Dalam Al Quran Surat As Sajdah ayat 17 Allah SWT berfirman: “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang dirahasiakan (oleh Allah SWT untuk mereka di Surga), yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” Penjelasan ayat diatas diperkuat oleh hadist Qudsi yang artinya : “Aku sediakan untuk hamba-hambaKu berbagai macam nikmat yang sebelumnya tidak pernah dilihat mata, di dengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.” (Al Hadist). Mari juga sejenak kita renungi analogi seorang ulama di bawah ini. Analogi ini mengajak kita membayangkan betapa besar, luas dan agungnya nikmat Allah SWT di Surga nanti. Semoga dengannya kita semakin merindukan Surga dengan kerinduan yang sedalam-dalamnya.
Jika anak TK usia 5 tahun. Berkata ; “Aku punya uang banyak.” Maka berapa kira-kira yang terbayang di pikiran kita ? Pantasnya seusia anak TK 100 ribu atau 200 ribu, itu bagi mereka tentu sudah merupakan jumlah yang banyak. Jika seorang pengusaha yang mengatakan, ‘Saya punya uang banyak. Maka presepsi yang ada dibenak kita tentu pantasnya sejumlah ratusan milyar. Adapun jika seorang Presiden yang mengatakan, ‘Saya punya uang banyak.’ Maka pantas, jika yang terlintas di benak kita adalah bisa mencapai trilyunan rupiah (dalam kapasitas selaku pemimpin negara, sehingga nilai yang disebutkan adalah aset negaranya).
Sedangkan jika Allah SWT sang Penguasa Alam Semesta ini yang mengatakan, ‘Saya mempunyai kenikmatan yang luar biasa nikmatnya, sampai tidak terjangkau oleh pikiran manusia.’ Maka kira-kira sebesar dan sebanyak apa kenikmatan itu? Saya yakin anda setuju dengan analogi di atas. Bahwa kenikmatan Surga itu sangatlah besar dan luas, hingga Allah SWT sendiri yang mengatakan bahwa tidak akan dapat dijangkau oleh pikiran manusia. Pertanyaannya, Sudahkah diri kita merindukan Surga dari hati yang paling dalam? Sudahkah kita mampu membuktikan bahwa diri kita adalah benar-benar sang Perindu Surganya Allah SWT. Bukti utama seseorang yang merindukan Surga adalah memiliki semangat beramal sholih dan selalu menjaga amal tersebut. Ia juga mencari variasi amal sholih (yang disyariatkan), sehingga dirinya semakin mantab dalam taqwa. Kemudian ia juga selalu melakukan penjagaan terhadap amal sholihnya itu agar terus dikerjakan disepanjang hayatnya.
Sang Perindu Surga juga tidak pernah meninggalkan doa kepada Robb-nya, dengan menyerahkan sepenuh harapan kepada Robb-nya agar dirinya kelak dimasukkan sebagai penghuni SurgaNya. Kerinduan dan pengharapan atas Surga yang demikian besar ini telah dicontohkan oleh Rasulullah sholallahu alaihi wassallam. Sebagai orang yang beriman, antara merindukan Surga dan takut terhadap Neraka harus berbanding lurus dengan proses tarbiyah keimanannya terhadap Hari Akhirat.
Mengapa pembinaan mental iman terhadap Hari Akhirat ini harus terus diupayakan dan harus selalu mendominasi pikiran kita dalam menjalani aktivitas di dunia ini ? Karena pada kenyataannya tidak otomatis seorang Muslim itu di dalam hatinya sudah pasti merindukan Surga dan tidak juga mereka otomatis memiliki rasa takut terhadap Neraka.
Oleh karena itulah seorang Muslim harus terus menjaga dan meningkatkan keimanannya terhadap Kehidupan Akhirat, yang mana hanya dua kampung saja yang ada disana, yakni Surga dan Neraka. Saya sarankan kepada anda, berdoalah sepanjang hidup dengan 3 hal ini: Meminta kepada Allah SWT agar menganugerahkan Husnul khotimah. Meminta kepada Allah SWT agar Dia menerima Taubat kita. Dan meminta kepada Allah SWT agar diberi hati yang istiqomah dan teguh dalam Dienul Islam sampai akhir hayat kita nanti. Dengan demikian niscaya Allah SWT akan mudahkan kita untuk memasuki SyurgaNya atas ridho dan rahmatNya. (Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra’uf)