Pemahaman radikalisme dan liberalisasi Islam kian hari kian menghawatirkan. Agar generasi muda dan ummat islam tidak terpengaruh oleh gerakan itu, ulama Lamongan terus membentenginya, dari mulai memberikan pemahaman islam.sebenarnya, hingga menggelar kajian islam secara rutin. Pernyataan itu disampaikan oleh Nasihun Amin ketua Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) cabang Lamongan, saat menempati kantor barunya di jalan Raya Banjarmadu –Karanggeneng, Minggu (24/4).Dikatakanya, IKADI akan berusaha selalu memberi pemahaman yang benartentang dengan nilai Islam, dengan meminimalisir gerakan-gerakan radikalisme dan Gerakan Islam Liberal, yang saat ini terus mengancam soliditas ummat muslim. “Saya berharap melaui kajian Ahad Pagi yang selama ini sudah rutin dilakukan dua pekan sekali di Masjid Sabilillah Pertelon Sukodadi, bisa meminimalisir adanya gerakan radikalisme tersebut,” harapnya.
Selain itu, kumpulan para Da’i ini juga juga akan terus mempersatukan umat sebagai organisasi islam yang bergerak di dalam layanan dakwah, dengan tetap bersinergi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ormas-ormas Islam yang lainya dalam membangun umat , bangsa dan Negara dan tetap menjaga Negara Kesatuan Indonesia dalam bingkai kebenekaan dan keberagaman.
Sementara itu, Da’i di Lamongan yang tergabung dalam IKADI tercatat 60 orang yang tersebar di beberapa kecamatan di Lamongan. Para Da’i-da’i muda selama ini memiliki kendala beradaptasi dengan kultur tradisional yang membutuhkan bahasa komunikasi daerah yng kental.”Itu adalah Pekerjaan Rumah bagi IKADI untuk membekali para da’inya dengan Fiqh Dakwah yang mudah diterima masyarakat bawah,”katanya.
KH Muhammad Shaleh Drehem LC, selaku ketua Wilayah Ikadi JawaTimur, mengaprisiasi kegiatan yang dilakukan oleh Ikadi Lamongan yang dipimpin oleh Nashihun Amin. Ia mengingatkan akan dai-dai muda yang tergabung dalam Ikadi Lamongan agar mengedepankan pendekatan ukhuwah dan berpegang pada Fiqh Dakwah yang elegan.
“Sebagai Dai harus mampu menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat di sekelilingnya juga mampu menjaga ucapanya ,jangan sampai kata – kata yang disampaikan yang seharusnya lembut dan menyejukan justru memfitnah, mengadudomba bahkan mempropokasi umat,”pesananya. (jir/surabayapagi)