Para Pencari Ilmu

  • Sumo

Balajar dan mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena begitu perintah Allah subhanahu wta’ala dan Rasulullah. Bahkan ketika Allah menurunkan wahyu yang pertama kepada Rasulullah Muhammad saw, ayat pertama yang turun adalah perintah membaca. Membaca adalah bagian terpenting dalam rangkaian proses mencari ilmu. Terkait pentingnya mencari ilmu ini, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Imam An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim memberikan penjelasan tentang hadits ini:

  1. “Man salaka thariqan” (Barangsiapa menempuh suatu jalan): Ini mencakup jalan secara fisik seperti berjalan ke majelis ilmu, atau jalan secara maknawi seperti mempelajari suatu cabang ilmu.
  2. “yaltamisu fihi ‘ilman” (untuk mencari ilmu): Ini menunjukkan pentingnya niat dalam mencari ilmu. Ilmu yang dimaksud terutama adalah ilmu syar’i, namun juga mencakup ilmu-ilmu lain yang bermanfaat bagi umat Islam.
  3. “sahhala Allahu lahu bihi thariqan ila al-jannah” (maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga): Ini bisa berarti Allah akan memudahkan jalannya di akhirat menuju surga, atau memudahkan jalannya di dunia untuk melakukan amal-amal yang mengantarkannya ke surga.

Perawi Hadits:

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Beberapa informasi tentang beliau:

  1. Nama lengkap: Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausi
  2. Julukan: Abu Hurairah (Bapak kucing kecil)
  3. Beliau adalah sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits
  4. Masuk Islam pada tahun 7 Hijriyah
  5. Dikenal memiliki hafalan yang sangat kuat
  6. Wafat tahun 57 atau 58 Hijriyah

Sebab-sebab Abu Hurairah menjadi perawi hadits yang produktif:

  1. Kedekatan dengan Nabi: Abu Hurairah selalu berusaha dekat dengan Nabi untuk mempelajari dan menghafal hadits.
  2. Doa Nabi: Abu Hurairah pernah meminta kepada Nabi agar dianugerahi hafalan yang kuat, dan Nabi mendoakannya.
  3. Fokus pada ilmu: Abu Hurairah tidak disibukkan dengan pekerjaan atau urusan duniawi lainnya, sehingga bisa fokus menghafal dan menyebarkan hadits.
  4. Umur yang panjang: Abu Hurairah hidup cukup lama setelah wafatnya Nabi, sehingga memiliki banyak kesempatan untuk menyebarkan hadits.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh perawi-perawi lain dalam berbagai kitab hadits, menunjukkan kekuatan dan keotentikannya. (BS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.