Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendefinisikan takabbur sebagai sikap menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Pengertian itu Nabi saw sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus. Sabda Nabi: Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. (HR. Muslim)
Takabbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah yaitu iblis di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari surga. Pada kenyataannya takabbur itu menyebabkan hal-hal berikut ini :
- Jauh dari kebenaran. Firman Allah: “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” (QS. Al A’raf: 146)
- Terkunci mati hatinya. Firman Allah: “Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (QS. Ghafir: 35)
- Mengalami kegagalan dan kebinasaan. Firman Allah: “..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala” (QS. Ibrahim: 35)
- Tidak disukai Allah. Firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (QS. An Nahl: 23)
- Tidak akan masuk sorga. Sabda Nabi saw: “Tidak akan masuk sorga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan” (HR. Muslim)
- Akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Ketika seseorang memiliki sifat sombong, maka ia akan tertutup dari akhlak mulia, antara lain :
- Tidak akan mencintai sesama muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri. ia selalu memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sendiri.
- Tidak akan tawadhu’ (rendah hati), karena selalu merasa lebih baik.
- Tidak akan dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas fihak yang merugikannya.
- Tidak dapat jujur. Karena untuk menutupi kekurangan tidak jarang ia harus berdusta.
- Tidak akan dapat mengendalikan marah. Karena merasa mampu melampiaskannya
- Tidak bisa melepaskan diri dari sifat hasad (iri)
- Tidak dapat menasehati atau menerima nasehat dengan lembut dan halus
- Selalu memandang rendah orang lain.