Saudaraku, Mengapa terkadang ada rasa malas ke masjid? Mengapa terkadang terasa malas untuk shalat sunnah?.Mengapa terkadang cepat mengantuk kalau membaca Al-Qur’an? Mengapa terkadang terasa berat sekali untuk bersedekah atau berinfaq ke kotak amal? Mengapa terkadang ada rasa malu dan segan untuk menasehati sesama muslim yang berbuat dosa secara terang terangan? Mengapa terkadang bibir ini diam dalam waktu lama tanpa bergerak untuk memperbanyak dzikir dan do’a? Semua kenyataan ini adalah indikasi jiwa yang kotor. Bahkan pada taraf yang lebih parah, itu indikasi jiwa yang sakit. Kotoran jiwa bersumber dari dosa.. Semakin banyak dosa, semakin kotor pula jiwa, lalu pada tahap selanjutnya, jiwa terkena berbagai penyakit, seperti : Cinta dunia berlebihan, cinta dosa, cinta ahli dosa, benci orang shaleh, tidak senang beramal, takabbur, hasad, riya’, bakhil, serakah, lupa kematian, dan seterusnya !!
Kotoran jiwa itu sangat menghalangi beribadah, Padahal ibadah itulah sarana pensucian jiwa. Penyakit penyakit jiwa itulah yang membuat amal ibadah semakin sangat berat sekali, bahkan tidak menyenangkan..Di sinilah kita memahami mengapa kita mesti paksa diri untuk beribadah dan beramal shaleh…! Ini pula jawaban dari mengapa kita mesti melakukan penghayatan pada setiap amal ibadah, krn semua penghalang ibadah dalam jiwa ini hanya dapat dikalahkan kalau kita sungguh sungguh paksa diri. Paksa diri inilah yang kita biasakan pada ibadah shaum sebulan penuh ramadhan. Paksa diri inilah yang mesti kita biasakan pada semua amal yang terasa berat untuk kita amalkan. Penghayatan amal ibadah sebagai proses pensucian jiwa, itulah yang mendatangkan kebahagiaan, kekuatan jiwa, optimisme, kesadaran imani, dan seterusnya.