Wirid disini berarti aktivitas yang kita lakukan secara kontinyu dan terjadual. Sebagian wirid Qur’ani tersebut bisa jadi dilakukan setiap hari, seperti membacanya, mendengarkannya, dan menjadikannya dzikir. Bisa jadi pula beberapa wirid Qur’ani yang lain – seperti menghafalnya – tidak dilakukan setiap hari, tetapi yang jelas kontinyu dan terjadual. Sebagaimana seseorang menjadikan sebuah aktifitas duniawi sebagai kegiatan yang kontinu dan terjadual, seperti itu pula mestinya seseorang menjadikan Al-Qur’an sebagai wirid hariannya.
Wirid membaca ( wirdut-tilawah )
Sebagaimana telah sering disebutkan, membaca Al-Qur’an memiliki banyak sekali keutamaan. Sekedar membaca saja ayat-ayat Al-Qur’an sudah merupakan suatu ibadah tersendiri yang pahalanya dihitung huruf demi hurufnya. Dan yang lebih esensial, membaca ayat-ayat Al-Qur’an merupakan pintu masuk untuk bisa berinteraksi lebih jauh dengan Al-Qur’an. Karena itu, kita harus banyak-banyak melakukannya.
Wirid mendengarkan ( wirdul-istima’ )
Rasulullah sendiri telah mencontohkan bahwa ada saat-saat dimana beliau lebih suka mendengarkan Al-Qur’an dari bacaan orang lain. Ketika suatu saat Rasulullah meminta salah seorang sahabat membacakan Al-Qur’an untuk beliau, sahabat tersebut bahkan sampai bertanya,”Apakah saya akan membacakannya untuk Anda, wahai Rasulullah, sementara Al-Qur’an diturunkan kepada Anda?” Beliau menjawab,”Saya suka mendengarkannya dari orang lain”. Demikianlah kita juga harus gemar mendengarkan bacaan Al-Qur’an, apalagi kemajuan teknologi elektronik dan informasi saat ini sangat memungkinkan bagi kita untuk melakukannya dengan mudah.
Wirid mendengarkan ini juga sangat ditekankan kepada para wanita pada saat mereka sedang sangat disibukkan oleh urusan rumahnya atau pada saat sedang berhalangan sehingga tidak mungkin membacanya langsung. Dengan demikian, pada saat berhalangan pun seorang wanita tetap akan memiliki wirid yang bisa menjadi penjaga dirinya.
Dengan sering mendengarkan Al-Qur’an, kita akan lebih mudah menghafalnya. Sebagai contoh, dahulu ada seorang shahabiyah Nabi yang bisa menghafal Surah Qaaf karena mendengarkannya dari Nabi saw.
Wirid menghafal ( wirdul-hifdz )
Kita harus memiliki jadual menghafal Al-Qur’an, apakah setiap tiga hari sekali, sepekan sekali dan sebagainya. Sebagai generasi yang mencintai Al-Qur’an, sudah semestinya kita berusaha seoptimal mungkin untuk bisa menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
Wirid tadabbur ( wirdut-tadabbur )
Ayat-ayat Al-Qur’an tidaklah sekedar untuk dilafalkan huruf-hurufnya. Lebih dari itu, ayat-ayat yang kita baca dengan lisan hendaknya berusaha kita pahami, kita hayati dan kita renungkan. Dengan demikian, ayat-ayat yang kita baca tidak hanya keluar dari tenggorokan dan mulut kita tetapi juga masuk kedalam hati kita, mencerahkan pikiran dan mempertebal iman yang ada dalam dada.
Wirid dzikir Qur’ani (wirdudz-dzikr al-qur’ani )
Meskipun keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an adalah dzikir, akan tetapi yang terutama dimaksudkan disini adalah melakukan wirid dengan ayat-ayat dzikir yang dikhususkan, seperti Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, tiga ayat terakhir Surah Al-Baqarah, dan sebagainya. Kita melakukannya pada setiap pagi dan petang, setiap seusai shalat fardhu, dan sebagainya, sesuai dengan yang telah dituntunkan oleh Sunnah Nabi saw. (AMJ)