Sang penasehat ini memberikan nasehatnya dengan diam dan selalu diam, tidak terlontar satu patah katapun, Namun pesan atau suaranya sudah bergema di lubuk hati manusia. Pesan dan suaranya paling keras dan tegas dari suara-suara lain. Ia penasehat yang senantiasa mengagetkan dan seketika menyadarkan manusia. Memang, ia tidak mampu mengucapkan kata-kata, tapi penampilannya sangat mempengaruhi siapapun yang meliahatnya. Penampilannya benar-benar menggambarkan nasehat yang teramat dalam menyentuh dan mengingatkan semua orang. Penampilannya memiliki daya tarik yang khas. Ia menarik hati setiap insan sebelum tubuhnya. Itulah yang dilihat manusia ketika beziarah kubur.
Nasehatnya mampu meluluh lantahkan kesombongan dan kepongahan manusia terhadap kebenaran-kebenaran dari Tuhan-nya menjadi lunglai tanpa daya. Nasehatnya kuasa membuat jera para penghayal-penghayal yang meyakini dunia sebagai surga sesungguhnya. Nasehatnya mampu menundukkan kemalasan dari ketekunan menghamba kepada Yang Maha Pencipta, Allah. Nasehatnya bisa menghentakkan orang-orang yang melalaikan persiapannya untuk hari penentuan, siapa sebenarnya yang bahagia atau sengsara. Akhirat.
Penasehat itu adalah “lubang”, tempat seluruh manusia akan tidur di dalamnya setelah seluruh alat di tubuh mereka tidak berpungsi lagi. Setelah masa tugas berakhir. Tugas ujian hidup yang dibebankan kepadanya, untuk melihat langsung hasil-hasil ujian, harus melalui lubang itu. Ya, penasehat itu adalah “lubang”, yang juga disebut kuburan.
Ada ungkapan yang menarik dari Ar-Rafi’i : “Wahai kuburan, engkau tidak henti-hentinya berkata kepada manusia, ‘Kemarilah.’ Semua jalan berakhir padamu. Semua orang melintasi jalanmu. Semua orang kondisinya sama di sisimu. Mereka tidak pernah menguburkan raja yang tulangnya emas di tempatmu, pahlawan yang ototnya seperti besi, walikota yang kulitnya bak sutra halus, menteri yang wajahnya bagai batu permata, orang kaya yang hatinya tak ubahnya seperti gudang harta, dan orang miskin yang keranjang sampah menempel di usus-ususnya.”
Begitu kuatnya kesan dan pengaruh nasehat kuburan, Rasulullah menganjurkan kaum muslimin menziarahinya agar hati manusia tidak hanya diselimuti oleh iming-iming dunia yang rendah ini namun meningkat, senantiasa ingat masadepan akhirat yang takkan pernah bisa dibayangkan sehingga ia berupaya keras menguasai dunia dan menaklukkannya sebagai sarana menuju akhirat yang gemilang. Jangan pernah dibalik, membuang jauh-jauh bayang-bayang akhirat bahkan dijual demi dunia rendah dan kecil ini. Karena itulah Rasulullah semakin menekankan kwantitas ingat kepada kematian yang semakin dekat itu: “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Menziarahi sang penasehat itu, kuburan, menguatkan hati dan melenyapkan kekerasan hati. Ketika anda pergi ke masjid pada hari Jum’at, Anda mendengar satu penasehat, sang khatib. Jama’ah shalat membludak, namun penasehatnya satu orang. Hal ini tidak berlaku di kuburan. Semua kuburan berubah menjadi penasehat (penceramah) dan Anda mendengar nasehat mereka. Para pendengarnya sedikit, sementara penasehatnya banyak. Kondisi ini unik hanya terjadi di kuburan.
Ar-Rafi’i berkata, “Kita buka kuburan dan meletakkan mayit yang mulia dan tidak lagi mengidap penyakit dunia. Dunia terhenti di kuburan. Bahkan tanah yang dapat berbicara berusaha memahami mayit yang diam. Akhirnya tanah pun tahu umur sepanjang apapun ternyata pada hakekatnya pendek, kekuatan setangguh apapun akhirnya melemah, tujuan seluas apapun berujung sempit, dan seluruh benua ternyata akhirnya kecil seperti kuburan.”
Andai hati tidak keras dan manusia sibuk memanfaatkan seluruh sarana yang menunjang realisasi tujuan penciptaan mereka, tentu pada setiap kelahiran bayi mereka ingat hari kelak mereka dimakamkan. Sebagaimana ucapan Ibnu Al-Jauzi. “Ayunan bayi tiada lain adalah liang lahad.”
Sebagaimana bayi yang baru lahir dibalut dengan secarik kain putih dan diletakkan di ayunan tanpa mampu besrgerak, mayit juga dibalut dengan kain putih dan itulah pakaian terakhir yang ia kenakan di dunia, lalu berada di hamparan bumi, tanpa gerak hingga Hari Kebangkitan.
Boleh saja manusia berlari menjauh dari sesuatu, ia akan tinggalkan sesuatu itu di belakangnya, kecuali kuburan. Siapapun yang berusaha lari darinya, ia malah mendapati kuburan itu di depannya dan senantiasa memanggilnya, “Kemarilah”. Kuburan tak pernah bosan menunggu dan terus menunggu. Anda dan seluruh manusia terus maju kepadanya tanpa mundur sedikitpun!