Shalat Sunnah Setelah Witir

  • Sumo

Dianjurkan untuk menjadikan shalat witir sebagai penutup shalat malam. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan shalat witir.” (HR. Bukhari Muslim). Beberapa ulama menegasakan bahwa hadits di atas tidak menujukkan adanya larangan bagi  seorang muslim untuk shalat sunah setelah witir. Meningat terdapat banyak dalil yang menunjukkan bolehnya shalat setelah witir. Diantaranya, Hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau menceritakan shalat malamnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:“Kemudian beliau bangun untuk melaksanakan rakaat kesembilan, hingga beliau duduk tasyahhud, beliau memuji Allah dan berdoa. Lalu beliau salam agak keras, hingga kami mendengarnya. Kemudian beliau shalat dua rakaat sambil duduk.” (HR. Muslim)

Imam An-Nawawi mengatakan : Yang benar, dua rakaat yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah witir dalam posisi duduk adalah dalam rangka menjelaskan bahwa boleh shalat setelah witir, dan menjelaskan boleh shalat sunah sambil duduk, meskipun itu tidak beliau jadikan sebagai kebiasaan. Namun beliau lakukan sesekali atau beberapa kali. (Syarh Shahih Muslim).
Kemudian Hadits dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau pernah melakukan safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda :“Sesungguhnya safar ini sangat berat dan melelahkan. Apabila kalian telah witir, kerjakanlah shalat 2 rakaat. Jika malam harinya dia bisa bangun, (kerjakan tahajjud), jika tidak bangun, dua rakaat itu menjadi pahala shalat malam baginya.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah, Ad-Darimi, dan dinilai shahih oleh Al-‘Adzami).

kemudian Hadits dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu: “Kapan kamu witir?”  “Di awal malam, setelah shalat Isya’ ” jawab Abu Bakr. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Umar: “Kapan kamu witir ?”  “Di akhir malam” Jawab Umar. Lalu beliau bersabda :“Untuk anda wahai Abu Bakr, anda mengambil sikap hati-hati. Sementara kamu Umar, mengambil sikap sungguh-sungguh.” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan dinilai hasan shahih oleh Al-Albani).

Sementara dalam riwayat lain, Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, pernah mengatakan :
“Untuk saya, saya tidur dulu, jika saya bangun, saya akan shalat 2 rakaat – 2 rakaat, sampai subuh.” (HR. Al-Atsram, disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni).  Banyak ulama’  juga menegaskan perihal boleh shalat sunnah setelah witir. Berikut beberapa keterangan mereka. Ibnu Hazm mengatakan,“Witir dilakukan di akhir malam, lebih afdhal, dan jika dilakukan di awal malam, itu baik. Boleh shalat setelah witir, dan tidak boleh mengulangi witir dua kali.” (Al-Muhalla, 2/91)

An-Nawawi menjelaskan,“Apabila ada orang yang telah mengerjakan witir (di awal malam) dan dia hendak shalat sunah atau shalat lainnya di akhir malam, hukumnya boleh dan tidak makruh. Dan dia tidak perlu mengulangi witirnya. Dalilnya adalah hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau ditanya tentang witir yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam…” – kemudian An-Nawawi menyebutkan hadits Aisyah di atas. (Al-Majmu’, 4/16). Sementara Ibnu Qudamah mengatakan,“Siapa yang melakukan witir di awal malam, kemudian dia bangun untuk tahajjud, dianjurkan untuk mengerjakan shalat 2 rakaat-2 rakaat dan tidak perlu membatalkan witirnya. Kesimpulan ini berdasarkan riwayat dari Abu Bakr As-Shidiq, Ammar bin Yasir, Sa’d bin Abi Waqqash, A’idz bin Amr, Ibn Abbas, Abu Hurairah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.