Saudaraku, Jujur, kalau kita mau merenung sesungguhnya hati ini masih sering tidak senang melihat orang senang. Dalam kejujuran kepada diri sendiri ini harus akui bahwa hati ini kadang-kadang protes: Kenapa dia sukses, saya tidak? Kenapa dia disenangi orang, saya tidak? Kenapa dia pandai, saya tidak? Kenapa dia menang, saya tidak? Kenapa dia kaya, saya tidak? Kenapa dia cantik/gagah, saya tidak? Kenapa dia bahagia, saya susah? Dalam upaya membongkar dosa-dosa hati ini, ditemukan bahwa kadang-kadang ada kebencian pada orang yang tidak semestinya dibenci. Kadang ada kebencian pada nasib dan takdir. Kadang ada kebencian pada semua orang yang kita anggap menjadi penyebab kegagalan dan kemalangan.
Kini kita sadari bahwa selama ini di dada ini ada api kebencian yang berkobar. Kini kita akui bahwa seringkali bibir ini tersenyum, tapi dada ini memaki-maki, melaknat-laknat. Dari Al-Qur’an kita fahami bahwa hasad itu HARAM. Dari Hadits kita fahami bahwa hasad itu DOSA BESAR. Dari para ulama kita juga fahami bahwa hasad itu sebenarnya adalah sikap protes kepada Allah. Bahkan menuduh Allah tidak adil. Na’udzubillah.
Oleh karenanya dengan renungan serius ini, kita fahami bahwa penyebab pertengkaran antara saudara, antara tetangga, antara sahabat, antara rekan kerja, antara kelompok, adalah “api hasad”.
Ya Allah ya KARIEM karuniai kami bisa memadamkan api ini…!!!