Tadabbur QS Al-Insyiqaq: 16-25

  • Sumo

فَلا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ , وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ , وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ

“Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila jadi purnama.” (16-18)

Allah bersumpah atas nama cahaya matahari yang mulai memerah diujung barat, dengan nama malam dan apa saja yang yang terkumpul didalamnya baik itu binatang-binatang kecil serta binatang melata. Allah juga berumpah dengan nama bulan yang mulai penuh, yaitu bulan purnama.

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ

“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (19)

Demikianlah, manusia akan mengalami beberapa fase kehidupan, sejak dari dalam kandungan sampai ia lahir dan kembali menghadap Allah. Imam At-Thobari berkata: ”Manusia akan mengalami ujian hidup di dunia dan juga di akhirat dia akan merasakan kedahsyatan hari kiamat”. Ulama yang lain berkata, “Sungguh manusia akan menemui rintangan baik berat maupun ringan, tergantung pada kapasitas dan kualitas keimanannya. Sebagaimana pernyataan Allah dalam surat al-Ankabut ayat 2-3:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.

Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya mengetuk hati setiap mukmin:

فَمَا لَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

Tetapi ada apa dengan mereka sehingga mereka tidak beriman?” (20)

Manusia akan mengalami semua ini, sesudah ia secara langsung menyaksikan siang dan malam, dan diberitahu tentang akhir kehidupan ini dan kehidupan berikutnya, lantas mengapa ia sampai tidak percaya? Mengapa ia sampai tidak mencari perlindungan dengan pengetahuan itu untuk mendatangkan kedamaian bagi dirinya?

وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لا يَسْجُدُونَ

“Dan apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud?” (21)

Ketika sampai pada ayat tersebut diatas maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sujud demikian juga pada sahabat mengikutinya, sebagaimana pengakuan Abu Hurairah dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim.

Ketika kitab kolektif yang dihimpun dan memuat semua pengetahuan yang telah ditunjukkan kepada kita, dimasukkan ke dalam ingatan langsung dan dibacakan secara lahiriah, lantas dialami secara batiniah, mengapa manusia tidak bersujud dan berserah diri?

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُكَذِّبُونَ

“Ya, tentu saja! Orang-orang kafir mengingkari kebenaran.” (22)

Jawabannya adalah bahwa mereka yang terputus (dengan kebenaran—peny.) menyangkal fakta bahwa mereka berada di bawah Yang Maharahman, yang senantiasa memberi dan menyinari. Namun itulah kerugian mereka.

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَ

“Dan Allah tahu benar apa yang mereka sembunyikan.” (23)

Wa’a berarti ‘mengumpulkan, menahan dalam ingatan’, sementara wa’ i, dari akar kata yang sama, berarti ‘kesadaran, keinsafan, kepenuhperhatianan’. Kata yu’un di sini menunjuk kepada apa yang mereka sembunyikan di dalam dada mereka, apa yang mereka simpan dan rahasiakan. Allah tahu yang disembunyikan dan yang dinampakkan. Yang disembunyikan adalah hukum abadi, tapi yang mereka munculkan adalah ketidakimanan mereka.

فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Maka beritahukanlah kepada mereka tentang siksaan yang pedih.” (24)

Disini konteks yang lazim dari basysyirhum dibalik: selain diberitahu kabar baik, mereka juga diberitahu tentang hukuman yang menyakitkan. Mereka yang ingkar pasti sudah memiliki benih kesadaran akan pengetahuan tentang keesaan Allah (tauhid). Tapi mereka mengingkarinya secara batiniah, oleh karena itu pengingkaran mereka juga akan menjelma secara lahiriah.

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, mereka akan mendapat ganjaran yang tiada putus-putusnya.” (25)

Surah ini diakhiri dengan nada positif. Ia mengatakan bahwa beginilah hukum: dunia akan berakhir, suka atau tidak manusia harus bekerja keras, dan mereka akan maju dari satu fase ke fase lainnya. Ketika kita melihat semua fase ini, yang merupakan tanda-tanda perubahan penciptaan, kita mengetahui bahwa semua perubahan ini terjadi di dalam sesuatu yang tidak berubah. Orang yang mempercayai keesaan yang meliputi semua, lalu menerjemahkan kepercayaan itu ke dalam perbuatan yang benar, ia akan mendapat ganjaran yang ghayr mamnun (tidak pernah berhenti atau berkurang). Mann, dari akar kata yang sama dengan mamnun, berarti ‘nikmat’ atau berkah. Di sini nikmat tersebut tidaklah terbatas karena ia menyangkut ketakberbatasan waktu. Dunia ini terbatas, sedangkan dunia akan datang tidak terbatas karena ia melampaui ruang dan waktu.

One thought on “Tadabbur QS Al-Insyiqaq: 16-25

  1. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh…..ya akhi,mohon share utk web ini (Website Ikadi Jatim), syukron…. Assalamu’alaikum wr.wb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.