Namanya sangat di kenal baik di dunia Timur maupun Barat. Di Timur, Salahuddin dikenal sebagai pemimpin kaum muslim yang merebut dan membebaskan Al-Quds (Jerusalem) dari penguasaan Pasukan Salib. Di Barat, ia dikenal sebagai panglima perang yang gagah, pemberani, namun berjiwa kesatria dan pemaaf. “Siapapun yang menguasai Palestina, dia akan menguasai dunia.” Kata-kata yang sangat terkenal ini keluar dari mulutnya. Tidak hanya sekadar kata, dia pun berhasil mewujudkan kata-katanya itu. Lewat perjuangan panjang dan melelahkan, Salahuddin dan pasukannya mampu merebut kembali tanah Palestina yang ketika itu selama delapan puluh tiga tahun lepas dari genggaman.
Prestasi inilah yang membuat Salahuddin memiliki tempat yang terhormat dalam hati umat Islam. Tidak hanya identik dengan kisah kepahlawanan dan keberanian di medan perang, namanya pun identik dengan aneka sifat yang mulia: sederhana, tidak gila harta, cinta pada ilmu, saleh dan taat beribadah, dan sangat akrab serta toleran terhadap orang lain, termasuk kepada kaum kafir yang ditawannya. Selepas penaklukan Palestina tidak ada seorang pun non-muslim yang dia aniaya. Bahkan pada waktu Richard “Lion Heart” (salah seorang panglima Pasukan Salib) menderita sakit, Salahuddin masih menyempatkan diri untuk menengok dan membawa tabib padahal mereka berdua memimpin pasukan yang sama-sama bermusuhan.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Sultan Salahuddin membacakan Kitab Suci Al-Quran kepada pasukannya menjelang pertempuran berlangsung. Minumannya hanyalah air putih saja, memakai pakaian yang terbuat dari bulu yang kasar, dan mengizinkan dirinya untuk dipanggil ke depan pengadilan. Beliau mengajar sendiri anak-anaknya mengenai agama. Seluruh kaum muslimin yang menyaksikan kewafatannya menitiskan air mata ketika sultan yang mengepalai negara yang terbentang luas dari Asia hingga ke Afrika itu hanya meninggalkan warisan 1 dinar dan 36 dirham.