Tawakkal Kepada Allah

  • Sumo

Tawakkal ialah melimpahkan seluruh urusan kepada Allah subhanahu wata’ala. Tawakkal juga berarti percaya kepada Allah swt, beriman kepada kemampuann-Nya, kekuatan, dan ilmu-Nya. Jadi, tawakkal ialah bersandar secara total kepada Allah swt. Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah berkata, “Tawakkal itu separoh agama dan separoh lainnya ialah inabah (taubat). Agama itu ibadah dan isti’anah (minta pertolongan). Tawakkal ialah minta pertolongan dan inabah ialah ibadah.”

Jika minta pertolongan kepada Allah swt, itu berarti mengakui diri lemah, beriman kepada ilmu Allah dan kekuasaan-Nya. Lalu tunduk kepada kekuasaan-Nya, minta pertolongan-Nya, dan mencintai-Nya. Itu semua makna ibadah. Di tafsirnya Ibnu Al-Qayyim rahumahullah menguatkan pendsapat bahwa hukuman Allah swt kepada nabi Yusuf Alaihi Salam berupa mendekam beberapa tahun di penjara disebabkan beliau minta pertolongan kepada manusia, sebelum kepada Allah swt. Hal itu terjadi, saat Nabi Yusuf berkata kepada sahabatnya, yang beliau yakini akan bebas, “Terangkang keadaanku pada tuanmu.” Yang dimaksud dengan kata tuanmu pada ayat ialah rajamu. Allah Ta’ala berfirman, “Maka setan menjandikannya lupa ingat Tuhannya.” (QS. Yusuf: 42).

Maksudnya, setan membuat Nabi Yusuf as lupa tidak minta pertolongan kepada Allah swt dengan menyebut Tuhan hakikinya dan malah minta pertolongan kepada manusia. Allah swt berfirman, “Karena itu, dia (Yusuf) berasa di penjara selama beberapa tahun.” (QS. Yusuf: 42). Allah swt tidak rela seorang Nabi-Nya minta pertolongan kepada selain Dia, karena selain Dia tidak punya daya dan kekuatan apa-apa. Selain Dia, kendati punya kekuatan digdaya, kekuasaan tidak terbatas, dan persenjataan modern, namun ia tidak lebih dari salah seorang hamba-Nya, di mana seluruh gerakan, bisikan, dan keinginannya berada di bawah keinginan dan kekuasaan Allah swt.

Di dalam Al Qur’an juga dikisahkan tentang sayyidah Maryam yang diperintahkan menggoyang pohon Kurma. Firman Allah swt yang artinya, “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 25). Bagaimana mungkin Maryam dalam kondisi setelah melahirkan, yang masih lemah, tapi mampu menggoyangkan pohon kurma? Padahal, kita tahu pohon kurma itu pohon paling kokoh dan akar-akarnya paling kuat dibandingkan akar-akar pohon lain? Setelah itu, tandan pohon kurma, yang perlu digoyang agar kurma jatuh tentu tinggi sekali, hingga tidak mampu dijangkau tangan?

Bagaimana Maryam, yang notebene wanita, yang di antara karakternya lemah, ditambah dengan kondisi lemah setelah melahirkan dan hamil, serta kondisi kejiwaan tidak ideal sebab ia ketakutan dituduh berzina oleh keluarganya padahal ia orang suci, tapi ia sanggup menggoyangkan pohon kurma? Itulah ketentuan Allah swt dalam mencurahkan tenaga, agar makna hakiki tawakkal terealisir. Karena itu, orang yang bertawakkal kepada Allah swt harus mencurahkan tenaga dan berusaha. Inilah ketetapan Allah swt.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.