbaik, maka jawabannya adalah sebagaimana penuturan Nabi sendiri: sholawat Ibrahimiyah.
Kini, keutamaan sholawat yang amat besar meskipun ringan mengucapkannya telah menanti di hadapan kita. Tinggal terserah pada diri kita sendiri, apakah kita mau meraih keutamaan yang besar tersebut. Bagaimana?