Rajab Jembatan Menuju Ramadhan

  • Sumo

Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam hitungan bulan-bulan tahun Hijriyah . Pergantian bulan termasuk diantara tanda-tanda kekuasaan Allah. Setiap bulan berganti, seyogyanya ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita renungi. Rasulullah saw sendiri mengajarkan kepada kita untuk berdoa pada setiap pergantian bulan dalam penanggalan qomariyah, terutama ketika melihat hilal (bulan baru) pada malam harinya. Doa tersebut adalah: “Ya Allah, Jadikanlah bulan ini kepada kami dalam kondisi aman dan hati kami penuh dengan keimanan, dan jadikanlah pula bulan ini kepada kami dengan kondisi selamat dan hati kami penuh dengan keislaman. Rabb-ku dan Rabb-mu Allah. Bulan petunjuk dan bulan kebaikan.” (HR At-Turmudzi)

Perbanyak Puasa Sunnah

Rajab juga merupakan salah satu diantara empat bulan haram, yaitu bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah. Keempat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 36)

Salah satu hal yang disunnahkan selama bulan-bulan haram adalah memperbanyak puasa sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah saw bersabda: “Berpuasalah pada bulan-bulan haram.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad). Dan karena Rajab termasuk bulan haram, maka memperbanyak puasa sunnah di bulan ini sangatlah dianjurkan.

Berdoa untuk Keberkahan Rajab

Hal lain yang disunnahkan semenjak datangnya bulan Rajab, sampai dengan menjelang masuknya bulan Ramadhan, adalah berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw: “Allaahumma baarik lana fii rajaba wa sya’baana, wa ballighna ramadhaana. (Ya Allah, berilah keberkahan pada kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan).”

Persiapkan Diri untuk Ramadhan

Doa yang diajarkan Rasulullah diatas, disamping untuk memohon keberkahan, juga merupakan ungkapan kerinduan yang meluap-luap terhadap Ramadhan. “Dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” Doa tersebut juga memberikan kesadaran bahwa kita, semenjak bulan Rajab ini, harus mulai mempersiapkan diri menyambut datangnya Ramadhan. Mengapa harus mulai Rajab? Bukankah Ramadhan masih dua bulan lagi?

Ramadhan adalah satu diantara dua belas bulan, yang sangat istimewa dan penuh dengan berbagai keutamaan. Rasulullah saw dan para sahabat senantiasa girang dan gembira ketika Ramadhan semakin dekat, dan merasa bersedih ketika ditinggalkan oleh Ramadhan. Karena sedemikian istimewanya, dan hanya sebulan dalam setahun itulah, Ramadhan tidak boleh kita sia-siakan. Semenjak hari pertama Ramadhan, kita harus dalam keadaaan siap untuk ‘bertempur’ menggapai segala keutamaannya. Dan untuk itu, kita perlu bersiap jauh-jauh hari.

Rajab adalah saat dimana kita harus mulai bersiap diri. Ramadhan membutuhkan banyak persiapan. Memperbanyak puasa sunnah di bulan Rajab, dan semakin memperbanyaknya nanti pada bulan Sya’ban, merupakan salah satu bentuk persiapan tersebut. Bagi yang belum bagus dalam membaca Al-Qur’an, semenjak saat ini harus bekerja keras untuk memperbaikinya, sehingga nantinya bisa berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan baik di bulan Ramadhan. Bagi yang belum terbiasa membaca Al-Qur’an, semenjak sekarang harus mulai membiasakannya, karena jika tidak maka pasti akan terasa berat melakukannya di bulan Ramadhan.

Ibrah dari Sejarah di bulan Rajab

Sangat bagus pula kita mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Rajab, agar kita dapat mengambil ibrah (pelajaran). Diantaranya adalah Perang Tabuk, dimana kaum muslimin bisa menggentarkan musuh-musuh Allah. Rajab juga mengingatkan kita pada pembebasan Al-Quds di Palestina oleh Sholahuddin Al-Ayyubi dari tangan kaum Salibis (terjadi pada Rajab 583 H/1187 M). Sementara hari ini, Al-Quds dan Palestina masih berada dalam cengkeraman kaum penjajah Zionis Israel.

Rajab juga mengingatkan kita pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj, dimana Rasulullah diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, yang kemudian dilanjutkan ke Mustawa. Isra’ dan Mi’raj merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, yang benar-benar nyata di hati orang-orang yang beriman. Peristiwa tersebut mengingatkan kita kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dengan serta merta dan tanpa ragu membenarkannya, karena kekuatan imannya. Apakah iman kita sudah sekuat Abu Bakar Ash-Shiddiq? Ataukah malah iman kita sedemikian rapuh di tengah-tengah godaan kehidupan modern yang serba melenakan ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.