Rasulullah saw bersabda; Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Seluruh perbuatan anak Adam menjadi haknya, kecuali puasa adalah hak-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Karena itu apabila pada hari itu salah seorang diantara kamu berpuasa, maka janganlah dia beromong kotor dan jangan pula berbuat keributan. Kemudian jika dia dicaci oleh seseorang atau diganggu, maka katakanlah kepadanya: ’Sungguh aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Siapapun dia. Dari manapun asalnya. Apapun status sosialnya. Berubah kepada yang lebih baik pasti ada didalam dadanya. Rugi, sia-sia, bahkan apalah artinya hidup bila tanpa perubahan. Bahkan hidup itu sendiri pasti akan berubah menjadi mati! Tidak mau berubah? Apa kata nurani? Apa vonis akal sehat?
Jabatan? Ingin berubah lebih mapan atau lebih tinggi karenanya segala tugas dijalankan dengan gigih dan semua syarat dipenuhi tanpa tersisa. Harta? Ingin berubah lebih banyak atau lebih mudah dan cepat menumpuk kekayaan karenanya tidak peduli penat, lelah dan waktu siang malam berjalan tanpa terasa bahkan enjoy aja. Ilmu? Ingin semakin diperdalam dan diperluas, karenanya kemanapun terus dicari meskipun harus melewati samudera atau benua. Biaya begitu banyak tak pernah dihitungnya. Ketenaran? Ingin semakin dikenal, karenanya acara model apapun, kapan dan dimanapun pasti dijalani.
Maka sepantasnya setiap manusia yang senang menjalani proses menuju perubahan itu akan sangat senang menjalani proses perubahan dirinya sendiri, perubahan moralnya, perubahan kepribadiannya! Karena sisi ini yang jauh lebih penting dari itu semua. Pasti. Tapi, kenyataannya?
Ramadhan saat yang menjanjikan perubahan ruhiyah, moral dan kepribadian:
Keikhlasan semakin kokoh. Na’uzubillah, tiga orang yang seharusnya masuk surga tiba-tiba Allah masukkan kedalam neraka. Meskipun seluruh manusia telah mengakui kebaikannya bahkan merasakan kebaikan-kebaikannya. Siapa mereka? Dia orang yang syahid dalam medan pertempuran membela agama Allah, orang alim sangat menguasai Al-Qur’an, dan orang yang dermawan. Allah lemparkan mereka ke neraka karena mereka tidak ikhlas. Puasa Ramadhan sarana yang amat menakjubkan untuk membentuk keikhlasan seperti yang disampaikan Rasulullah saw dalam hadits qudsi; “Seluruh amalan anak Adam baginya, kecuali puasa karena puasa itu untuk-Ku”.
Balasan yang berlipatganda tanpa hitungan dan batasan. Yakinkah kita bahwa bekal kita menuju akhirat sudah cukup atau sangat kurang? Allah Maha Tahu kualitas amal hamba-Nya secara lahir dan batin. Apakah amal-amal kita selama ini Allah terima? Tidakkah kita khawatir bila amal kita sangatlah tidak bisa diandalkan untuk keselamatan kita dari neraka? Karena itu Ramadhan adalah kesempatan untuk melipatgandakan amal shaleh sebagaimana jaminan Allah: ”Akulah yang langsung membalasnya”.
Diselamatkan dari maksiat atau api neraka. Orang yang bepuasa jiwanya merasa tidak layak melakukan maksiat. Hatinya semakin merasakan takut akan siksaan Allah di neraka. Kebiasaan maksiat kepada Allah tidak lagi muncul dengan mudah karena fatwa hatinya sangat kuat melarangnya. Penampilannya semakin tawadhu’, semakin tunduk kepada Allah. Kebiasaan enggan, malas dan ingkar kepada tuntunan Islam semakin terkikis dari dirinya karena “puasa adalah perisai”.
Kelembutannya semakin mempesona. Puasa benar-benar menjadi sarana untuk memoles keindahan dari penampilan karena puasa itu bukan sekadar menahan lapar dan haus tetapi juga menahan segenap sisi anggota badan dari perangai buruk. Yang sedang berpuasa berarti menahan lisannya dari perkataan buruk, menahan emosi dendam, menahan pandangan yang buruk, menahan pendengaran yang buruk dan lain-lain. Puasa Ramadhan seolah-olah salon yang memperindah siapa saja yang memasukinya dengan penuh keyakinan dan harapan kepada Allah. Bayangkan, yang sedang berpuasa tidak sama sekali punya keinginan membalas kezaliman orang lain terhadap dirinya. Dia tidak tergoda untuk melampiaskan balasan kejahatan yang menimpanya. Tapi dia asyik berpuasa. Berarti pula , berpuasa itu melatih kita untuk tidak sama sekali memulai berbuat jahat kepada orang lain bahkan berusaha keras menghilangkan niat-niat jahat kepada orang lain. Indah bukan penampilan orang yang sedang berpuasa? Anda mau kan? Seperti yang telah Rasulullah saw sampaikan: “Karena itu apabila pada hari seseorang diantara kalian sedang berpuasa, maka janganlah dia beromong kotor dan jangan pula membuat keributan. Kemudian bila dia dicaci oleh seseorang atau diganggu, maka katakanlah padanya: sungguh aku sedang berpuasa.” (Selamet Junaidi)