Ayat-ayat surah ini disepakati oleh ulama turun sebelum Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam berhijrah ke Madinah. Namanya yang dikenal pada masa sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam adalah surah Idza Insyaqqat as-Sama’. Dalam beberapa kitab tafsir, begitu juga dalam Mushaf, nama tersebut dipersingkat sehingga hanya menjadi surah al-Insyiqaq.
Imam Malik meriwayatkan, sebagaimana tercantum dalam al-Muwaththa’-nya, bahwa Abu Salamah berkata: Sahabat Nabi, Abu Hurairah, sujud ketika membaca surah Idza Insyaqqat as-Sama’. Setelah selesai, Abu Hurairah menjelaskan kepada mereka bahwa Rasul shalallahu alaihi wasallam pun sujud ketika membacanya. (HR. Bukhari)
Pokok-pokok Isinya:
Peristiwa-peristiwa pada permulaan terjadinya hari kiamat; peringatan bahwa manusia bersusah payah menemui Tuhannya; dalam menemui Tuhannya kelak ada yang mendapat kebahagiaan dan ada pula yang mendapat kesengsaraan; tingkat-tingkat kejadian dan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.
Surah ini dinilai sebagai surah yang ke-83 dari segi urutan turunnya. Ia turun sesudah surah al-Infithar dan sebelum surah ar-Rum. Terdiri dari 23 ayat.
Tafsir wa Bayan
إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ (1) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (2) وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (5)
1.Apabila langit terbelah, 2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, 3. dan apabila bumi diratakan, 4. dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan sudah semestinya bumi itu patuh.
Allah menggambarkan kejadian hari kiamat yang sangat dahsyat. Langit yang kokoh sebagai atap bumi saatnya menepati janji Allah, pada hari ini langit menjadi hancur berkeping-keping, demikian pula bumi yang menjadi lantai dan pijakan dan tempat tinggal akan mengalami hal yang sama, terguncang dengan kerasnya hingga menyemburkan seluruh isinya. Baik mayat-mayat yang terkubur sejak nabi Adam Alaihissalam maupun harta benda yang terpendam diperut bumi seperti emas dan perak, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Muslim dalam kitab shahihnya dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari beberapa ayat tersebut:
1. Datangnya hari kiamat adalah suatu yang pasti. Sudahkan kita mempersiapkan bekal untuk menghadapinya? Sebaik-bekal adalah taqwa.
2. Susunan alam (Nizhomul Kaun) yang begitu rapi akan berubah seketika menjadi berantakan karena titah Tuhan yang ingin mengakhiri babak dunia ini dan akan diganti dengan nizhom akhirat yang kekal.
3. Langit dan bumi adalah benda mati sangat taat dengan ketentuan Ilahi, mereka menolak saat ditawari amanah menjadi khalifah (QS.Al-Ahzaab: 72) Nah sudah sepatutnya manusia sebagai makhluk Allah yang berakal, lebih taat kepada Rab-nya. Akan tetapi sedikit diantara mereka yang taat dan beriman, sedangkan kebanyakan diantara mereka yang ingkar (kafir).
4. Seluruh manusia akan dibangkitkan dari alam barzah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia. Oleh karena itu berhati-hatilah didalam berbuat jangan sampai terjerumus kedalam kubangan dosa dan maksiat.
Kemudian pada ayat keenam Allah menggambarkan tentang ragam amal manusia seperti firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ (6)
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kebebasan kepada hamba-hamba-Nya untuk menentukan pilihan dalam beramal, yang masing-masing amal memiliki konsekuensi berbeda-beda, sekalipun Allah tidak suka kepada perbuatan jelek. Ganjaran pahala akan diperoleh bagi yang beramal baik, dan siksa neraka bagi yang amal buruk. Dalam kenyataannya banyak diantara manusia memilih amal jelek (tidak beriman) mereka berbuat tanpa batas yang penting mereka puas; pergaulan bebas menjadi tren pemuda masakini, samen laven jadi kebanggaan, perzinahan terlokalisasi, perjudian terlegalisasi, perampokan disertai pembunuhan, narkoba dan lain-lain. Apakah mereka tidak sadar bahwa mereka semua nanti akan menghadap Tuhan (famulaqiihi) demi mempertanggungjawabkan amalannya, seperti tertera pada ayat enam ini dan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berikut ini:
عن جابر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “قال جبريل: يا محمد، عش ما شئت فإنك ميت، وأحبب ما شئت فإنك مفارقه، واعمل ما شئت فإنك ملاقيه“
“Dari Jabir beliau berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, Malaikat Jibril berkata:”Wahai Muhammad hiduplah sesukamu sesungguhnya kamu akan mati, dan cintailah siapa saja sesukamu sesungguhnya kamu akan berpisah dengannya, dan berbuatlah (beramallah) sesukamu sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya (amalmu)”. (HR. Abu Daud)
Saatnya manusia memetik hasil dari perbuatannya di dunia, pengadilan tinggi telah dibuka, padang Mahsyar adalah tempatnya. Semua manusia menunggu raport; catatan amal mereka berharap-harap agar catatan amalnya bisa diterima dengan tangan kanannya sehingga hisabnya akan mudah seperti tertera pada ayat ketujuh sampai sembilan berikut ini:
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9)
“Adapun bagi orang yang diberikan buku catatannya di tangan kanannya. Ia akan diperhitungkan dengan perhitungan yang mudah. Dan ia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.”
Aisyah radhiyallahu anha berkata: ”Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berdoa pada pada sebagian sholatnya: ”Ya Allah hisablah saya dengan hisab ringan”, ketika selesai shalat, aku bertanya, ya Rasulullah apakah yang dimaksud dengan hisab yang ringan? Rasulullah menjawab, yaitu diperlihatkan kepada seorang hamba tentang catatan amalannya kemudian Allah mengampuninya, sedangkan siapa yang hisabnya berat wahai Aisyah maka ia akan binasa”. (HR. Muslim)
Setelah selesai proses hisab maka manusia akan melewati shirat (jembatan), bagi mereka yang ringan hisabnya maka ia langsung menuju surga dengan penuh kegembiraan. Disana ia dipertemukan dengan keluarganya yang beriman.
Adapun orang-orang yang mendapat raport dari tangan kiri maka tempat kembalinya adalah neraka. Seperti termaktub pada ayat 10-15:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12) إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا (13) إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ (14) بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا (15)
Dan adapun orang-orang yang diberikan catatan amalnya dari balik punggungnya; yaitu orang-orang kafir maka mereka akan menemui kebinasaan, mereka masuk kedalam neraka untuk merasakan panas dan siksa yang pedih. Dikarenakan dulu mereka hidup bersenang-senang tanpa batas bersama keluarganya, tidak pernah berfikir bahwa mereka akan dibangkitkan kembali. Demikian juga mereka tidak pernah merasa jera dalam perbuatan maksiat. Sungguh mereka akan dibangkitkan dan akan menemui dan menuai hasil berbuatannya selama di dunia. Karena Allah senantiasa mengawasi dan memantaunya, Dia (Allah) mengetahui keadaannya sejak dari lahir hingga mati.