Saudaraku..Jauhkanlah diri dari mencampurkan ketaatan kepada Allah dengan rasa senang terhadap pujian orang lain, karena hal itu akan berpotensi menghilangkan pahala amal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman : ’Aku tidaklah butuh adanya tandingan-tandingan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dalam keadaan menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dia dan sekutunya itu.’” (HR. Muslim)
Saudaraku, barangkali kita akan merasa tersanjung dan bahkan bangga saat ada orang yang memuji kita. Waspadalah! Karena, kalau sudah demikian kondisi kita, maka bisa jadi kita akan tergerak untuk memperlihatkan kebaikan-kebaikan tersembunyi yang pernah kita lakukan. Bahkan, bisa jadi kita akan rela berbohong agar orang lain semakin kagum. -نعوذ بالله من ذلك
Saudaraku, orang yang bijak itu, akan bersikap waspada saat mendapatkan pujian dari orang lain. Orang bijak itu biasanya justru risih ketika dipuji, karena bila tidak hati-hati, pujian itu bisa menghabiskan pahala amal yang telah dilakukannya.
Saudaraku, sebuah pujian itu dapat mengubah sesuatu yang semula ikhlas menjadi tidak ikhlas lagi karena seringnya pujian yang diterima. Pujian bisa mengubah sesuatu yang tadinya tersembunyi menjadi terang benderang, karena terdorong untuk menampakkan kebaikan-kebaikan yang lain. Bahkan, bisa membangkitkan kesombongan lantaran menganggap dirinya merasa telah banyak ber-amal.
Saudaraku, sebuah pujian yang kita peroleh, bisa jadi bukan karena kesuksesan dan kebaikan yang kita telah upayakan, tetapi karena mungkin Allah masih menutup keburukan keburukan yang ada pada kita. Banyak orang – mungkin termasuk kita – berniat ingin dipuji dan mendapatkan kesan baik dari orang lain saat kita melakukan kebaikan Waspadalah! karena yang demikian itu bukan saja bisa membuat amal baik kita tidak lagi ber-makna di sisi Allah, bahkan akan bernilai sebuah kemaksiatan
Lain halnya Saudaraku, bila kita melakukan suatu kebaikan, kemudian ada orang yang memuji kita. Pujian yang demikian ini bisa sebagai wujud kegembiraan yang Allah sengaja segerakan untuk kita..Dalam hadits riwayat Muslim Abu Dzar bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh seseorang, ‘Bagaimana dengan seseorang yang berbuat amal shalih, lalu ada orang yang memujinya?’ Beliau Rasulullah menjawab: ‘Itu merupakan kegembiraan yang segera diberikan kepada seorang mukmin.” Apabila kita merasa senang saat orang lain mendapati kita sedang melakukan amal, maka hal itu tidak termasuk riya’, apalagi kalau hal tetsebut kita niatkan agar menjadi teladan bagi yang lain.
Saudaraku Sesungguhnya, hal yang semestinya harus kita lakukan terhadap sebuah pujian adalah bagaimana kita bisa menghentikan pujian agar berhenti sebatas sebuah pujian belaka..Karenanya Saudaraku, ber-doalah saat kita dipuji sebagaimana doanya para salaf :
اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ
واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ
واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ
“Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan pujian yang mereka ucapkan. Ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka perkirakan”
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu jiwa yang senantiasa ikhlas ber-amal untuk-Mu. Yang senantiasa yakin akan bertemu dengan-Mu. Yang senantiasa ridho dengan semua ketetapan_Mu Dan yang senantiasa merasa cukup dengan semua karunia_Mu, Allahumma Aamien (aca)